PERJALANAN PANJANG MENJELAJAH LUASNYA KALDERA BROMO

Posting Komentar
Konten [Tampil]
Liburan long weekend selama tiga hari kembali menyapa di tanggal 16 Februari 2018. Jumat itu sudah masuk ke hari libur karena perayaan Imlek. Tahun baru China kali ini pun kembali spesial dengan adanya perjalanan seperti di tahun 2016 silam saat BERSAMA KAWAN-KAWAN SASTRA INGGRIS UGM KE BLITAR. Namun kali ini perjalanan saya adalah sejauh 322 kilometer menuju Kabupaten Probolinggo.

Motoran ke Taman Nasional Bromo Tengger Semeru
Motoran ke Taman Nasional Bromo Tengger Semeru
Perjalanan kali ini juga semakin spesial karena saya lakukan seorang diri dengan mengendarai sepeda motor. Memang bagi sebagian besar orang, yang saya lakukan ini merupakan sebuah kegilaan. Kalau dipikir-pikir sebenarnya memang benar juga pendapat sebagian orang tersebut karena memang yang saya lakukan ini merupakan sebuah kegilaan.

Perjalanan 322 Kilometer selama sembilan jam
Perjalanan saya menuju Probolinggo dimulai dari Kota Surakarta sekitar pukul 09.00 WIB. Rute awal keberangkatan yang saya pilih adalah melalui Jalan Raya Cemara Sewu yang melintasi lereng Gunung Lawu, bukan melalui jalan utama lewat Ngawi. Rute awal yang saya gunakan tersebut sama dengan saat perjalanan PERTAMA KALI MENUJU MAHAMERU enam tahun silam.

Rute Perjalanan Solo-Probolinggo

Perjalanan melewati Jalur Cemara Sewu yang melewati medan pegunungan membuat udara begitu sejuk sehingga rasanya begitu nyaman, meski dengan jalan berkelok dan menanjak. Cuaca yang masih dalam musim penghujan membuat saya sempat khawatir akan turunnya hujan lebat. Namun Alhamdulillah hujan tidak turun saat saya berada di kawasan pegunungan tersebut, walaupun kabut tebal sempat menyelimuti jalan.
Menerjang Kabut
Usai meninggalkan kawasan pegunungan, saya terus melanjutkan perjalanan ke arah timur. Kali ini perjalanan saya mulai dipandu oleh aplikasi Google Maps untuk mengetahui rute tercepat sampai ke Probolinggo. Kondisi jalanan sendiri mulai kembali ramai usai sampai di daerah Maospati yang mana saya sudah sampai di jalan utama lintas Jawa Timur. Tentu saya tidak lupa Sholat Jumat karena hari itu adalah Hari Jumat.
Lereng Lawu
Lereng Lawu
Setelah menunaikan Sholat Jumat di daerah Madiun, saya kembali memacu kendaraan terus melaju ke arah timur. Jalur mulai lebar menjelang masuk Kota Nganjuk sehingga rasanya cukup nyaman untuk mendahului truk-truk yang berjalan lambat tanpa harus menunggu momentum jika jalurnya sempit. Namun meski nyaman, sayangnya saya tidak luput dari hambatan saat melintasinya.
Kena Paku di Nganjuk
Sebelum mencapai Kertosono, sial bagi saya karena motor melindas paku. Namun saya juga beruntung karena di dekat tempat saya melindas paku ada tukang tambal ban. Syukurlah ban saya tidak rusak parah sehingga masih bisa ditambal. Akan tetapi tetap saja saya kehilangan waktu sekitar 30 menit. Setelah proses penambalan selesai, kembali saya memacu kuda besi Supra X 125 menyusuri Jalan Utama Lintas Jawa Timur tersebut.


Nyasar hingga merasakan banjir di Sidoarjo
Terus melaju ke arah timur, entah mengapa Google Maps yang saya gunakan hanya diam tidak lagi memberi tahu arah usai melewati Mojokerto sehingga saya berinisiatif untuk terus saja mengikuti jalan utama. Namun sayangnya arah saya malah semakin dekat dengan Surabaya. Menyadari keanehan tersebut, saya pun mengecek Google Maps. Ternyata lokasi saya sudah melenceng dari jalan yang benar karena kehabisan paket data.

