KEDUNG KAYANG, AIR TERJUN CANTIK NAN MISTIS DI ANTARA MERAPI-MERBABU

Posting Komentar
Konten [Tampil]
Mengadakan perjalanan melewati jalur yang ada di tengah Merapi-Merbabu memang tidak pernah membosankan. Letaknya yang berada di daerah pegunungan membuat rute yang mendapat julukan Jalur SSB (Solo-Selo-Borobudur) ini memiliki panorama memesona. Awal pekan pertama di Bulan Maret tersebut pun untuk ke sekian kalinya saya mengadakan perjalanan melewati jalur cantik ini.

Air Terjun Kedung Kayang, Wonolelo, Magelang
Air Terjun Kedung Kayang, Wonolelo, Magelang
Sebenarnya keberangkatan saya dari Kota Surakarta sudah termasuk kesiangan karena waktu sudah menunjukkan lebih dari pukul 09.30 WIB. Perjalanan ini saya mulai karena memang ada keperluan di Yogyakarta sehingga untuk sekalian refreshing, saya memilih lewat Jalur SSB saja. Melalui jalur ini pula perjalanan saya nantinya akan sampai ke TAMAN BUNGA DEWARI yang terletak di Kabupaten Magelang.

Kunjungan tak terduga ke Kedung Kayang
Awalnya saya hanya berniat untuk langsung saja melalui JALUR SSB sampai ke Muntilan karena selain sudah kesiangan, hujan masih sering turun di awal Bulan Maret tersebut. Terlebih jika semakin siang, maka kemungkinan turunnya hujan akan lebih besar. Saat saya sudah memasuki Jalur SSB pun kondisi cuaca sudah cukup mendung sehingga Merapi-Merbabu tidak tampak.

Solo-Air Terjun Kedung Kayang

Akan tetapi saat saya mengira bahwa hujan akan turun dengan derasnya, tiba-tiba cuaca menjadi cukup cerah. Saat itu pula saya melewati sebuah plang yang menunjukkan arah ketika sampai di Desa Wonolelo, Kabupaten Magelang. Plang tersebut meski tulisannya sudah tidak tampak, tetapi saya masih bisa membaca salah satu petunjuk arahnya yaitu ke Air Terjun Kedung Kayang. Cuaca yang saat itu cukup bersahabat membuat saya akhirnya memutuskan untuk sekalian berkunjung ke sana.
Plang yang Sudah Tidak Terlihat
Jika ditempuh dari Arah Solo seperti yang saya lakukan ketika itu, maka pertama perjalanan dimulai dengan berkendara ke arah Boyolali. Sesampainya di Boyolali, pilih rute memasuki Jalur SSB yang nantinya akan melewati pertengahan Gunung Merapi dan Gunung Merbabu. Terus ikuti jalan utama jalur tersebut sampai tiba di Desa Wonolelo dan perhatikan plang penunjuk arah menuju Air Terjun Kedung Kayang yang sayangnya sudah tidak begitu terlihat.
Gerbang Masuk Kawasan Wisata Air Terjun Kedung Kayang
Gerbang Masuk Kawasan Wisata Air Terjun Kedung Kayang
Air Terjun Kedung Kayang Bagian Atas 
Saya kemudian mengikuti jalan yang ditunjukkan oleh plang penunjuk arah menuju Air Terjun Kedung Kayang. Ternyata hanya berselang beberapa meter saja, saya sudah sampai di area parkir kendaraan menuju air terjun. Mulai dari area parkir ini, perjalanan menuju kawasan air terjun harus ditempuh dengan berjalan kaki. Saya pun mulai berjalan kaki usai membayar tiket masuk di pos retribusi sebesar Rp4.000,00.
Area Parkir Air Terjun Kedung Kayang
Area Parkir Air Terjun Kedung Kayang
Beberapa saat berjalan, terdapat sebuah pertigaan yang mana jika ke arah kiri maka nantinya akan sampai di kawasan atas air terjun, sementara untuk sampai ke dekat air terjun maka harus mengambil arah kanan. Saya mengambil arah kiri terlebih dahulu karena penasaran dengan bagaimana kondisi atau panorama di kawasan Air Terjun Kedung Kayang bagian atas.
Pertigaan
Samar-samar suara air terjun mulai terdengar beberapa meter dari pertigaan tersebut. Kondisi jalan memang sudah dibenahi sehingga bukan lagi berwujud jalan setapak dari tanah sehingga mudah untuk dilalui. Nantinya terdapat anak tangga turun yang cukup curam untuk sampai di tujuan. Tidak sampai lima menit berjalan kaki, saya akhirnya sampai di kawasan Air Terjun kedung Kayang bagian atas.
Aliran Sungai Sumber Air Terjun Kedung Kayang
Aliran Sungai Sumber Air Terjun Kedung Kayang
Ternyata spot di sebelah kiri pertigaan diperuntukkan bagi mereka yang ingin melihat panorama Air Terjun kedung Kayang dari atas. Pemandangan air terjun yang mengalir deras dari aliran sungai dapat disaksikan dengan eloknya di sini. Saat cuaca sedang cerah, maka latar belakang panorama Gunung Merapi akan semakin mempercantik pemandangan, atau jika beruntung maka akan terlihat pelangi yang terbentuk dari percikan air terjun.
Air Terjun Kedung Kayang Bagian Atas
Air Terjun Kedung Kayang Bagian Atas
Usai puas memandang keindahan Air Terjun Kedung Kayang dari atas, maka saya segera berjalan menuju ke sisi sebaliknya yaitu sisi bagian bawah. Namun saya tidak berjalan lewat jalan tadi melainkan melalui jalan lain yang ada di percabangan dekat tempat spot panorama karena jika lewat jalan sebelumnya, maka saya harus berjalan melewati tanjakan dengan anak tangga yang terjal.
Kalau Balik Harus Lewat Tanjakan ini
Kondisi jalan satunya yang saya lalui pun tetaplah menanjak, tetapi tidak terlalu parah. Hanya saja menjelang sampai di jalan setapak utama menuju area bawah Air terjun Kedung Kayang, terdapat sebuah tanjakan yang mana kondisi jalurnya cukup rusak karena sedikit longsor. Meski demikian saya tetap melewati jalan tersebut. Tentunya saya harus lebih berhati-hati karena risiko terbesar adalah terperosok dan jatuh ke jurang.
Jalan Setapak yang Longsor

