Sasingg on Malaysia 6 - 11 April 2012

Posting Komentar
Konten [Tampil]

Prologue 


Siang hari terasa panas seperti biasanya, ya udara di musim hujan memang selalu lembab dan panas di siang hari karena panas yang terperangkap di awan. Tanggal 6 April 2012 semakin dekat, tanggal 6 April yang bukan sekedar tanggal 6 April biasa, pada tanggal itu kami perwakilan dari jurusan Sastra Inggris Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada akan berangkat ke Malaysia untuk mengikuti Festifal of Colours 2012 (FESCO) di Universiti Teknologi Petronas, Perak, Malaysia. Hmm, benar-benar sebuah kesempatan emas bagi kami untuk mendapatkan sebuah pengalaman yang berharga, tinta emas dalam hidup kami mahasiswa Sastra Inggris Fakultas Ilmu Budaya UGM. Di sana kami akan menampilkan tarian kecak, bukan sekedar kecak Bali tapi sebuah tarian kecak nusantara.
IMAJI:


Semakin mendekati tanggal 6 April, latihan kami semakin berat. Latihan vokal yang serasa mencekik tenggorokan serta latihan kuda-kuda yang melelahkan setiap Selasa dan Kamis malam menjadi agenda wajib bagi kami semua untuk menuju FESCO di samping latihan blocking di panggung. Hmm.. Rasa malas dan bosan senantiasa setia menggoda kami semua dalam mempersiapkan diri, bagaimana tidak sudah sehari full capek kuliah, malamnya masih ditambah dengan latihan kecak yang tambah membuat kami lelah, untuk membayangkannya saja sudah benar-benar malas rasanya untuk berangkat. Ya walaupun begitu rasa tanggung jawab kamilah yang akhirnya mengalahkan godaan-godaan tersebut. Kami sadar bahwa FESCO besok itu merupakan event besar kami yang membutuhkan persiapan yang besar pula untuk bisa menampilkan hasil yang terbaik di sana nanti.

Tempat latihan:

Image Source: http://wikimapia.org/1680548/id/Pusat-Kebudayaan-Koesnadi-Hardjasoemantri

Berat memang persiapan kami, tapi kami senantiasa selalu saling mensupport satu sama lain, melalui canda-tawa semua kelelahan dan keletihan yang kami semua rasakan serasa hilang. Walaupun seringkali dijejali dengan canda dan tawa, bukan berarti kami tidak serius dalam berlatih. Kami semua tetap sadar bahwa latihan ini sangatlah penting sehingga kami tetap serius, prinsip “serius tapi santai” selalu senantiasa kami pegang agar tetap serius berlatih. Tidak lupa pula dukungan dari jurusan Sastra Inggris yang senantiasa memompa semangat kami. Yang terpenting adalah rasa bangga bisa mewakili Universitas Gadjah Mada, bahkan membawa nama Indonesia di negeri tetangga adalah sebuah modal yang amat sangat berharga untuk selalu mengobarkan api semangat kami. Yah itu semualah yang membuat kami masih bisa bertahan menghadapi latihan-latihan berat mendekati tanggal 6 April 2012, hari di mana kami akan berangkat ke negeri seberang yaitu Negeri Jiran, Malaysia.

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------


Malaysia, Here We Go

.

Pose sebelum berangkat:

Akhirnya hari keberangkatan pun tiba. Hari Jumat, 6 April 2012 tepatnya pukul 07.00 WIB kami berkumpul di bandara internasional Adisutjipto Yogyakarta yang akan menjadi titik awal keberangkatan. Kami mulai lepas landas dengan pesawat Air Asia pada sekitar pukul 09.00 WIB, cuaca yang saat itu masih cukup cerah membuat kami dapat melihat pemandangan negeri kami yang sangat mengagumkan dari ketinggian. Perjalanan menuju Malaysia kami tempuh selama kurang – lebih dua jam saat kami tiba di bandara internasional Kuala Lumpur, Malaysia.