Sidoarjo-Probolinggo

Saat itu saya sudah masuk ke wilayah Kabupaten Sidoarjo. Saya kemudian berhenti dan membeli kartu perdana yang baru sehingga bisa kembali dituntun oleh Google Maps. Usai membeli paket data yang baru, perjalanan saya pun kembali berlanjut dengan dituntun oleh Google Maps. Saat itu waktu sudah menunjukkan sekitar pukul 16.00 WIB.

Berdasarkan arah yang ditunjukkan Google Maps, saya sempat menyeberang jalan utama Surabaya-Malang yang ramai kemudian menyusuri jalan tembus menuju Pasuruan. Namun ternyata di tengah jalan saya kembali mengalami hambatan. Saat tiba di Kecamatan Gempol, Pasuruan, tiba-tiba banjir menggenangi jalan meski tidak hujan. Saya pun sempat ragu untuk menerjangnya.
Lokasi Banjirnya
Kondisi cuaca sendiri saat itu hujan gerimis sehingga saya sudah mengenakan matol lengkap untuk mengantisipasi hujan lebat. Meski jalanan banjir, tetapi ada banya kendaraan mulai dari truk, mobil hingga motor yang menerjangnya. Hal tersebut membuat saya turut mendapat keyakinan untuk menerjangnya. Sepeda motor saya pun mulai melaju membelah genangan banjir tersebut.

Saya memilih untuk melaju di tengah jalan karena kondisi permukaan jalan memang lebih tinggi di bagian tengah sehingga genangan banjir tidak terlalu tinggi dibanding bagian pinggir jalan. Genangan banjir pun lumayan tinggi yaitu setinggi footstep motor. Seringkali pula saat kendaraan besar melintasi banjir, maka kendaraan tersebut menghasilkan semacam ombak yang bisa sedikit mengempas motor saya.

Perlahan motor saya sedikit demi sedikit mampu melintasi genangan banjir, tentu saya terus berdoa dan berharap agar mesin motor tidak mogok karena banjir tersebut. Akhirnya syukur Alhamdulillah saya berhasil melalui genangan banjir tersebut. Saat saya bertanya kepada warga setempat, ternyata lokasi tersebut memang merupakan genangan banjir. Banjir tersebut pun disebabkan oleh hujan yang turun pada malam hari sebelumnya.

Sampai di Probolinggo
Logo Probolinggo: Tri Karsa Bina Praja
Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Probolinggo
Perjalanan saya berlanjut ke arah timur. Saya pun kembali memasuki jalan utama Provinsi Jawa Timur yang mana meski ramai, tetapi ruas jalannya lebar. Saat itu hari sudah hampir petang. Memang perjalanan saya sudah tak lagi jauh dari Probolinggo, tetapi kondisi fisik sudah cukup lelah karena perjalanan jauh tersebut. Ingin rasanya untuk segera sampai di hotel dan segera beristirahat.

Sekitar pukul 18.00 WIB akhirnya saya memasuki wilayah Kabupaten Probolinggo. Syukurlah karena setidaknya saya sampai di kabupaten tujuan. Sebenarnya saya sempat ragu akan Google Maps yang kembali tidak berfungsi karena tidak kunjung memberi tahu persiapan berbelok. Namun akhirnya terdengarlah pemberitahuan dari aplikasi tersebut untuk bersiap berbelok kanan pada belokan selanjutnya.
Alhamdulillah Sampai Bromo Sunrise Hotel
Akhirnya sekitar pukul 18.30 WIB saya tiba di tujuan yaitu Bromo Sunrise Hotel. Usai memarkirkan motor, saya langsung melakukan check in dengan menunjukkan email pesanan saya via Pegipegi. Syukur Alhamdulillah karena tidak ada masalah dengan pemesanan tersebut sehingga saya bisa segera masuk kamar dan merebahkan diri di tempat tidur.

Kondisi kamar pun sangat nyaman meski dengan harga termurah. Tersedia televisi dan kamar mandi dalam sehingga semakin memaksimalkan saat istirahat. Meski berada di samping jalan besar, tetapi kondisi kamar begitu hening yang menjadikan tidur lebih nyenyak. Usai mencari makan di luar, saya langsung tidur untuk mempersiapkan diri menjalani perjalanan esok hari.

