PANTAI NGOBARAN; NUANSA BALI DI SELATAN YOGYAKARTA

Posting Komentar
Konten [Tampil]
Bicara mengenai Pulau Bali, pasti yang ada di dalam benak ialah sebuah tujuan wisata terkenal dengan pura-pura, patung-patung dan juga pantainya dengan pasir putih. Memang pantai dengan pantai berpasir putih yang terkenal dengan julukan "white shore beach” menjadi tujuan utama wisatawan baik itu dari luar maupun dalam negeri. Namun untuk menikmati suasana khas pulau dewata, kita tidak perlu pergi ke Bali yang pasti menghabiskan biaya. Cukup dengan mengunjungi obyek wisata Pantai Ngobaran, Gunung Kidul kita sudah disuguhi dengan suasana khas Bali dengan pura, patung-patung dan juga pasir putihnya.

Pantai Ngobaran; Yogyakarta
Pantai Ngobaran; Yogyakarta
MENUJU PANTAI NGOBARAN

Pantai Ngobaran berada di Dusun Gebang, Desa Kanigoro, Kecamatan Saptosari, Kabupaten Gunung Kidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Pantai Ngobaran berjarak sekitar 65 KM dari kota Yogyakarta. Untuk menjangkau pantai Ngobaran tidaklah sulit, pertama-tama ialah menuju Piyungan, menelusuri jalan Yogyakarta - Wonosari, namun saat melewati lapangan terbang Gading ambil belokan ke arah kanan menuju Playen (sudah tersedia plang petunjuk jalan menuju pantai Ngobaran), setelah belok maka tak lama lagi akan tiba di daerah Playen, setibanya di Playen akan dijumpai jalan bercabang di pertigaan Playen, ambil yang belok kanan karena yang kiri adalah jalan menuju Wonosari.

Letak Pantai Ngobaran

Terus menyusuri jalan tersebut sampai kecamatan Paliyan (bedakan Playen dengan Paliyan) akan dijumpai lagi sebuah pertigaan, kali ini ambil jalan ke kiri kemudian belok kanan di belokan pertama melewati PUSIKLAT TNI AD menuju hutan SODONG (Suaka Margasatwa Paliyan) yang jalannya berkelok-kelok. Lurus saja melewati jalan ini sampai mentok maka akan sampai ke sebuah pertigaan ke kanan (arah barat) dan kiri (arah timur) di mana ada sebuah Alfamart, jalan yang membentang dari timur ke barat itu ialah jalur lintas selatan dari Parangtritis menuju Baron. Ambil jalan ke arah selatan menuju pasar Trowono, akan ada pertigaan lagi, ambil jalan lurus yang menurun, bukan ke arah Baron. Lurus saja melewati jalan ini jalan akan kembali bercabang, ambil jalan yang belok ke kiri. Cukup ikuti jalan utama ini maka akan tiba di percabangan terakhir di mana jika belok kiri ialah menuju pantai Ngrenehan dan jika lurus menuju pantai Ngobaran.


LEGENDA PANTAI NGOBARAN

Prabu Brawijaya V adalah keturunan terakhir Kerajaan Majapahit (1464-1478 M) yang melarikan diri dari istana bersama kedua istrinya, mereka adalah Bondang Surati (istri pertama) dan Dewi Lowati (istri kedua). Alasan Ia pergi karena enggan diislamkan oleh putranya sendiri yang bernama Raden Patah Raja I Demak.

Arca-arca di Pantai Ngobaran

Prabu Brawijaya V mengembara ke daerah-daerah pedalaman dan pesisir. Saat tiba di pantai yang saat ini bernama Ngobaran, mereka menemui jalan buntu. Mereka dihadang oleh laut selatan yang ganas ombaknya sehingga tidak tahu harus ke mana lagi.

Akhirnya, Brawijaya V memutuskan untuk membakar diri. Sebelum menceburkan ke dalam api yang telah disiapkan, ia bertanya kepada kedua istrinya. “Wahai, Para istriku! Siapa di antara kalian yang paling besar cintanya padaku?” lantas Dewi Lowati menjawab, “Cinta saya kepada Tuan sebesar gunung.”

Eksotisme Ngobaran

Sedangkan Bondan Surati menjawab, “Cinta saya kepada Tuan Prabu Brawijaya V, sama seperti kuku hitam, setiap selesai dipotong pasti akan tumbuh kembali.” Begitulah cinta Bondang Surati kepada suaminya, jika cinta itu hilang, maka cinta itu akan tumbuh lagi.

Setelah mengetahui jawaban dari kedua istrinya, Brawijaya V kemudian menarik tangan Dewi Lowati kemudian masuk ke dalam api yang besar itu. saat itulah, keduanya tewas serta hangus terbakar. Prabu Brawijaya V memilih Dewi Lowati bercebur ke dalam api karena cinta istri keduanya itu lebih kecil dibandingkan dengan istri pertamanya. Dari peristiwa membakar diri inilah kawasan pantai ini diberi nama Ngobaran. Ngobaran berasal dari kata kobong atau kobaran, yang berarti terbakar atau membakar diri.

