UNGARAN; DEKAT, INDAH, MURAH, DAN MUDAH

Posting Komentar
Konten [Tampil]
Pembuka

Suatu siang yang panas pada tanggal 14 Agustus 2015. Hari Jumat itu berjalan penuh perjuangan seperti hari – hari lainnya. Hari – hari di mana seorang pejuang skripsi tiada henti menyelesaikan revisi tiada henti. Seseorang tersebut tidak lain adalah Saya yang saat itu masih berjuang dengan berdarah – darah untuk menyelesaikan skripsinya. Akan tetapi, syukur Alhamdulillah karena pada saat itu perjuangan skripsi saya bisa dibilang sudah memasuki tahap akhir karena Hari Jumat tersebut merupakan saat bimbingan skripsi terakhir dengan dosen pembimbing skripsi (DPS) yang tidak pernah bosan merevisi skripsi saya agar menjadi semakin baik.

Gunung Ungaran; 2050 Mdpl


Hari Jumat itu pun saya memiliki rencana untuk mengikuti ajakan pendakian yang saya terima beberapa hari sebelumnya untuk melakukan pendakian ke Gunung Ungaran dengan keberangkatan usai Shalat Jumat. Adalah teman saya yang bernama AD Putri lah yang melakukan ajakan dengan rombongan sebagian besar adalah mahasiswa Fakultas Teknik UGM sekaligus teman Putri saat KKN. Saya menyanggupi ajakan tersebut karena memang penasaran dengan Gunung Ungaran yang belum pernah saya kunjungi sebelumnya.


Rencana yang Sedikit Kacau

Sebuah rencana yang sebelumnya diperkirakan akan berjalan lancar ternyata menjadi agak kacau balau pada saat hari-H keberangkatan. Kekacauan pertama adalah saat satu – satunya orang yang saya kenal pada tim rombongan ke Ungaran tersebut yang bernama AD Putri tiba – tiba mengundurkan diri karena sedang berada di “periode merah” sehingga dia khawatir akan merepotkan seluruh rombongan jika dipaksakan untuk ikut. Hal tersebut sempat membuat saya berniat untuk ikut mundur karena jika tetap berangkat nantinya seluruh rombongan adalah orang – orang baru yang belum pernah saya kenal sebelumnya sehingga dikhawatirkan akan merusak keseruan perjalanan bagi mereka yang sudah saling kenal. Akan tetapi di satu sisi saya merasa akan sangat kecu jika sampai membatalkan setelah sebelumnya menyanggupi, jadilah saya akhirnya memutuskan untuk tetap berangkat. Toh, pada tahun 2012 yang lalu kejadiannya lebih parah; saat saya seorang diri berangkat dari Solo dengan motor untuk melakukan PENDAKIAN PERTAMA GUNUNG SEMERU dengan rombongan yang juga belum pernah saya temui sebelumnya.

Pendakian Pertama ke Mahameru

Belum cukup ujian untuk tidak menjadi orang yang kecu  dengan mundurnya satu – satunya orang yang dikenal dari rombongan. Ternyata jadwal bimbingan skripsi terakhir saya yang semula dilaksanakan pada pagi hari ditunda pelaksanaannya pada siang hari pukul 14.00 WIB. Otomatis hal tersebut mengacaukan rencana keberangkatan sebelumnya yaitu usai Shalat Jumat. Lebih parah lagi ternyata bimbingan skripsi saya berlangsung hingga sore hari sehingga saya merasa sangat bersalah terhadap seluruh rombongan. Hal yang saya katakan di dalam hati saat itu adalah “Belum pernah bertemu seperti ini saja sudah merepotkan yang lain..”. Untunglah karena teman – teman rombongan pendakian ke Ungaran yang disatukan dalam sebuah grup WhatsApp tidak mempermasalahkan hal tersebut dan tetap mengajak saya bergabung. Well.. Thanks gaess atas kesabarannya.