Hari Sabtu di Probolinggo
Malam yang hening pun pecah oleh suara dari speaker masjid besar di sebelah hotel yang menandakan bahwa waktu beraktifitas dimulai. Jarak masjid yang tidak jauh membuat saya menyempatkan diri untuk subuhan di masjid tersebut. Usai menunaikan kewajiban subuh, saya segera mandi dan bersiap untuk memulai petualangan hari itu di Kabupaten Probolinggo.
Kasur Berantakan Setelah Digunakan
Perjalanan hari tersebut pun tidak saya jalani sendirian. Kebetulan rekan kantor saya bernama Anggraini Ariska A.K.A @Anggrek sedang pulang kampung sehingga bersedia untuk memandu saya di daerah kekuasaannya itu. Perjalanan saya hari itu dimulai dengan menghampirinya terlebih dahulu di rumahnya yang ia share melalui Google Maps sehingga mudah untuk diketahui.
Probolinggo-Bromo

Selanjutnya petualangan di Kabupaten Probolinggo pun dimulai. Tujuan pertama pada perjalanan Hari Sabtu itu adalah menuju Bromo melalui pintu masuk Probolinggo. Sebenarnya awalnya tidak ada rencana saya untuk ke Bromo, melainkan ke Air Terjun Madakaripura. Namun rasanya sangat disayangkan apabila pada perjalanan ke Probolinggo saat itu tidak sekalian mampir ke Bromo.

Perjalanan menuju Bromo saya tempuh berdasarkan saran pemandu yang entah mengapa harus terlebih dahulu menempuh jalan utama ke Pasuruan, padahal akan lebih dekat jika lewat dalam kota ke selatan. Namun saya tetap manut pemandu karena bagaimanapun juga dia yang lebih mengetahui seluk beluk daerahnya.
Masuk Wilayang Pegunungan
Menjelang perbatasan dengan Pasuruan, perjalanan berbelok ke arah kiri (selatan) yang mana ada gerbang betuliskan menuju bromo. Selanjutnya tinggal mengikuti jalan tersebut ke arah selatan. Selang setengah jam kemudian kami akhirnya sampai juga di kawasan perbukitan. Pemandangan yang luar biasa indah membuat saya bersyukur kepada Allah SWT karena telah memutuskan untuk berkunjung ke Bromo.

Menuju kaldera Bromo
Kondisi jalan mulai menanjak dan berkelok memasuki area perbukitan. Meski demikian pemandangan bukit-bukit hijau di kanan-kiri jalan ditambah dengan sejuknya udara pagi itu membuat perjalanan terasa begitu menyenangkan. Saya pun meminta tolong Anggrek untuk memfoto pemandangan karena saya harus konsentrasi mengemudi.
Panorama di Sepanjang Jalan Menuju Bromo
Jalanan sempat lengang saat kami mulai memasuki kawasan perbukitan karena kebanyakan wisatawan Bromo berangkat pada dini hari untuk berburu matahari terbit. Namun menjelang gerbang retribusi, suasana sudah ramai dengan banyak wisatawan yang ingin mengunjungi kawasan Bromo. Tentu banyaknya wisatawan juga dikarenakan hari itu adalah liburan long weekend.
Perjalanan Menuju Bromo
Kami pun sampai di kawasan gerbang retribusi memasuki kawasan wisata Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS). Tentu kami harus membayar biaya retribusi yang telah ditentukan oleh pihak berwenang. Total biaya yang kami keluarkan di loket retribusi adalah sebesar Rp60.000,00 untuk dua orang dan satu sepeda motor. Memang biaya tersebut termasuk mahal, tetapi wajar karena Bromo adalah kawasan wisata bertaraf internasional.
Peta Kawasan TNBTS dan tarif Masuk
Peta Kawasan TNBTS dan tarif Masuk
Selanjutnya kami mulai masuk kawasan wisata TNBTS. Beberapa meter melaju, tampak pemandangan ke arah kaldera lautan pasir Bromo di kanan jalan yang ternyata begitu indah. Sebenarnya juga awalnya saya hanya berniat untuk memandang lautan pasir Bromo dari ketinggian, tetapi saya akhirnya tidak kuat menahan godaan untuk menjelajah kaldera Bromo karena keindahannya.
Tarif Masuk TNBTS
Tarif Masuk TNBTS

