2016: TAHUN AWAN KELABU INDONESIA

Posting Komentar
Konten [Tampil]
Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki 2 musim dalam 1 tahun; yakni musim hujan dan musim kemarau. Pengetahuan tersebut tentunya sudah diajarkan di bangku sekolahan sehingga sudah diketahui oleh banyak orang. Pembagian 2 musim tersebut membuat masyarakat Indonesia dapat mempersiapkan diri untuk menyambut musim hujan dan kemarau dengan sebaik-baiknya.

Awan Hujan

Musim di Indonesia

Letak Indonesia yang berada di sekitar garis khatulistiwa membuatnya hanya memiliki 2 musim saja dan tidak memiliki musim dingin bersalju seperti di negara-negara lain yang letaknya jauh dari garis khatulistiwa. Hal tersebut terjadi karena intensitas paparan cahaya matahari yang tinggi di daerah khatulistiwa sepanjang tahun sehingga menjadikan Indonesia memiliki iklim tropis dengan suhu udara yang relatif hangat.

Letak Indonesia

Perbedaan musim di Indonesia dipengaruhi oleh gerak semu tahunan matahari yang mana selalu berpindah dari garis khatulistiwa menuju garis lintang balik utara pada 23,5o LU kembali ke khatulistiwa, bergerak menuju garis lintang balik selatan pada 23,5o LS, kemudian kembali lagi ke khatulistiwa. Perpindahan posisi matahari ini memang tidak begitu memengaruhi suhu udara di Indonesia, akan tetapi perubahan suhu yang drastis di belahan bumi utara dan selatan menyebabkan perubahan pola angin sehingga menyebabkan musim hujan dan kemarau bagi Indonesia.


Musim Hujan

Sama seperti namanya, tentu saat musim hujan curah hujan yang turun di Indonesia begitu tinggi. Kondisi cuaca saat musim hujan tidaklah stabil, selain sering terjadi hujan seringkali fenomena angin kencang dan petir juga turut menyertai sehingga dibutuhkan persiapan untuk mengantisipasinya. Curah hujan yang tinggi juga menyebabkan kejadian bencana alam seperti banjir dan tanah longsor yang mana selalu menjadi pekerjaan rumah pemerintah setiap tahunnya.

Hujan

Musim hujan di Indonesia terjadi antara bulan Oktober hingga April. Saat itu posisi matahari berada di lintang selatan yang menyebabkan Benua Australia mengalami musim panas sehingga menghasilkan daerah bertekanan rendah di kawasan tersebut. Sebaliknya di Benua Asia yang berada di lintang utara mengalami musim dingin dan menghasilkan daerah tekanan tinggi di kawasan tersebut.

Pola Angin Musim Hujan

Hukum Buys Ballot menyatakan bahwa udara begerak dari tempat bertekanan tinggi (dingin) ke tempat bertekanan rendah (panas) sehingga saat musim hujan aliran udara adalah dari Benua Asia yang dingin ke Benua Australia yang lebih hangat. Angin tersebut bergerak melalui kawasan laut yang luas sehingga membawa banyak uap air ke kawasan Indonesia. Oleh karena itu curah hujan di Indonesia menjadi tinggi sehingga musim tersebut adalah musim hujan.


Musim Kemarau

Saat musim kemarau, curah hujan di Indonesia jauh berkurang daripada saat musim hujan. Kondisi cuaca saat musim kemarau lebih tenang dan juga lebih cerah. Kemungkinan besar tidak ada badai, angin kencang, dan petir saat musim kemarau. Akan tetapi musim kemarau yang terlampau panjang akan menyebabkan bencana seperti kekeringan dan kebakaran hutan.

Kekeringan

Musim kemarau di Indonesia terjadi antara Bulan Mei hingga September di mana saat itu posisi matahari berada di lintang utara. Posisi matahari tersebut membuat Benua Australia mengalami musim dingin dan Benua Asia mengalami musim panas. Tekanan udara yang dihasilkan pun menjadi kebalikannya di mana tekanan udara tinggi berada di Benua Australia dan tekanan rendah berada di Benua Asia yang suhu udaranya lebih hangat.

Pola Angin Musim Kemarau

Aliran udara menjadi turut berubah, kali ini udara bergerak dari Benua Australia menuju Benua Asia. Udara yang bergerak kali ini melewati kawasan daratan yang luas, terutama Australia yang terdapat gurun pasir sehingga hanya membawa sedikit uap air ke kawasan Indonesia. Hal tersebut membuat Indonesia saat itu mengalami musim kemarau.