Menuju Ungaran

Tiba saatnya keberangkatan yang mana saat itu waktu menunjukkan pukul 16.30 WIB; molor lebih dari 3 jam dari jadwal awal. Tim berkumpul di kosan bang Helmi Zuhdi di dekat Jalan Kaliurang. Total ada 5 orang yang berangkat dari Yogyakarta karena akan ada juga tim yang berangkat dari Semarang; tentu saja saya tidak kenal juga. Tim yang berangkat dari Jogja adalah:  bang Helmi Zuhdi, bang Ni’am, bang Trias Sugeng, bang Hafiyyan, dan saya. Kami berangkat dengan menggunakan 3 motor; saya dengan bang Trias Sugeng, bang Haffiyan dengan bang Ni’am, sementara bang Helmi Zuhdi sendirian.

Rute yang kami ambil adalah jalan utama menuju Semarang yang melalui Magelang dengan tujuan Ambarawa. Tidaklah sulit untuk melalui jalur menuju Ambarawa karena jalur ini adalah jalan utama yang menghubungkan Yogyakarta dan Semarang. Memang di beberapa titik jalanan cukup ramai, namun secara keseluruhan jalanan cukup lebar sehingga cukup mudah untuk dilalui.

Menuju Ungaran

Kami sempat bingung mengenai jalan menuju base camp Mawar saat sudah tiba di Ambarawa. Sempat kami tersesat masuk ke dalam kampung karena salah berbelok kiri, tapi untunglah kami kembali ke jalan yang benar. Rute yang kami ambil selanjutnya adalah menuju Bandungan; searah dengan jalan menuju Candi Gedong Songo; salah satu gerbang pendakian Gunung Ungaran juga. Kami belok arah ke kanan ke arah Kota Ungaran di sebuah pertigaan yang mana jika ke arah kiri adalah menuju Candi Gedong Songo. Nantinya akan dijumpai sebuah gapura dengan tulisan Base Camp Mawar di kiri jalan. Sayang karena kami tidak melihatnya sehingga berjalan terus sampai beberapa kilometer jauhnya, sebelum kami curiga karena Gunung Ungaran malah menjadi semakin jauh sehingga harus memutar kembali.

Syukur Alhamdulillah karena kami berhasil sampai di Base Camp Mawar sekitar pukul 20.45 WIB. Ternyata ada banyak pengunjung yang akan mendaki ke Gunung Ungaran ini; maklum 2 hari ke depan adalah hari libur ditambah hari kemerdekaan Republik Indonesia juga tinggal menghitung hari.


Menunggu Pagi

Kami tidak langsung mendaki setibanya di base camp. Ternyata tim dari Semarang baru akan menuju base camp pada tengah malam nanti. Jadilah kami tidur terlebih dahulu di tempat yang disediakan oleh pengelola base camp. Entah kapan akan dimulai pendakian nanti, tetapi perjalanan menembus malam dari Yogyakarta barusan membuat kami lelah.

Sekitar pukul 02.30 WIB kami terbangun. Melalui percakapan dari WhatsApp kami mengetahui bahwa rombongan dari Semarang sudah tiba di base camp dan mereka mendirikan tenda di luar. Mungkin mereka juga lelah karena perjalanan tengah malam dari Semarang. Beberapa dari kami memutuskan untuk memulai pendakian dini hari itu juga. Ada bang Haffiyan, bang Ni’am, serta saya yang melakukan perjalanan pada dini hari tersebut.

Usai berkemas kami mampir terlebih dahulu di warung sekitaran base camp untuk sekedar minum dan membeli makanan untuk sarapan nanti. Kami bertiga pun akhirnya memulai pendakian menuju puncak Gunung Ungaran sekitar pukul 03.30 WIB dengan nyala senter yang menerangi jalan masing – masing dari kami.


Menyambut Sang Mentari Pagi

Matahari Pagi

Sebelum melakukan perjalanan, saya sempat bertanya kepada pemilik warung mengenai tingkat kesulitan Gunung Ungaran ini. Pemilik warung mengatakan bahwa pendakian Gunung Ungaran tidaklah sulit, malah cenderung mudah; hanya memakan waktu sekitar 3 jam berjalan kaki dari base camp hingga puncak. Akan tetapi saya tidak lantas meremehkan begitu saja perjalanan kali ini. Tetap saja konsentrasi maksimal saya gunakan untuk menapaki setiap langkah. Rute awal pendakian Gunung Ungaran via Base Camp Mawar ini adalah melalui area hutan yang berada di area perbukitan. Jalur tidak begitu menanjak terjal, tetapi tetap saja terdapat jurang yang menganga di samping jalur sehingga dibutuhkan konsentrasi agar tidak terjatuh ke dalamnya.