Lautan pasir kaldera Bromo
Kebanyakan pengunjung menuju kaldera Bromo saat itu menggunakan kendaraan jeep. Saya pun sebelumnya juga enggan untuk menuju lautan pasir Bromo dengan motor karena pernah mendengar pengalaman teman bahwa nantinya motor akan kesulitan berjalan di atas pasir. Namun semuanya berubah ketika melalui kamera superzoom saya melihat ada motor matic yang berjalan di atas pasir kaldera Bromo.
Kawasan Kaldera Bromo
Kawasan Kaldera Bromo
Kami pun akhirnya sepakat untuk turun sampai ke bawah dengan sepeda motor dengan menerima segala risiko yang ada, termasuk jika harus menuntunnya jika sampai terjebak di pasir. Perlahan kami mulai menyusuri jalan turun yang ada untuk sampai ke lautan pasir. Tidak lama kemudian kami akhirnya sampai juga di kaldera Bromo.
Penampakan Motor Matic
Ternyata saat tiba di lautan pasir, motor yang kami gunakan dapat melaju di atas jalan pasir. Syukur Alhamdulillah hujan yang masih sering turun membuat kondisi pasir cukup padat untuk bisa dilalui kendaraan roda dua. Meski sebagian kendaraan roda dua yang melintas adalah trail, tapi motor bebek dan matic masih bisa melintas dengan lancar. Akan tetapi ada pula bagian pasir yang kering sehingga pengendara motor tetap harus berhati-hati
Sampai Lautan Pasir Bromo
Sampai Lautan Pasir Bromo
Pagi itu waktu menunjukkan pukul 08.40 WIB saat kami sampai di lautan pasir. Syukur Alhamdulillah pula kondisi cuaca cukup cerah sehingga semakin memperindah suasana. Sayang atap Pulau Jawa; Mahameru tidak terlihat karena terhalang awan di sisi selatan.  Meski begitu, pemandangan bukit-bukit sekitar kaldera dengan awan di atasnya masih begitu memesona.
Kawasan Kaldera Bromo
Kawasan Kaldera Bromo
Luasnya kawasan kaldera Bromo juga membuat rasa penasaran saya bertambah untuk menjelajahnya. Kami melanjutkan perjalanan ke arah selatan karena penasaran dengan obyek yang dikunjungi oleh para wisatawan dengan jeep. Terus melaju ke arah selatan ternyata kondisi jalan semakain memburuk. Syukurlah akhirnya kami sampai juga di tempat jeep-jeep berhenti.
Menuju Bukit Teletubbies, Bromo
Menuju Bukit Teletubbies, Bromo
Ternyata jeep berhenti di lokasi foto favorit berlatar bukit hijau yang bernama Bukti Teletubbies. Selain itu di sisi timur terdapat hamparan bunga-bunga menawan berwarna putih dengan berlatar jajaran pegunungan yang mengelilingi kaldera Bromo sehingga merupakan spot foto favorit. Banyak pengunjung yang berfoto di sisi timur di mana terdapat banyak bunga berwarna putih tersebut.
Kenalan sama Pemandu Ane: @Anggrek
Awalnya kami juga ingin menyusul mereka untuk mengetahui lebih dekat keindahan bunga berwarna putih itu. Namun sayangnya dari sisi selatan tampak area bawah awan berubah menjadi seperti terhalang tirai tipis putih. Saya pun segera menyadari bahwa tirai putih itu adalah hujan, entah deras atau tidak. Kami pun segera berlari ke arah motor untuk kembali ke titik awal. Ternyata benar, hujan pun kemudian turun meski tidak terlalu deras.
Hujan Mulai Datang
Keputusan untuk kembali dikarenakan kondisi jalan yang kami lalui di sekitar pemberhentian Bukit Teletubbies cenderung becek sehingga jika diguyur hujan dikhawatirkan akan membuat kendaraan roda dua non-trail akan kesulitan melaju. Belum lagi keadaan semakin membahayakan dengan banyaknya lalu-lalang Jeep. Ternyata belum sampai kami ke titik awal, hujan tiba-tiba berhenti dan cuaca menjadi cerah.