Perjuangan menuju kawasan bawah Air Terjun Kedung Kayang
Selanjutnya saya mulai berada di jalan setapak utama menuju kawasan Bawah Air Terjun Kedung Kayang. Sebetulnya dengan melihat air terjun dari kawasan atas tadi saya sudah merasa bahwa menuju kawasan bawah air terjun bukan merupakan perjalanan yang dekat. Namun saya tetap melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki melewati jalan tersebut. Entah mengapa juga perasaan saya tidak begitu enak saat menapaki jalan tersebut.
Turunan Curam nan Licin
Ternyata firasat saya tersebut memang benar. Tak lama kemudian sebuah turunan terjal langsung menyambut saya. Kondisi jalur memang sudah dicor, tetapi entah mengapa tidak dibuat anak tangga supaya bisa mempermudah perjalanan karena selain terjal, lumut yang menempel di jalan cor tersebut membuatnya cukup licin untuk ditapaki. Jika tidak berhati-hati, maka bisa saja terpeleset. Tentunya pemilihan alas kaki juga harus diperhatikan.
Turunan yang Lebih Curam dan Lebih Licin
Untungnya saya berhasil melewatinya tanpa terpeleset. Meski demikian, kondisi jalan setapak belum sepenuhnya nyaman untuk ditapaki. Masih ada turunan terjal lagi untuk dilalui yang mana kondisinya lebih buruk daripada sebelumnya. Jika sebelumnya jalan sudah cukup licin karena lumut, kali ini kondisinya lebih licin karena diperparah oleh tetesan air dari pinggiran sehingga kombinasi antara lumut dan air akan siap membuat pijakan tergelincir jika tidak waspada.

Sekali lagi syukurlah saya berhasil melewati turunan terjal nan licin tersebut. Akhirnya saya tiba di tepi sungai yang aliran airnya berasal dari Air Terjun Kedung Kayang. Saya sempat lega untuk beberapa saat karena mengira bahwa nantinya jalan untuk sampai ke bawah air terjun akan mudah dengan menyusuri jalan setapak yang datar di sepanjang aliran sungai. Akan tetapi nyatanya kenyataan berkata lain.