Flying:
Flying Again:

Malaysia International Airport:
Bus Jemputan:
Yup, sekitar tengah hari kami menginjakkan kaki di tanah Negeri Jiran, ternyata keadaanya bisa dibilang tidak jauh berbeda dengan di Indonesia terutama keadaan cuacanya yang masih sama – sama panas, bahkan cenderung lebih panas, perbedaan lainnya ialah di Malaysia banyak terdapat perkebunan kelapa sawit. Setelah tiba, kami langsung dijemput oleh pihak panitia dengan menggunakan bus milik Universitas Teknologi Petronas yang ternyata sangat nyaman sekali. Kami mulai bertolak menuju Perak tempat di mana UTP berada yang ternyata cukup jauh karena membutuhkan waktu sekitar dua jam perjalanan ditemani oleh hujan yang mulai turun, beruntung karena jalanan di sini relatif cukup bagus dan tidak macet. Keadaan di sekitar jalan yang kami lalui tidaklah padat, bahkan banyak yang berupa hutan. Sekitar pukul 14.00 WIB kami berhenti sejenak untuk makan di sebuah tempat makan yang berada di pinggir jalan utama, yah kesempatan kami untuk merasakan masakan Malaysia yang rupanya memiliki cita rasa yang berbeda dengan yang ada di Indonesia karena di sini bumbu rempah – rempahnya begitu terasa sehingga semakin menambah kondisi yang sudah panas oleh cuaca menjadi lebih panas.

Rumah Makan:

Sore harinya kami tiba di UTP, di sini para cewek turun dari bus karena penginapan mereka terletak di asrama mahasiswa di dalam kampus. Sementara para cowok penginapannya ada di kompleks perumahan dosen yang kemudian dibagi menjadi tiga kelompok. Sore hari kami hanya istirahat sebentar saja, usai mandi sekitar pukul 18.00 WIB kami harus kembali bersiap menunggu jemputan bus yang akan membawa kami ke UTP untuk menyaksikan pertunjukan EOG (Ensamble of Gamelan) yang diadakan di Chancellor Hall UTP pada malam harinya, pada saat ini kami bertemu perwakilan UGM lainnya di EOG yaitu teman – teman dari UKJGS (Unit Kesenian Jawa Gaya Surakarta). Malam ini kami juga diberi kesempatan untuk melihat panggung pementasan FESCO yang berada tak jauh dari tepat diadakannya EOG. Usai pagelaran EOG usai kami kembali ke penginapan untuk istirahat dan mempersiapkan diri untuk gladhi bersih besok.

With UKJGS:

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------



Second Day




Tanggal 7 April 2012, jadwal untuk hari ini adalah gladhi kotor pada pagi hari yang kemudian diteruskan dengan gladhi bersih pada sore hari dan juga pementasan pada malam harinya. Pagi hari kami sudah harus siap untuk berlatih langsung di tempat pentas agar pentas gladi bersih kami maksimal. Benar – benar hari yang melelahkan, jelas karena latihan yang kami lalui selalu melelahkan terutama bagi kaki dan tenggorokan, namun itulah kewajiban yang harus kami lakukan. Hari ini kami hanya berada di kompleks UTP karena memang kami harus fokus untuk berlatih dan mempersiapkan diri.

Tempat Pentas:

Usai Gladhi:

Pada sore harinya gladhi bersih pun dimulai, kami mulai berlatih dengan sungguh – sungguh di tempat yang akan kami gunakan untuk pentas nanti malam. Benar – benar hari yang melelahkan sebab hari ini fisik kami masih kelelahan akibat dari perjalanan panjang kemarin dan juga tidur yang kurang, bahkan Eric selaku leader dalam kecak sudah mulai kehilangan suara karena flu. Kondisi fisik yang demikian membuat kami harus pintar – pintar memompa semangat.