Berjalan mengarungi samudera pasir
Entah mengapa rencana untuk kembali sirna begitu cuaca kembali cerah. Melihat pura di bawah Gunung Batok, keinginan untuk menyambanginya pun menjadi membara. Kami pun memutuskan untuk pergi ke sana, tetapi entah mengapa dengan bodohnya kami memarkirkan motor begitu saja di pinggir jalan kemudian berjalan kaki di tengah-tengah lautan pasir menuju pura tersebut yang jaraknya masih cukup jauh.
Jalan Kaki di Lautan pasir bromo
Jalan Kaki di Lautan pasir bromo
Awalnya saya mengira bahwa satu-satunya jalan menuju pura tersebut adalah hanya dapat ditempuh melalui jalan kaki melewati lautan pasir. Entah mengapa juga Anggrek selaku Warlok (Warga Lokal) turut setuju begitu saja. Ternyata memang benar dugaan saya sebelumnya bahwa jarak menuju pura tersebut cukup jauh. Sekitar 20 menit berjalan kami belum juga sampai di pura tujuan.
Terhalang oleh Sungai
Menjelang sampai di pura, ternyata kami mendapat halangan. Sebuah sungai membentang di hadapan kami, sementara pura tujuan hanya tinggal beberapa meter lagi di seberang sungai. Sungai itu sebenarnya bukan sungai dengan aliran air yang deras, bahkan tidak ada airnya melainkan merupakan sungai pasir. Namun jarak pinggiran dengan dasar sungai cukup dalam sehingga kami tidak bisa langsung terjun untuk menyeberanginya.
Lewat Dasar Sungai
Jadilah kami harus berjalan ke arah hilir untuk mencari lokasi di mana jarak antara pinggir sungai dengan dasarnya sehingga kami bisa turun dan menyeberangi sungai tersebut. Selang beberapa lama kami berjalan ke arah hilir, ternyata ada lokasi yang memungkinkan kami untuk turun ke dasar sungai. Kami pun segera turun ke dasar sungai kemudian mencari penggiran yang bisa digunakan untuk kembali naik ke sisi seberang.

Pura Luhur Poten
Akhirnya kami sampai juga di sisis seberang sungai. Ternyata kami baru sadar bahwa kendaraan roda dua bisa berjalan sampai ke area parkir di dekat pura tujuan kami. Yah apa boleh buat, daripada menyesal kami lebih memilih menganggap perjalanan dari tempat memarkir motor tadi sebagai olahraga. Sementara itu dari kejauhan tampak antrean wisatawan yang sedang menapaki tangga menuju kawah Gunung Bromo.
Antrean Wisatawan ke Kawah Bromo
Antrean Wisatawan ke Kawah Bromo
Kami segera berjalan menuju tujuan kami yaitu Pura Luhur Poten yang terletak di kaki Gunung Batok. Selain bentuk arsitektur pura yang tentu saja khas Hindu, latar belakangnya yaitu hijaunya Gunung Batok membuat Pura Luhur Poten menjadi lokasi favorit berfoto. Namun tentu saja pengunjung harus tetap menyadari bahwa tempat tersebut adalah tempat ibadah sehingga sikap dan tutur kata harus dijaga baik-baik.
Sampai Juga di Pura Luhur Poten
Sampai Juga di Pura Luhur Poten
Spot foto favorit bagi para wisatawan adalah di depan pintu gerbang bagian dalam pura dengan arsitekturnya yang unik berlatar belakang Gunung Batok. Sementara itu lokasi di balik gerbang tersebut dikhususkan hanya untuk kegiatan peribadatan umat Hindu dan tertutup untuk wisatawan. Alangkah lebih baik apabila tidak memaksakan diri untuk masuk ke dalam.
Pura Luhur Poten; Taman Nasional Bromo Tengger Semeru
Pura Luhur Poten; Taman Nasional Bromo Tengger Semeru
Sebenarnya sangat disayangkan apabila kunjungan ke Bromo tidak sekaligus mengunjungi kawah Bromo. Namun kami tetap memutuskan untuk tidak ke sana karena selain sangat ramai, waktu kami juga terbatas. Belum lagi perjalanan saya masih akan berlanjut usai dari Probolinggo pada sore hari itu.
Latar Belakang Foto Favorit
Usai puas berfoto di Pura Luhur Poten, kami mulai berjalan kembali ke tempat parkir motor mengarungi lautan pasir lagi. Tentunya saya berharap agar motor saya tidak hilang dicuri orang. Namun syukur Alhamdulillah dari kejauhan nampak motor saya masih ada di tempat semula; sendirian tanpa teman parkir kendaraan lainnya.
Jalan Kaki Kembali ke Lokasi Awal 
Kondisi cuaca saat itu cukup cerah di siang hari sehingga perlahan lautan pasir Bromo mulai berdebu saat kami mulai meninggalkan kawasan Pura Luhur Poten. Terjangan pasir begitu teras terutama saat angin berembus dengan kencang. Padahal dini harinya hujan turun dengan lebatnya sehingga sempat membuat kawasan lautan pasir Bromo tidak berdebu sebelumnya.
Badai Pasir di Lautan Pasir Bromo
Badai Pasir di Lautan Pasir Bromo
Jika berencana mengunjungi Bromo saat musim kemarau, maka masker dan kacamata mutlak harus dibawa. Selain itu saat musim kemarau kondisi pasir tidaklah padat seperti saat kami berkunjung ke Bromo waktu itu sehingga melaluinya dengan sepeda motor akan sangat sulit. Lebih baik menggunakan jasa jeep atau trail saat mengunjungi Bromo di musim kemarau untuk alasan kenyamanan dan keamanan.
Sampai di Titik Awal