Bali van Jogja

Pada saat peristiwa itu terjadi, ada seorang warga yang melihat bahwa yang masuk ke dalam api bukan Brawijaya V dan istrinya, namun anjing peliharaannya. Pendapat ini dibuktikan dengan ditemukannya petilasan (jejak) berupa tulang-tulang sisa kobaran api yang ternyata bukan tulang manusia, melainkan belang yoyang (tulang-tulang anjing).


Kebenaran kisah Prabu Brawijaya V membakar diri ini masih pula diragukan oleh sebagian pihak. Menurut keterangan dari sebagian masyarakat setempat yang diperoleh dari orang-orang tua mereka, Prabu Brawijaya V sebenarnya tidak meninggal di kawasan Pantai Ngobaran.



PANTAI NGOBARAN-NGUYAHAN
Pantai Nguyahan
Terlepas dari cerita rakyat yang ada mengenai Prabu Brawijaya V pantai Ngobaran sendiri memiliki ke-eksotisannya tersendiri  mulai dari tebing-tebing pantai yang indah bagaikann ukiran Yang Maha Kuasa, hamparan pasir putih yang luas, hingga udara alami khas pantai yang sejuk serta segar. Pantai Ngobaran bersebelahan dengan pantai Nguyahan, maka seringkali pula diberi nama pantai Ngobaran-Nguyahan.

Pantai Nguyahan dari Ketinggian

Hanya perlu berjalan sekitar 5 menit saja ke arah barat dari parkiran Pantai Ngobaran. Tidak perlu khawatir karena jalannya sudah diaspal dan kondisinya bagus sehigga mudah untuk dilalui. Hamparan pantai dengan pasir putih akan langsung menyambut wisatawan begitu sampai di Pantai Nguyahan.


KEUNIKAN - KEUNIKAN

Mushalla dengan Mimbar Menghadap ke Selatan

Pantai Ngobaran memiliki keunikan tersendiri yang berbeda dengan pantai-pantai yang lain. Di pantai ini nuansa multikulturalisme sangatlah kental karena berdiri sebuah masjid di tenagh-tengah kompleks pura, bukan masjid biasa pula karena mimbarnya menghadap ke arah laut (selatan) tidak seperti masjid-masjid lain yang menghadap ke arah barat.

Ngobaran di Kala Surut

Saat air surut warga di sekitar pantai mulai mencari rumput laut ataupun landak laut untuk menambah penghasilan sehari-hari mereka. Rumput laut yang mereka kumpulkan bisa untuk dijadikan crispy sementara jika pas dengan musimnya landak laut yang merupakan kuliner khas pantai Ngobaran bisa untuk dimasak. Apabila selagi bukan musimnya, landak laut yang ditangkap tidak memiliki daging sehingga tidak bisa untuk dimasak.

Pura Pantai Ngobaran


Keunikan khas yang dimiliki oleh Pantai Ngobaran sendiri adalah adanya bangunan-bangunan bercorak Hindhu seperti pura dan patung yang berada di tepi lautnya sehingga nuansa Bali begitu terasa di sini. Pura tersebut masih difungsikan untuk ritual keagamaan pada saat-saat tertentu.

Pura Pantai Ngobaran

Tentu saja keberadaan bangunan bercorak Hindhu tersebut menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang berkunjung ke Pantai Ngobaran. Maraknya penggunaan media sosial menjadikan bangunan-bangunan tersebut menjadi spot selfie yang menarik. Namun hendaknya wisatawan tetap menghormati tempat tersebut sebagai tempat ibadah umat Hindhu dengan menjaga kesopanan dan tidak melakukan vandalisme.

Aliran Air Tawar di Tepi Pantai

Satu lagi hal unik yang ada di Pantai Ngobaran adalah jika air aut pada umumnya rasanya asin, di sini terdapat air tawar yang berada di kawasan pantainya. Hal tersebut karena adanya sumber air tawar yang tepat berada di kawasan pantai yang langsung bertemu dengan air laut yang asin. Sumber air ini dapat dijumpai saat air laut sedang surut. Sementara apabila air sedang pasang, maka sumber air tawar ini terendam air laut.

Bonus:



INFO

Fasilitas:
Parkiran, warung makan, mushalla, kamar mandi.

Tarif Parkir
Rp2.000,00 (motor)

Jam Buka
24 jam

Fasilitas
Area parkir, toilet, kamar mandi, mushalla, warung makan

Waktu kunjungan terbaik
Pagi hari atau sore hari menjelang matahari terbenam. Jika siang cuaca akan begitu panas.
Anggara Wikan Prasetya
Perkenalkan, Anggara Wikan Prasetya, pemilik Menggapai Angkasa.

Related Posts

Posting Komentar