Usai Pentas:

Malam pun tiba, saatnya kami untuk mengerahkan segala kemampuan kami demi nama baik universitas, bangsa, serta negara. Ternyata pementasan pada malam hari ini mendapat penilaian dari pihak dewan juri yang mana hanya yang mendapat nilai baik lah yang akan tampil di Dewan Philharmonic, Petronas Tower. Hal yang paling mendebarkan tentu saja adalah penilaian setelah kami tampil, sayangnya kami tidak berhasil untuk mendapatkan nilai maksimal. Keputusasaan sempat menghampiri kami, namun menjelang akhir acara panitia mengumumkan bahwa kami selaku perwakilan dari Indonesia berhak tampil di Dewan Philharmonic, yup tentu saja kami semua senang karena mendapatkan kesempatan itu.

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Third Day


Agenda hari ketiga ini ialah touring alias jalan – jalan keliling negeri jiran, sebuah kegiatan yang juga melelahkan, namun bagusnya ialah tak lagi menguras mental kami. Sayangnya satu dari teman kami yaitu Eric tidak bisa mengikuti agenda hari ini karena sakit sehingga ia memutuskan untuk istirahat saja di penginapan. Tempat – tempat yang kami kunjungi antara lain adalah:

1.    Masjid Ubudiah

Masjid ini terletak di di Bukit Chandan, Kuala Kangsar, Perak dianggap salah satu masjid terindah di Malaysia dan merupakan simbol kebanggaan dan kepercayaan untuk kaum Muslim di Perak. Kubah emas dan menara masjid adalah bukti dari keindahan seni bangunan Islam. Pembangunan masjid Ubudiah bermula dari zaman Sultan Idris Murshidul Adzam Shah I, Sultan Perak ke-28. Pembinaan Masjid Ubudiah pernah tertunda saat dua ekor gajah kepunyaan Sultan Idris dan Raja Chulan telah berkelahi yang mengakibatkan ubin marmer yang dibawa masuk dari Italia untuk pembangunan masjid tersebut habis pecah. Masjid Ubudiah telah diresmikan pembukaannya oleh Sultan Jalil Karamatullah Shah pada tahun 1917. (Wikipedia).

MAsjid Ubudiah:

Masjid Ubudiah:

Masjid Ubudiah:



2.    Istana Kenangan

Istana ini dibangun pada tahun 1926 untuk Sultan Iskandar Shah oleh pengrajin kayu Malaysia bernama Sepian dari Bukit Mertajam dengan bantuan dua anaknya yaitu Zainal Abidin dan Ismail. Istana ini sebelumnya dikenal dengan nama Istana Lembah karena lokasinya. Istana ini menjadi kediaman resmi antara tahun 1931 dan 1933. Namun setelah selesainya Istana Iskandariah, Istana kenangan digunakan untuk menjadi tuan rumah dari reepsi kerajaan dan di mana tamu istana menginap. Istana Kanangan memiliki dua lantai tinggi dengan lantai atas terdiri dari kamar tidur, kamar tidur keluarga dan ruang makan. Lantai dasar ini pernah digunakan sebagai kantor resmi kerajaan di mana lantai aslinya terbuat dari kayu solid, namun lantai kayunya diganti oleh marmer. Kini Istana itu menjadi salah satu peninggalan sejarah di Perak. Menurut guide yang bersama kami, istana ini dibangun tanpa menggunakan paku. Sayangnya, kami hanya bisa untuk melihatnya dari dalam bus.
Istana Kenangan:

3.    Istana Ulu

Istana ini dikenal juga dengan nama Istana Kota yang dibangun pada tahun 1903. Istana ini berisi benda – benda koleksi istana, hampir mirip konsepnya dengan keraton di Yogyakarta maupun Surakarta. Sayangnya di dalam istana kami tidak diperkenankan untuk mengambil gambar.
Istana Ulu:

Istana Ulu:

Perjalanan selanjutnya bisa dibilang ialah wisata kuliner yang mana kami diberi kesempatan untuk mencicipi makanan khas negeri Jiran yang menurut masing – masing lidah kami rasanya berbeda – beda. Ada yang bilang enak, biasa, hingga tidak enak, tapi setidaknya kami tahu makanan khas negeri tetangga yang tentunya berbeda dengan makanan yang sehari – hari kami makan.

