KEMBALI KE MERBABU YANG AKAN SELALU DIRINDU

1 komentar
Konten [Tampil]
Kala itu Tahun 2017 telah memasuki bulan kelimanya. Siklus alami musiman yang telah ditetapkan Allah SWT pun menyebabkan langit mulai cerah kembali. Cerah ini tentunya satu anugerah terindah dari-Nya usai musim hujan yang terus menerus turun selama kurang-lebih 18 bulan lamanya akibat fenomena La Nina pada tahun 2016. Cerah pun selain menandakan masuknya musim kemarau, juga menandakan dimulainya musim pendakian.

Puncak Trianggulasi Merbabu; 3142 Mdpl
Puncak Trianggulasi Merbabu; 3142 Mdpl
Seperti biasa, mendekati saat itu maka pendakian pertama pun segera saya persiapkan. Mengenai tujuan pertama, telah diputuskan bahwa setiap tahun di awal kemarau, pendakian menggapai Merbabu melalui jalur Cunthel akan menjadi pendakian pembuka. Gunung ini memang selalu ngangeni meski saya sudah penah melakukan PENDAKIAN KE MERBABU SEBELUMNYA. Hari Minggu siang itu tanggal 14 Mei 2017, pendakian pembuka ke Merbabu itu dimulai.

Bersama travelista tangguh

Sebenarnya pendakian pembuka kali ini sudah dipersiapkan sejak jauh hari. Saya pun berhasil mengajak teman saya, seorang travelista dan fotografer Genpi (Generasi Pesona Indonesia) Jogja bernama Rani Theresia untuk menjadi teman perjalanan. Namun sayang, tidak ada seorang pun teman lainnya yang berhasil saya ajak selain dia. Wajar karena pendakian ini dilaksanakan pada weekdays, sementara pendakian saat akhir pekan akan sangat ramai.
Kenalan dengan Kak Rani di: @Raniajah
Sebenarnya keberangkatan kami dari Yogyakarta saat itu cukup terlambat. Maklum karena setelah lama tidak mendaki, mental cak-cek saya menurun. Kami berangkat dengan bus dari Terminal Jombor menuju Magelang kemudian oper dengan minibus menuju Kopeng. Sesampainya Kopeng langit sudah gelap, beruntung kami mendapat tumpangan naik mobil warga sampai ke base camp Cunthel.

Pendaki yang hilang

Setibanya kami di base camp Cunthel, kondisinya cukup ramai. Ternyata ramai kali ini bukan hanya karena banyaknya pendaki turun gunung, tetapi ada musibah yang juga terjadi saat itu. Dua orang pendaki yang baru turun gunung siang tadi tak kunjung kembali; mereka masing-masing bernama Inggil Pangestu (16) dan Angga Wahyu Setiawan (16). Kronologi musibah tersebut ada pada link berikut:

Saat itu saya mendengar sendiri bagaimana laporan dari rekan-rekan korban yang melapor pada petugas. Langsung saja laporan dilanjutkan ke pihak-pihak terkait seperti Basarnas (Badan SAR Nasional). Base camp Cunthel pun menjadi semakin ramai termasuk dengan kedatangan keluarga survivor. Menurut info yang beredar, pencarian akan dilakukan pada keesokan harinya.

Kejadian tersebut tentunya membuat saya dan Rani khawatir akan ditutupnya jalur pendakian saat dilakukannya pencarian. Namun beruntung karena setelah mengobrol dengan petugas base camp, ternyata jalur pendakian Merbabu lewat Cunthel akan tetap dibuka keesokan harinya. Malam itu kami tidur agak terpisah dari base camp agar bisa beristirahat dengan maksimal.

Pendakian dimulai
Jalur Pendakian Merbabu Sisi Utara
Jalur Pendakian Merbabu Sisi Utara
Pagi harinya sekitar pukul 08.00 WIB, kami mulai bersiap untuk berangkat. Setelah berkemas dan sarapan, kami mulai berjalan untuk melakukan registrasi di base camp. Ternyata dini hari tadi sudah diberangkatkan tim pencari untuk menemukan survivor. Saat kami mendaftar juga diberangkatkan kembali tim pencari tambahan. Tentu kejadian ini akan menjadi pelajaran bagi kami untuk semakin waspada pada perjalanan nanti.

