BATU SERIBU; MASA JAYA YANG TINGGAL SEJARAH

3 komentar
Konten [Tampil]
Kemajuan dunia wisata di Indonesia memang begitu pesat saat ini. Semakin majunya media sosial turut mengiringi pesatnya pertumbuhan berbagai destinasi wisata yang bermunculan di sana-sini. Namun ternyata tak semuanya destinasi yang ada berjaya. Ada beberapa destinasi yang masa kejayaannya kini tinggal sejarah, salah satunya adalah Obyek Wisata Batu Seribu.

Pintu Masuk Batu Seribu
Pintu Masuk Batu Seribu
Berbeda dengan destinasi-destinasi lain yang baru bermunculan sejak era media sosial, Obyek Wisata Batu Seribu sebenarnya sudah lama ada. Namun sayangnya sekarang destinasi ini tidak banyak diketahui orang, kontras dengan keadaan destinasi-destinasi baru kekinian yang ramai dikunjungi.

Menuju Batu Seribu
Lokasi Batu Seribu tepatnya berada di Kecamatan Bulu, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah. Rute termudah menuju Batu Seribu awalnya sama dengan rute menuju GUNUNG SEPIKUL; salah satu destinasi wisata faforit yang masih baru. Bedanya, perjalanan masih berlanjut usai pertigaan yang mana jika belok kiri adalah arah menuju Gunung Sepikul. Waktu tempuh dari Kota Surakarta adalah sekitar satu jam perjalanan.

Menjelang sampai, kondisi rute akan sedikit menanjak dan menyempit. Letak dari Batu Seribu sendiri berada di lereng Bukit Gajah Mungkur; puncak tertinggi dari jajaran pegunungan selatan yang memanjang. Oleh karena itu medan pegunungan akan sedikit dilewati pengunjung yang akan berkunjung ke sana.
Rute Pegunungan
Rute Pegunungan

Sejarah Obyek Wisata Batu Seribu
Meski namanya Batu Seribu, daya tarik wisata utama di sini adalah kolam renang yang airnya langsung diambil dari mata air. Nama Batu Seribu sendiri dipakai karena dulunya sebelum dibuka sebagai obyek wisata, kawasan ini banyak terdapat bebatuan. Menurut sesepuh masyarakat setempat yang juga membuka warung di kawasan ini, Obyek Wisata Batu Seribu mulai dibuka seitar tahun 80-an pada masa pemerintahan Presiden Suharto.
Kolam Renang Batu Seribu
Kolam Renang Batu Seribu
Dulunya Batu Seribu banyak dikunjungi oleh para wisatawan yang ingin merasakan segarnya mandi dengan air langsung dari mata air di tengah rimbunnya pepohonan. Fasilitas wisata di Batu Seribu pun bukan hanya kolam renang, tersedia pula taman bermain dan gardu pandang untuk menikmati pemandangan alam pegunungan. Bahkan tersedia pula joglo yang mana sering diadakan pertunjukan dangdut di sana.

Kejayaan yang tinggal kenangan
Sayangnya di tengah era digital yang semakin memajukan sekor wisata sekarang ini, popularitas Batu Seribu seakan tenggelam. Kini cerita tentang ramainya pengunjung di sini tinggal ingatan masa lalu semata. Tidak lagi ada kunjungan ramai-ramai rombongan wisatawan dari berbagai daerah seperti yang diceritakan sesepuh masyarakat sekaligus pemilik salah satu warung di Batu Seribu ini.
Jalan Setapak yang Sudah Longsor
Kondisi Obyek Wisata Batu Seribu sekarang ini yang seakan tak terawat menjadi faktor penyebab minimnya kunjungan wisatawan. Meski kolam renangnya masih cukup bersih serta terawat, kotor dan kumuh menjadi dua kesan pertama yang muncul dalam benak begitu sampai di kawasan Batu Seribu. Bahkan jalan setapak juga banyak yang rusak di beberapa bagian seperti longsor dan terkikis sehingga menimbulkan kesulitan untuk melaluinya.
Kolam Renang yang Sedang Dikuras & Belakangnya Toilet
Fasilitas seperti kamar mandi dan ruang ganti pun juga tampak memprihatinkan karena jauh dari kesan bersih sehingga melihatnya saja rasanya enggan untuk menggunakannya. Kondisi serupa juga dialami oleh bagian lain dari kawasan Batu Seribu seperti taman bermain yang sekilas seperti berada di kota mati. Beberapa permainan terlihat sudah berkarat dan rusak sehingga tidak bisa dipakai lagi. Selain itu rerumputan di sekitarnya juga sudah begitu tinggi.
Taman Bermain yang Tak Terawat
Gardu pandang pun kini bagaikan bangunan tua di tengah semak dan pepohonan. Keadaannya sudah tak lagi sempurna dengan karat dan beberapa kerusakan pada bagiannya. Naik ke atas gardu pandangnya sekarang ini mungkin terlalu berisiko karena kondisi tersebut membahayakan keselamatan. Bayangkan saja andai gardu pandang tersebut tiba-tiba roboh saat dinaiki karena konstruksinya yang sudah tua.
Gardu Pandang yang Tak Terawat
Sementara itu joglo yang pada masa jayanya ramai oleh pertunjukan dangdut kini nasibnya serupa dengan gardu pandang. Kondisi sekarang bagaikan bangunan joglo tua di tengah hutan dengan beberapa bagiannya yang sudah mulai rusak. Parahnya lagi, sekarang pengunjung joglo ini kebanyakan adalah pasangan muda-mudi yang melakukan tindakan mesum.
Bangunan Joglo yang Juga Tak Terawat