Hanya sekitar 45 menit saja jalur hutan tersebut. Hingga medan kembali berubah menjadi yang tidak kami sangka; kembali ke peradaban dengan adanya bangunan, kamar mandi, kolam, serta motor yang berada di tengah perkebunan teh. Ya, kali ini kami melewati tengah Kebun Teh Promasan yang berada di kaki Gunung Ungaran. Jalanan tidak begitu menanjak sampai di sini. Karena gelap kami langsung melangkah melanjutkan perjalanan.

Hanya dalam interval waktu setengah jam saja kami melalui kebun teh ini. Rute usai keluar dari kebun teh menjadi tantangan yang sebenarnya dalam pendakian menuju Puncak Gunung Ungaran ini. Jalur kambali masuk ke dalam hutan dengan tanjakan yang mulai terjal. Terdapat pohon tumbang di beberapa titik sehingga semakin menyulitkan perjalanan. Inilah medan pendakian sebenarnya di Gunung Ungaran. Tampak cahaya lampu jalan utama Solo – Semarang yang memanjang di sisi timur.



Memakan waktu sekitar 45 menit untuk melalui medan terjal ini hingga akhirnya kami sampai di kawasan Puncak Gunung Ungaran. Bersamaan dengan semakin dekatnya kami dengan puncak, langit di ufuk timur semakin cerah sehingga kami tidak membutuhkan senter untuk menerangi jalan. Tidak lupa sholat subuh kami laksanakan selagi matahari masih belum muncul.  Pemandangan semakin cantik saat matahari perlahan mulai muncul dari kaki langit sebelah timur.


Puncak Gunung Ungaran



Sekitar pukul 05.30 WIB kami tiba di puncak Gunung Ungaran. Sekitar 2 jam perjalanan yang kami tempuh dari Base Camp Mawar. Ternyata di puncak Gunung Ungaran sudah ada banyak pendaki yang berkemah sehingga suasananya cukup ramai. 


Rame

Pemandangan di sekeliling Gunung Ungaran ternyata begitu indah; jauh di luar perkiraan saya. Mulai dari sisi timur yang menyajikan pemandangan matahari terbit di atas samudera wan dengan cahaya oranye yang anggun bercampur dengan birunya langit. 


Sumbing-Sindoro

Hamparan perbukitan dan perkebunan teh begitu serasi menghiasi pemandangan sisi utara Ungaran, sementara Sindoro – Sumbing menjulang tinggi menghiasi langit barat Ungaran. Terakhir jajaran Gunung Telomoyo, Merbabu dan Merapi berbaris rapi menghiasi pemandangan sisi selatan.

Merbabu dan kawan-kawan

Mungkin ini akan menjadi waktu terlama saya di puncak karena masih harus menunggu rombongan yang akan menyusul sehingga waktu di puncak pun cukup lama. Semakin siang pendaki mulai meninggalkan puncak sehingga kondisinya menjadi sepi. Hanya tinggal kami bertiga saja di puncak Gunung Ungaran. Sambil menunggu rombongan kami tidur – tiduran sambil sesekali berfoto.


Foto-foto

Sekitar pukul 11.00 WIB akhirnya semua rombongan kami telah tiba di Puncak Gunung Ungaran. Total ada 5 orang tim dari Semarang yang terdiri dari 3 orang wanita dan 2 laki – laki ditambah bang Haffiyan dan bang Trias Sugeng. Kami pun bergabung dengan mereka dan berkenalan satu per satu, akan tetapi hingga sekarang hanya ada 2 orang yang saya ingat namanya; yaitu mbak Wening dan mbak Marizka.. mwi hi hi hi.