Rute awal kali ini adalah melewati perkebunan warga sebelum masuk kawasan hutan. Perlu diketahui bahwa medan sudah menanjak di awal perjalanan sehingga pemanasan yang dulakukan haruslah maksimal jika tidak ingin keram. Usai melewati kawasan perkebunan, perjalanan mulai memasuki kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu yang berupa hutan.
Medan Terbuka di Pos Kergo Pasar
Medan Terbuka di Pos Kergo Pasar
Pemandangan mulai terbuka saat kami sampai di pos III yang bernama Kergo Pasar. Saat itu waktu menunjukkan sekitar pukul 11.10 WIB. Cukup cepat tentunya karena hanya berselang sekitar 3 jam kami sudah sampai di sini. Cukup lama pula waktu istirahat kami karena selain menikmati pemandangan terbuka yang begitu indah, tanjakan menuju pos selanjutnya yaitu Pos Pemancar begitu tinggi dengan melewati tanjakan Bukit Watu Tulis. Sementara itu dari kejauhan terdengar teriakan tim pecari yang memanggil nama survivor.
Pemandangan Merbabu Jalur Utara
Background

Setengah Perjalanan

Usai melewati tanjakan terjal menapaki Bukit Watu Tulis di bawah sengatan teriknya matahari siang, sekitar pukul 12.00 WIB kami tiba di Pos Pemancar. Sesuai jadwal, kami makan siang dengan nasi bungkus yang dipesan di warung sekiar base camp pagi tadi. Kami berpaspasan dengan satu-satunya rombongan lain pada pendakian kali ini yang turun dari puncak. Sepanjang perjalanan tadi tidak ada pendaki lain selain saya dan Rani.
Pos Pemancar Merbabu
Pos Pemancar Merbabu
Setelah makan, entah mengapa mata ini mengantuk sekali. Kami pun memutuskan untuk tidur siang sejenak untuk mengembalikan tenaga. Tidak disangka, kami tertidur sampai hampir satu jam lamanya. Sekitar pukul 13.30 WIB kami baru kembali melanjutkan perjalanan. Dinding berwarna hijau yang memanjang tampak di depan mata. Dinding itu pun menjadi medan yang harus kami lalui selanjutnya.
Merbabu Jalur Utara
Dinding Hijau di Depan Sana

Perjalanan kilat

Kami kembali berhenti di percabangan antara jalur menuju puncak dengan jalur menuju mata air. Saya memutuskan untuk turun dan mengisi kembali persediaan air kami untuk jaga-jaga. Seorang diri saya turun ke bawah, sementara Rani menunggu di percabangan. Saat berhenti itu juga saya bertemu dengan rombongan pendaki kedua yang baru turun dari puncak sehingga setidaknya ada yang menemani Rani.
Lereng Utara Merbabu
Lereng Utara Merbabu
Segera saya menuruni lereng curam tersebut agar bisa kembali secepatnya. Tentu rasanya cukup mengerikan saat berjalan sendiri. Entah mengapa yang muncul dalam benak adalah jika tiba-tiba saat mengambil air ada harimau atau makhluk aneh mendekat. Segala parno tersebut saya tepis sebisa mungkin. Syukur Alhamdulillah karena saya bisa kembali ke percabangan dengan selamat plus persediaan air yang terisi penuh.
Pemandangan Merbabu Jalur Utara
Pemandangan Merbabu Jalur Utara
Kami kembali melanjutkan perjalanan setelahnya. Pendaki yang kami termui sebelumnya sudah sekitar 30 menit yang lalu meninggalkan Rani seorang diri. Mulailah medan berat Merbabu kami tapaki dengan tanjakan yang begitu terjal berbatu. Panasnya siang itu semakin menguras tenaga kami. Beruntung panorama terbuka yang begitu indah bisa cukup banyak mengusir segala lelah saat memandanginya.
Puncak Sebentar Lagi
Puncak Sebentar Lagi
Kedua kaki kami terus melangkah melawan lelah. Hingga akhirnya kami tiba di rintangan terakhir sebelum puncak yaitu Ondo Rante sekitar pukul 15.50 WIB. Yak, dan itu adalah untuk pertama kalinya saya sampai di Ondo Rante saat masih cerah dari seluruh rangkaian pendakian ke Merbabu. Tentunya lebih mudah untuk melaluinya saat terang daripada saat sudah gelap seperti tahun lalu.
Ondo Rante Gunung Merbabu Via Jalur Utara
Ondo Rante Gunung Merbabu Via Jalur Utara
Kemudahan yang kami dapatkan adalah pijakan tampak jelas karena masih terang sehingga kami dapat dengan mudah memosisikan kedua kaki untuk melangkah. Perlu diketahui bahwa pijakan di Ondo Rante hanya cukup untuk satu kaki saja sehingga untuk melaluinya harus merayap di dinding. Pemandangan pun begitu indah, meski sebenarnya cukup menyeramkan untuk melaluinya dengan merayap di dinding.