Legenda Batu Seribu
Ternyata di balik kondisi Batu Seribu yang memprihatinkan saat ini, terdapat legenda yang menarik mengenai asal usul mata airnya. Kisah legenda ini diceritakan oleh seorang nenek yang merupakan sesepuh desa dan pemilik salah satu warung di Batu Seribu. Legenda ini juga ada hubungannya dengan dua makam yang dapat ditemui di kawasan Batu Seribu.
Nenek Pemilik Warung yang Menjadi Narasumber
"Konon dahulu sebelum adanya mata air, kawasan Batu Seribu merupakan kawasan pegunungan dan hutan yang sulit untuk mendapatkan air selain di musim penghujan. Saat itu pula belum ada perkampungan yang berdiri di sini. Perkampungan yang ada jaraknya masih cukup jauh dari kawasan Batu Seribu. Legenda dimulai saat suatu hari ada seseorang yang akan membuka kebun palawija di kawasan tersebut.

Orang yang akan membuka kebun palawija tersebut bernama Mbah Gatho. Saat sedang berusaha membuka lahan, tiba-tiba ia menemukan sebutir telur. Ia pun langsung menyantapnya, tetapi ketika baru habis setengah, tiba-tiba ia merasa haus dan kepanasan di sekujur tubuhnya. Tidak adanya air membuatnya bingung dan kesulitan untuk meredakan panas di sekujur tubuhnya itu.
Petilasan/Pemakaman Mbah Gatho & Mbok Lejar
Petilasan/Makam Mbah Gatho & Mbok Lejar
Ia kemudian mencabut pohon pacing dan tiba-tiba saja air keluar dari dari bekas pohon tersebut. Air yang keluar semakin banyak sehingga membentuk kolam besar. Karena rasa panas yang sudah tidak tertahankan lagi, Mbah Gatho kemudian langsung menceburkan dirinya ke dalam kolam besar tersebut.

Tak lama kemudian istri Mbah Gatho yaitu Mbok Lejar datang untu mengantarkan makanan, tetapi dia hanya menemukan setengah telur yang sudah dimakan suaminya tadi. Tiba-tiba saja dia mendengar suara suaminya tanpa wujud. Suara tersebut berkata “Jika kamu masih ingin bersamaku, maka makanlah setengah telur itu”. Mbok Lejar pun memakan telur tersebut dan merasakan haus serta panas seperti yang dialami Mbah Gatho.

Panas yang tidak tertahankan membuatnya turut menceburkan diri ke dalam kolam besar tempat mata air memancar. Mengenai kelanjutan ceritanya termasuk jasad mereka berdua, tidak ada yang mengetahuinya. Kini dua makam yang ada di kawasan Batu Seribu diyakini adalah makam atau petilasan dari Mbah Gatho dan Mbok Lejar."

Potensi besar untuk berjaya kembali
Masa kejayaan Obyek Wisata Batu Seribu memang sudah berakhir, namun bukan berarti sudah tidak ada harapan untuk bangkit kembali. Sebenarnya Batu Seribu memiliki potensi besar untuk kembali berjaya, terlebih di era media sosial sekarang ini. Potensi besar tersebut bahkan sudah bisa ditemukan sedari pintu masuknya yang berbentuk ular naga raksasa sehingga memunculkan kesan unik.
Selain itu konsep kolam renang di tengah alam sendiri memang sangat bagus, mengingat dulunya banyak pengunjung yang datang kemari. Oleh karena itu perbaikan, penataan kembali, dan pengelolaan kebersihan mutlak harus dilakukan oleh pihak terkait untuk kembali menghidupkan Obyek Wisata Batu Seribu ini. Tentu tidak hanya di kawasan kolam, tetapi juga di area taman bermain, gardu pandang, dan juga joglo.
Pintu Masuk Batu Seribu Berbentuk Naga
Pintu Masuk Batu Seribu Berbentuk Naga

Info
Tiket masuk
Rp3.000,00

Tarif parkir
Rp2.000,00

Jam buka
08.00 WIB – 17.00 WIB

Fasilitas:
Area parkir (motor-mobil), kolam renang, toilet, kamar mandi, ruang ganti, warung makan

Waktu kunjungan terbaik:
Selama jam buka dan cuaca cerah
Anggara Wikan Prasetya
Perkenalkan, Anggara Wikan Prasetya, pemilik Menggapai Angkasa.

Related Posts

3 komentar

Rhoshandhayani KT mengatakan…
28 April 2018 at 14:19

huuu itu legendanya menarik banget loh

btw, pengelolanya masih secara pribadi ya?
harusnya sih bisa diambil dispar dan pemkab
yang dijual ya kolam renang, dan keunikan legendanya sih
Reply
Anonim mengatakan…
Tahun 2007 nan pas kemah sekolah pernah merasakan bagaimana kalang kabutnya hujan dan pindah berteduh di aula tersebut, sekaligus pernah merasakan rapeling di gardu pandang wall climbingnya itu, jaman segitu sudah kelihatan rapuhnya, apalagi sekarang, padahal potensi wisatanya lumayan besar setelah gunung sepikul populer.

hanya memang akses yg sangat jauh masuk kedalam alas2, jauh dr keramaian hanya cocok diminati petualang, kurang ramah kalau jadi objek wisata keluarga
Anonim mengatakan…
awal corona sepertinya mau buka mbk, hanya karena berbarengan dengan pandemi akhirnya gagal launching, trus akhir2 dibuka lagi tapi minat kurang, yg rame adl para goweser yg sempat viral, banyak yg gowes kesana, patung naga juga sudah dicat ulang, sayang pas kesana pintu masuk mulut naga ditutup