Epilogue
Kami pun kembali mengendarai sepeda motor Supra X 125 meninggalkan kawasan lautan pasir Bromo dan kembali melintasi jalan yang sebelumnya kami gunakan untuk keberangkatan. Perjalanan kami menjelajahi Probolinggo pun belumlah selesai. Usai makan siang di sebuah tempat makan yang juga menyediakan durian lezat yaitu Kebun Duren & Cafe Jalan Lumbang-Probolinggo, penjelajahan kami berlanjut ke destinasi selanjutnya.
Jajan Duren Doloe

Info Tarif Masuk & Sewa Jeep ke Taman Nasional Bromo Tengger Semeru
Tarif masuk Bromo dan sekitarnya
Rp27.500,00 (wisatawan nusantara “weekdays” per hari)
Rp32.500,00 (wisatawan nusantara “weekend” per hari)
Rp220.000,00 (wisatawan asing “weekdays” per hari)
Rp320.000,00 (wisatawan asing “weekend” per hari)

Tarif masuk Semeru dan sekitarnya
Rp17.500,00 (wisatawan nusantara “weekdays” per hari)
Rp22.500,00 (wisatawan nusantara “weekend” per hari)
Rp210.000,00 (wisatawan asing “weekdays” per hari)
Rp310.000,00 (wisatawan asing “weekend” per hari)

Tarif masuk kendaraan
Rp10.000,00 (roda empat per masuk)
Rp5.000,00 (roda dua per masuk)
Rp2.000,00 (sepeda per masuk)
Rp1.500,00 (kuda per masuk)

Tarif sewa jeep
Start Cemoro Lawang:
Rp550.000,00 ( Penanjakan 1, Kawah Bromo)
Rp700.000,00 ( Penanjakan 1, Kawah Bromo, Pasir Berbisik, Savana)

Start: Wonokitri
Rp550.000,00 (Penanjakan 1, Kawah Bromo)
Rp700.000,00 (Penanjakan 1, Kawah Bromo, Pasir Berbisik, Savana)

Start: Malang
Rp1.200.000,00 (Penanjakan 1, Kawah Bromo, Pasir Berbisik, Savana)
Rp1.250.000,00 (Penanjakan 1, Kawah Bromo, Pasir Berbisik, Savana, Coban Pelangi)
Rp1.550.000,00 (Penanjakan 1, Kawah Bromo, Pasir Berbisik, Savana, Surabaya “drop-off”)
Rp1.450.00,00 (Penanjakan 1, Kawah Bromo, Surabaya “drop-off”)
Rp1.400.000,00 (Penanjakan 2, Kawah Bromo, Pasir Berbisik, Savana, Air Terjun Madakaripura)
Rp800.000,00 (Ranupane)
Rp1.500.000,00 (Ranupane “antar-jemput”)

Catatan info jeep:
  • Harga bisa berubah pada waktu libur panjang atau high season. Informasi harga high season silakan hubungi: Telp/WA 0823 3573 6888
  • Kapasitas jeel maksimal enam orang
  • Penanjakan 1 lebih tinggi, view lebih bagus, fasilitas lengkap seperti warung dan toilet
  • Setiap tahun harga terus berubah sesuai dengan harga BBM dan kesepakatan antarpaguyuban.
  • Pemesanan jeep yang bersifat mendadak akan mengalami kenaikan karena keterbatasan jumlah jeep di kawasan TNBTS
Anggara Wikan Prasetya
Perkenalkan, Anggara Wikan Prasetya, pemilik Menggapai Angkasa.

Related Posts

Posting Komentar