View:

View II:

Usai makan siang perjalan dilanjutkan dengan mengunjungi sentra pembuatan keramik yang berada di sebuah desa. Apabila sekilas dilihat dan dirasakan keadaanya, terkesan hampir tidak ada bedanya dengan di Indonesia, mungkin karena masih sama – sama terletak di Asia Tenggara.


Sore harinya kami kembali diberi kesempatan untuk mencicipi hidangan khas Negeri Jiran. Tempat yang menjadi tujuan kami ini terletak di tepi sebuah sungai besar. Lagi – lagi keadaanya hampir sama dengan di Indonesia. Sore ini makanan yang kami santap berupa mie dengan bumbu serta tambahan yang khas, salah satunya ialah parutan bunga. Kembali makanan ini menuai berbagai macam komentar dari masing – masing lidah kami, namun karena lapar makanan tersebut tetap kami makan.
Rumah Makan:
View:

View II:

Pose:

Usai makan kami kembali lagi ke penginapan untuk mandi dan bersiap – siap kembali ke UTP untuk menyaksikan rangkaian pementasan yang lain. Sesampainya di penginapan kami bertemu kembali dengan Eric yang ternyata sudah sehat kembali sehingga ia kembali bergabung bersama kami.

Pementasan:

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------



Fourth Day


Pada hari ke empat kami mulai mengemasi barang – barang kami karena kami akan segera meninggalkan homestay di Perak dan akan menuju ibu kota Malaysia yaitu Kuala Lumpur yang merupakan tempat di mana agenda kami yang selanjutnya diadakan. Kami berangkat pagi – pagi sekali denga tujuan agar tidak terkena macet (ternyata di Malaysia ada macet juga). Cukup jauh perjalanan menuju Kuala Lumpur, namun siang hari kami sampai juga di sana. Tujuan kami selanjutnya adalah menara kembar Petronas yang menjadi simbol dari Kuala Lumpur, kami kemari untuk melihat tempat pementasan kami. Tempat pentas kami berada di dalamnya, bernama Dewan Philharmonic yang merupakan gedung pertunjukan terbesar kedua di dunia setelah Gedung Opera Sydney, Australia. Kami cukup terkesan dengan kemegahan tempat pementasan ini, dan tentu saja sebuah kebanggaan tersendiri bisa pentas di tempat ini yang kemungkinan besar akan sulit untuk diulang kembali.
Dewan Philarmonic:

Usai melihat tempat pentas agenda kami selanjutnya adalah berkeliling Kuala Lumpur, itung – itung keliling negeri tetangga. Kami dibagi menjadi dua kelompok walaupun tujuannya sama dengan tujuan untuk memudahkan koordinasi. Tak lama kemudian kami pun segera bergerak, dari Petronas Tower kami berjalan kaki menuju stasiun terdekat karena perjalanan kami akan menggunakan transportasi umum berupa MRT. Hmm, ternyata transportasi umum di ibu kota Malaysia ini bisa dibilang lebih maju daripada di Jakarta. Tentu saja harapan kami adalah semoga sarana transportasi umum di Indonesia bisa jauh lebih baik untuk ke depannya.