Menyeberangi dua aliran sungai
Ternyata untuk sampai ke dekat air terjun, tidak ada jalan setapak yang bisa dilewati dengan nyaman karena perjalanan harus ditempuh dengan menyeberangi sungai tersebut. Kedalaman sungai yang harus dilewati pun bukan sekadar hanya semata kaki saja, tetapi dalamnya adalah selutut dengan aliran cukup deras sehingga cukup kuat untuk bisa mengempaskan pijakan kaki.
Menuju Air Terjun Utama
Memang sebenarnya tidak terlalu berbahaya, tetapi jika sampai terpeleset dan jatuh maka selain badan akan basah kuyup, hendaklah bersiap untuk kehilangan barang-barang elektronik seperti kamera atau ponsel yang akan rusak jika sampai basah. Hal tersebutlah yang membuat saya sempat ragu untuk lanjut berjalan menyeberangi aliran sungai untuk sampai ke bawah air terjun.
Coba Melompati Bebatuan Kalau Berani Seperti Mereka
Perjalanan saya sempat terhenti beberapa saat untuk mencari rute lain atau aliran sungai yang lebih dangkal. Namun sayangnya saya tidak berhasil menemukan rute alternatif lainnya selain menyeberangi sungai yang tadi. Saat sedang bingung, datanglah dua orang yaitu laki-laki dan perempuan yang juga ingin mencapai kawasan sekitar air terjun. Sebelumnya mereka hanya berfoto di pinggir aliran sungai karena juga bingung bagaimana menyeberangi sungai tersebut.
Nyeberang Kali
Kami pun sepakat bekerja sama melewati aliran sungai tersebut. Penyeberangan kami lakukan dengan saling berpegangan agar tidak sampai tergelincir jatuh. Pertama mencoba rasanya cukup menyeramkan, tetapi lama kelamaan kami akhirnya terbiasa sehingga rasanya tidak lagi begitu menyeramkan. Selanjutnya kami berjalan melewati jalan setapak yang ada di seberang sungai ke arah air terjun utama.
Air Terjun Utama Sudah Terlihat
Lagi-lagi kami mengira bahwa rute sulit yang harus dilalui sudah berakhir. Namun ternyata kembali kami harus melalui aliran sungai untuk bisa semakin dekat ke air terjun. Sama seperti sebelumnya, aliran sungai selutut yang cukup deras harus kembali kami lewati. Bedanya kali ini aliran sungainya sedikit lebih dalam daripada sebelumnya. Kami pun kembali melewatinya dengan bekerja sama dan saling berpegangan.
Menuju Air Terjun Kedung Kayang
Menuju Air Terjun Kedung Kayang
Air Terjun Kedung Kayang
Kami kembali berhasil menyeberangi sungai kedua tersebut. Selanjutnya perjalanan menuju air terjun utama sudah tidak jauh lagi. Namun meski demikian, kami masih harus melewati jalan setapak di tengah semak yang cukup tinggi sebelum mencapai air terjun. Beruntung karena semak tersebut merupakan rintangan terakhir sebelum sampai di Air Terjun Kedung Kayang. Syukur Alhamdulillah pula karena kami berhasil melaluinya dan sampai tepat di depan air terjun utama.
Menembus Semak
Derasnya air terjun sempat membuat saya khawatir untuk semakin mendekat jikalau sewaktu-waktu hujan turun dengan lebatnya di atas dan terjadi banjir. Terlebih suara deru air terjun terdengar begitu deras. Meski awalnya terkesan menyeramkan, saat sudah terbiasa maka kesan seram tersebut pun hilang dan berganti dengan perasaan damai karena suasana air terjun berpadu dengan suara khas alirannya yang mendamaikan.
Alhamdulillah, Sampai di Air Terjun Kedung Kayang
Alhamdulillah, Sampai di Air Terjun Kedung Kayang
Selang beberapa lama kemudian ternyata ada beberapa rombongan wisatawan yang juga berhasil mencapai tempat saya berada saat itu. Tentunya mereka melewati rute yang sama dengan saya termasuk dengan melewati turunan terjal nan licin dan menyeberangi dua sungai. Suasana di Air Terjun Kedung Kayang pun tidak lagi sepi dan mencekam seperti sebelum kedatangan mereka tadi.
Sudah Ramai
Berfoto pun menjadi hal yang lazim dilakukan oleh pengunjung di Air Terjun Kedung Kayang ini dengan berlatar derasnya aliran air dari ketinggia. Namun perlu diperhatikan bahwa semakin dekat ke air terjun, maka percikan air akan semakin besar sehingga mampu untuk membasahi lensa kamera. Membiarkan kamera atau ponsel dalam posisi menjepret dalam beberapa detik saja sudah cukup membuatnya basah.
Foto dengan Latar Belakang Air Terjun Kedung Kayang
Foto dengan Latar Belakang Air Terjun Kedung Kayang
Air Terjun Kedung Kayang sendiri memiliki tinggi sekitar 40 meter dengan aliran air yang terus ada, baik di musim hujan maupun musim kemarau. Saat musim hujan selain aliran air di air terjun utamanya yang lebih deras, juga terdapat beberapa air terjun di sekitarnya. Saat musim kemarau volume air terjun utama akan lebih kecil, sementara air terjun kecil di sekitarnya akan menghilang.
Air Terjun Kecil yang Menghilang di Musim Kemarau
Selain berfoto, jika perlengkapan berupa baju ganti, handuk, dan alat mandi lengkap, maka bermain air di sungai menjadi aktivitas menyenangkan saat mengunjungi Air Terjun Kedung Kayang. Aliran sungainya yang tidak begitu dalam menjadikannya aman digunakan untuk bermain air. Namun tentu lebih baik jika terlebih dahulu mengecek kedalaman bagian sungai yang akan digunakan untuk bermain air.
Masih dengan Latar Belakang yang Sama
Masih dengan Latar Belakang yang Sama
Saat kembali ke area parkir, saya sempat berbincang dengan petugas tiket dan warga setempat. Ternyata mengenai risiko banjir, petugas tersebut selalu berkontak dengan petugas lainnya di Kecamatan Selo melalui HT. Jikalau misal hujan lebat terjadi di Selo, maka petugas di sana akan mengontak petugas di Air Terjun Kedung Kayang sehingga kemudian melalui pengeras suara para pengunjung di kawasan bawah air terjun akan diminta untuk segera kembali.