Makan Siang

Karena sudah siang kami memutuskan untuk makan siang di lokasi kemah berupa hutan yang terletak di sisi barat puncak dan bercengkerama satu sama lain. Usai makan entah mengapa saya menjadi begitu mengantuk; mungkin karena tidur malam yang kurang maksimal sehingga saya memutuskan untuk tidur sekitar pukul 13.15 WIB.

Paling kiri: Saya, sebelahnya: Mbak Marizka, paling bawah: Mbak Wening

Sekitar pukul 14.15 WIB saya terbangun bersamaan dengan rombongan yang akan segera turun. Sebelum turun kami menyempatkan diri untuk berfoto bersama terlebih dahulu. Yah, sebagai kenang – kenangan bahwa kami pernah bertemu di Puncak Gunung Ungaran ini.

Turun Gunung

Turun Gunung

Kami segera meninggalkan Puncak Gunung Ungaran sekitar pukul 15.00 WIB. Kondisi yang masih terang membuat kami bisa menikmati pemandangan yang tidak terlihat karena gelap pada malam harinya. Perlu kehati – hatian saat menuruni punggungan sebelum memasuki kebun teh yang mana terdapat banyak pohon tumbang. 


Turun Gunung

Sayang, karena kurang hati – hati kaca mata saya patah karena kepala terbentur pohon yang melintang di tengah jalur. Suatu keberuntungan juga bagi saya karena tanpa kaca mata tersebut mungkin jidat ini akan bocor.


Kebun Teh

Saat kami tiba di kebun teh, kondisinya cukup ramai dengan pengunjung yang berfoto di sini. Memang pemandangannya sangat indah di sini; berupa hamparan luas kebun teh hijau yang disinari sinar jingga matahari sore di bawah langit biru. 


Puncak Ungaran

Ternyata kebun teh ini cukup populer juga di kalangan wisatawan di sekitar Gunung Ungaran. Kami beristirahat sejenak saat sampai di kamar mandi yang juga terdapat sebuah kolam di sana untuk sholat ashar, minum, dan juga ke kamar mandi.


Leren

Akhirnya kami tiba kembali di base camp saat adzan maghrib berkumandang. Usai melapor kami tak langsung pulang, melainkan menggelar tenda dan berkemah semalam lagi di sekitar base camp. Kondisi sekitar base camp saat itu sudah seperti pasar karena memang sangat ramai, bertepatan dengan semakin dekatnya perayaan HUT kemerdekaan Republik Indonesia.

Kembali Pulang

Suasana Camp Ground

Keesokan harinya kami kembali ke Yogyakarta sekitar pukul 09.00 WIB. Apes bagi saya karena setelah kaca mata yang patah, helm juga raib entah ke mana. Beruntung karena helm tersebut sudah jelek, tapi tetap saja menimbulkan kebingungan karena tanpa helm saya tidak bisa kembali ke Yogyakarta. Syukurlah pihak pengelola base camp meminjamkan helm, walaupun kualitasnya buruk setidaknya bisa untuk dipakai sampai Yogyakarta nanti.

Tim Jogja dari kiri; Atas: Ni'am, Haffiyan
Bawah: Helmi, T.Sugeng, Saya

Kami berpisah dengan tim dari Semarang di depan gapura menuju Base Camp Mawar di jalan Bandungan – Ungaran. Yep, hati – hati gaess, semoga selamat sampai tujuan. Entah kapan lagi kita bisa mendaki bersama. Jalur yang kami tempuh ke Yogyakarta sama seperti yang kami gunakan ketika berangkat. Lengangnya jalanan membuat kami bisa memacu motor dengan kencang.

Mampir Magelang

Sekitar pukul 10.30 WIB kami sampai di Kota Magelang. Kami memutuskan untuk makan terlebih dahulu di sekitar aloon – aloon Magelang yang mana terdapat banyak penjual makanan. Hanya singkat saja pemberhentian kami di Magelang karena usai makan kami langsung melaju kembali ke Yogyakarta. Syukur Alhamdulillah karena kami tiba kembali di kosan bang Helmi bersamaan dengan adzan dzuhur.

Anggara Wikan Prasetya
Perkenalkan, Anggara Wikan Prasetya, pemilik Menggapai Angkasa.

Related Posts

Posting Komentar