La Nina 2016

Ada yang berbeda dengan pola musim yang terjadi pada tahun 2016 ini. Awan hujan masih tetap setia menggantung di langit NKRI selama rentang Bulan Mei hingga September 2016 ini yang semestinya adalah giliran musim kemarau. Beragam spekulasi pun mulai banyak bermunculan di antaranya adalah pola musim yang sudah rusak karena kondisi alam yang semakin rusak pula.

Menurut berbagai sumber, kejadian musim hujan berkepanjangan di tahun 2016 ini disebabkan karena adanya fenomena LA NINA. Fenomena LA NINA sendiri adalah menghangatnya suhu laut di Samudera Pasifik sebelah barat sekitar Indonesia dan Australia; kemudian suhu laut di Samudera Pasifik tengah sekitar khatulistiwa yang menjadi lebih dingin. Hal tersebut membuat arus udara dari Samudera Pasifik yang membawa banyak uap air, lebih kuat mengalir ke arah Indonesia dan Australia sehingga curah hujan pun meningkat.

El Nino dan La Nina

Kondisi perairan Indonesia yang lebih hangat dengan rata-rata 1,5o hingga 2,5o juga membuat penguapa di atas perairan Indonesia menjadi lebih tinggi sehingga mendukung pertumbuhan awan hujan. Kondisi ini merupakan kebalikan dari fenomena EL NINO yang terjadi pada tahun 2015. Saat itu langit Indonesia begitu cerah pada bulan Mei-September dengan curah hujan yang begitu rendah sehingga memicu bencana kekeringan dan kebakaran hutan di berbagai daerah NKRI.

EL NINO sendiri merupakan suatu fenomena di mana suhu laut di Samudera Pasifik tengah dan sebelah timur (sekitar Amerika Selatan) menjadi lebih hangat; kemudian suhu laut di Samudera Pasifik barat di sekitar Indonesia dan Australia menjadi lebih dingin. Kondisi tersebut membuat uap air mengalir dari atas perairan NKRI menuju perairan yang lebih hangat tersebut sehingga pembentukan awan hujan tidak terjadi. Kondisi perairan yang dingin juga membuat intensitas penguapan air laut menjadi awan hujan menjadi sangat berkurang. Menurut BMKG, 75% fenomena LA NINA akan terjadi usai EL NINO.


Indian Ocean Dipole Fase Negatif

Letak Indonesia yang berada di antara 2 samudera besar yaitu Samudera Pasifik dan Samudera Hindia membuat kondisi cuacanya sangat dipengaruhi oleh keadaan kedua lautan tersebut. Tidak hanya EL NINO dan LA NINA saja, kali ini fenomena yang terjadi adalah IOD (Indian Ocean Dipole) yang terjadi di Samudera Hindia. IOD fase negatif yang terjadi di tahun 2016 juga turut berperan dalam meningkatkan curah hujan di Indonesia sepanjang tahun.

IOD fase negatif sendiri adalah suatu kondisi di mana suhu laut di Samudera Hindia sebelah timur sekitar Indonesia dan Australia menjadi lebih hangat, sementara suhu laut Samudera Hindia sebelah barat sekitar Benua Afrika menjadi lebih dingin. Hal ini hampir sama dengan LA NINA yaitu aliran udara dan uap air bergerak ke timur menuju perairan Indonesia sehingga meningkatkan curah hujan terutama di Indonesia bagian barat.

IOD Positif dan IOD Negatif

Kebalikan dari IOD fase negatif tentunya adalah IOD fase positif. Saat itu kondisi permukaan laut di Samudera Hindia sebelah barat sekitar Benua Afrika menjadi lebih hangat, sementara suhu permukaan laut di Samudera Hindia sebelah timur sekitar Indonesia dan Australia lebih dingin. Hampir sama dengan EL NINO yaitu aliran udara dan uap air bergerak dari atas perairan Indonesia menuju perairan yang lebih hangat tersebut sehingga tidak mendukung untuk proses pertumbuhan awan hujan.
Anggara Wikan Prasetya
Perkenalkan, Anggara Wikan Prasetya, pemilik Menggapai Angkasa.

Related Posts

Posting Komentar