Mistisnya Air Terjun Kedung Kayang
Menurut masyarakat setempat, Air Terjun Kedung Kayang merupakan lokasi yang mistis. Hal tersebut dikarenakan pada zaman dahulu lokasi air terjun ini sering digunakan sebagai untuk mengadu kesaktian oleh tiga orang empu yaitu Empu Panggang, Empu Khalik dan Empu Puthut. Mereka mengadu kesaktian dengan melempar telur angsa ke dalam sumber air dan barang siapa yang telurnya tidak pecah, maka dialah pemenangnya.
Kedung Kayang Waterfall
Kedung Kayang Waterfall
Hasilnya seluruh telur yang dilemparkan pecah dan cangkangnya pun lenyap. Menurut masyarakat kejadian ini merupakan awal air terjun ini dinamai Kedung Kayang. Pengunjung air terjun ini pun bukan hanya wisatawan. Banyak mereka yang datang untuk melakukan ritual guna mendapatkan benda pusaka atau memperoleh kesaktian. Bahkan dikisahkan bahwa pernah suatu hari seorang warga menemukan telur emas.

Selain itu kejadian ganjil juga sering terjadi di kawasan air terjun ini. Salah satunya yang sering terjadi adalah terdengarnya bunyi alunan musik gamelan dari kawasan Air Terjun Kedung Kayang, padahal tidak ada hajatan yang diadakan di desa sekitarnya. Selain itu pada hari-hari tertentu entah mengapa ada banyak monyet berkumpul di atas air terjun seperti sedang mengadakan pesta.
Tetap Jadi Destinasi Menarik
Berbagai sumber juga menjelaskan bahwa beberpa kali air terjun ini menjadi lokasi bunuh diri seseorang dengan melompat dari atas air terjun sehingga cerita tersebut menambah kesan angker di air terjun ini. Tidak ketinggalan pula cerita yang beredar bahwa pengunjung beberapa kali melihat penampakan sosok ghaib di atas bebatuan, terutama mereka yang terlalu malam berada di Air Terjun Kedung Kayang.

Memang berbagai kisah mistis yang ada membuat seram suasana di sini. Akan tetapi terlepas dari kisah mistis yang beredar tersebut, Air Terjun Kedung Kayang tetaplah merupakan suatu destinasi wisata menawan. Dikelilingi oleh keasrian hijau lembah dengan suara deru air terjunnya, hal tersebut tentunya akan selalu mampu untuk memunculkan pesona kedamaiannya.
Foto Terakhir Sebelum Pulang
Kisah mistis tersebut tentunya dapat disikapi dengan menjaga tingkah dan perilaku saat berkunjung. Bagaimanapun juga kita sebagai manusia tidaklah hidup sendirian di alam semesta luas ciptaan Allah SWT ini sehingga harus saling menghormati ciptaan-Nya yang lain, mulai dari sesama manusia, flora, fauna, hingga mereka yang tak kasat mata.

Info

Jam kunjungan:
07.00 WIB - 17.00 WIB

Harga tiket
Rp4.000,00

Tarif parkir
Rp2.000,00

Fasilitas
Area parkir, warung makan, toilet, kamar mandi

Waktu kunjungan terbaik
Pagi hari menjelang siang saat cuaca cerah
Anggara Wikan Prasetya
Perkenalkan, Anggara Wikan Prasetya, pemilik Menggapai Angkasa.

Related Posts

Posting Komentar