Sunset di ujung Merbabu
Puncak Kenteng Songo Merbabu
Yesss..! Tekaaaan..!!
Akhirnya sekitar pukul 16.00 WIB kami sampai di Puncak Kenteng Songo. Kali ini juga untuk pertama kalinya saya menginjakkan kaki di Puncak Merbabu pada sore hari, meski sebelumnya saya sempat menikmati indahnya sunset di Puncak Syarif. Sore itu hanya ada beberapa orang di puncak, termasuk kami. Empat orang lainnya mendaki melalui jalur Selo.
Gunung Merapi
Gunung Merapi
Sore itu benar-benar begitu indah. Tepat di atas kami tidak ada awan satu pun. Langit biru bercampur dengan warna oranye langit sore terlihat sangat mendamaikan hati. Sementara itu di sisi selatan, pemandangan khas dari Puncak Merbabu yaitu Gunung Merapi terlihat menakjubkan dengan diselimuti awan di sisi baratnya.
Senja di Ujung Merbabu
Senja di Ujung Merbabu
Sore itu kami berniat untuk bermalam di Puncak Merbabu. Meski terbesit kekhawatiran saya jika tiba-tiba hujan deras bercampur petir dan angin seperti tahun sebelumnya, tetapi dengan Bismillah kami tetap bermalam di puncak. Lokasi tenda kami ada di cekungan bawah Puncak Kenteng Songo. Sebagai info, hanya kami yang bermalam di kawasan puncak Merbabu saat itu.

Hari Baru yang Cerah

Syukur Alhamdulillah apa yang saya khawatirkan tidak terjadi. Cuaca cerah sepanjang malam sehingga kami bisa beristirahat dengan tenang. Angin pun berembus tidak terlalu kencang sehingga suhu udara tidak semakin turun menjadi lebih dingin lagi. Perlahan tapi pasti, pagi pun tiba bersamaan dengan Puncak Merbabu yang tak lagi sepi.
Para Pendaki Merbabu
Para Pendaki Merbabu
Terdengar suara beberapa pendaki yang sampai ke puncak untuk menikmati keindahan sunrise. Mereka berangkat dari pos terakhir jalur Selo pada dini hari sehingga sampai di puncak sebelum sunrise. Langit malam yang hitam bertabur bintang angkasa dan dunia pun mulai perlahan terang. Maka dimulailah penantian menunggu terbitnya sang surya.
Langit yang Mulai Terang
Langit yang Mulai Terang
Akan tetapi sayangnya sunrise sempurna yang kami semua nanti tidak terlihat. Awan di kawasan bawah cukup tebal, meski kawasan atas begitu cerah. Mungkin karena saat itu masih merupakan peralihan musim hujan menuju kemarau sehingga langit masih belum sepenuhnya cerah. Namun kondisi tersebut tetap tidak mampu menghapus keindahan panorama alam dari Puncak Merbabu.
Berawan
Kumpulan awan yang berada di sisi timur Merbabu tampak membentuk pola memanjang yang begitu memesona. Matahari timur pun mulai menampakkan dirinya beberapa saat kemudian dengan cahaya terang berwarna oranye. Hanya sebentar saja momen sunrise tersebut karena matahari kembali tertutup awan yang cukup tebal di kaki langit sebelah timur.
Unique Cloud Formation
Saat hari mulai siang, awan dan kabut yang mnyelimuti kawasan bawah menghilang sehingga cuaca di sekitar Merbabu menjadi sangat cerah. Warna biru dan hijau seakan mengelilingi kami di Puncak Merbabu saat itu. Pemandangan jauh ke segala arah juga mulai terlihat, terutama jajaran pegunungan yang ada di sekitar Merbabu.
View Favorit
View Favorit
Pemandangan favorit ada di sisi utara hingga barat berupa deretan gunung-gunungnya. Mulai dari sisi utara yang menyajikan panorama Gunung Ungaran, Gunung Andong, Gunung Telomoyo, dan Puncak Pemancar, hingga jauh di sisi barat yaitu dua gunung nan indah; Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing.
Kiri: Sumbing, Kanan: Sindoro
Kiri: Sumbing, Kanan: Sindoro

Turun

Setelah puas menikmati suasana puncak, kami mulai berkemas untuk segera turun. Kami mulai berjalan usai segala perlengkapan termasuk tenda dikemas kembali dalam tas. Namun kami tidak langsung turun, melainkan berjalan terlebih dahulu ke Puncak Trianggulasi karena akan sangat disayangkan apabila tidak mengunjungi kedua puncak tertinggi Merbabu.
Background Merapi di Trianggulasi
Background Merapi di Trianggulasi
Kami hanya sebentar saja di Puncak Trianggulasi untuk berfoto dengan plang penanda. Awalnya saya berniat untuk turun lewat Suwanting, tetapi urung mengingat perjalanan turun tahun lalu lewat sana yang harus melewati kawasan hutan dengan panjangnya jarak tempuhnya. Jalur Selo pun tetap menjadi pilihan jalur turun kami. Perjalanan turun kami mulai sekitar pukul 08.30 WIB
Background Sumbing-Sindoro
Background Sumbing-Sindoro
Turun melalui Jalur Selo adalah pilihan terbaik karena akan melalui banyak medan terbuka yang pemandangannya indah. Selain itu akan dijumpai pula padang Edelweiss yang begitu cantik saat bunganya mekar. Sayang saat kami lewat sini, bunga Edelweissnya belum mekar. Sebagian besar Jalur Selo adalah berupa sabana atau padang rumput yang luas.
Sabana Jalur Selo
Sabana Jalur Selo
Edelweiss yang Belum Mekar
Edelweiss yang Belum Mekar
Kami akhirnya tiba di Base Camp Selo sekitar pukul 12.15 WIB, benar-benar perjalanan yang cepat. Usai makan nasi goreng di base camp, kami melanjutkan lagi perjalanan turun sampai ke jalan utama Selo selama satu jam untuk mencari bus ke Boyolali. Sebenarnya jika kami langsung mendapat bus, waktu sampai kami tidak akan lama.
Sampai Selo
Sampai Selo
Syukur Alhamdulillah karena kami berhasil sampai dengan selamat di Yogyakarta saat petang. Lamanya perjalanan pulang kami selain karena harus menunggu bus, juga karena kemacetan yang terjadi di Yogyakarta. Terlebih kami juga harus naik Trans Jogja ke Terminal Jombor karena motor saya ada di sana.

Epilogue

Perjalanan pembuka di tahun 2017 ini pun akhirnya selesai. Pesona keindahan Merbabu memang akan selalu dirindu. Semoga saja masih akan ada kesempatan untuk menyambanginya sebagai pendakian pembuka setiap tahunnya. Mengenai pendaki yang hilang, kabar baik karena mereka akhirnya ditemukan dengan selamat. SUMBER
Sunset di Puncak Merbabu
Sampai Jumpa Lagi di Catatan Pendakian Selanjutnya

Info Transportasi

Bus Jogja-Magelang
Rp10.000,00

Bus Magelang-Kopeng
Rp10.000,00

Tiket Pendakian
Rp15.000,00

Bus Selo-Boyolali
Rp10.000,00

Bus Boyolali-Klaten
Rp10.000,00

Bus Klaten-Jogja
Rp10.000,00
Anggara Wikan Prasetya
Perkenalkan, Anggara Wikan Prasetya, pemilik Menggapai Angkasa.

Related Posts

1 komentar

Rhoshandhayani KT mengatakan…
17 January 2018 at 20:08

Subhanallah tangguh banget ya Kak Rani 😂😂 aku aja belum tentu berangkat naik gunung kalo cuma berdua doang, hahaha
Btw itu gak ribet bawa cewek naik gunung??



Itu foto2nya keren banget
Btw, parah banget ya di mana tadi dah namanya. Tadi udah scroll, tapi lupa namanya lagi. Ondo ronte yang itulah, yang cuma satu pijakan. Itu kalo mau ada yang salipan gimana???