Tujuan pertama kami adalah tempat semacam mall yang berada tak jauh dari stasiun pemberhentian tempat kami turun dari MRT. Di sini kami hanya sesaat saja karena harga barang – barangnya selangit. Kebanyakan dari kami langsung segera keluar dan melanjutkan perjalanan di kota Kuala Lumpur ini, selanjutnya kami singgah terlebih dahulu di sebuah tempat semacam toko serba ada yang menjual berbagai macam barang dan makanan. Sesaat setelah kami selesai berbelanja, tiba – tiba kejadian yang tidak disangka – sangka terjadi, kami semua baru sadar seorang teman kami yang berbadan paling besar yaitu Malik tertinggal di Dewan Philharmonic, Petronas. Penyesalan tentu saja tampak di masing – masing raut muka kami, terutama bagi Afi yang sebelum berangkat dipamiti terlebih dahulu oleh Malik yang buang hajat di kamar mandi. Ya sudahlah, mau bagaimana lagi.. Maafkan kami Malik.. hikz hikz T.T

Perjalanan pun berlanjut ke sebuah tempat yang bisa kami bilang adalah “Malioboro-nya Kuala Lumpur. Tempat ini menjual beraneka macam suvenir seperti di Malioboro mulai dari gantungan kunci hingga baju. Sesampainya di tempat ini kelompok kami mulai depecah menjadi kelompok yang lebih kecil karena memang kesukaan kami berneda – beda, namun tentu saja ada kesepakatan bahwa pada jam yang ditentukan (ane lupa gan) kami harus berkumpul di tempat yang sudah ditentukan pula (ane juga lupa -_-)
KL:

KL:

KL:

Es Teler 77:

Petronas Twin Tower (Night):

Sore hari pun tiba, kami segera kembali kagi ke Dewan Philharmonic yang selanjutnya dilanjutkan dengan perjalanan ke hotel milik pihak Petronas yang akan menjadi tempat kami menginap. Setibanya di Petronas Tower kami bertemu lagi dengan Malik yang “ngamuk” khas dia karena ditinggal, tentu saja Afi selaku yang dipamiti segera bersujud di depannya dan meminta maaf karena ia lupa. Sebagai gantinya Afi membelikan satu paket gantungan kunci khas Malaysia untuk Malik (Ciyeee, so sweet banget gitu loh..).


Selanjutnya kami segera bertolak ke hotel tempat kami berada untuk meletakkan barang – barang dan bersiap untuk menyaksikan pementasan berupa orchestra di Dewan Philharmonic pada malam harinya. Tak butuh waktu lama bagi kami untuk bersiap – siap karena kami memang dihimbau untuk bersiap – siap secepat mungkin, setelah semuanya siap kami segera berangkat menuju Dewan Philharmonic untuk menyaksikan pementasan orchestra. 

Hari pun semakin malam saat pementasan orchestra usai, kami segera kembali ke bus setelah sebelumnya tentu saja kami berfoto dengan latar belakang menara kembar Petronas yang menjulang tinggi di langit malam Malaysia. Segera setelah tiba di hotel kami langsung beristirahat karena keesokan hari kami harus pentas di Dewan Philharmonic yang mana merupakan event yang lebih besar dan disaksikan oleh pejabat – pejabat tinggi Negeri Jiran.

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------


Fifth Day


Hari ini merupakan hari yang bersejarah bagi kami karena kami akan mendapat kesempatan untuk pentas di gedung opera terbesar ke dua di dunia. Tentu saja kembali masing – masing dari kami mempersiapkan diri secara mental lagi untuk menghadapinya dalam perjalanan menuju Dewan Philharmonic. Beruntung karena kali ini tidak lagi seleksi sehingga tekanan yang kami emban tidaklah seberat pada saat pementasan sebelumnya di Chancelor Hall Universiti Teknologi Petronas. Begitu tiba di lokasi kami langsung menuju tempat transit di bawah panggung untuk segera melakukan persiapan. Cukup lama kami berada di sini karena kami tidak diperkenankan untuk menyaksikan pementasan lainnya di bangku penonton.

Tiba saatnya pementasan, yang ada di benak kami adalah tidak muluk – muluk yaitu segera melakukan semuanya kemudian tuntas sudah. Tentu saja karena event ini lebih besar dari pementasan kami yang sebelumnya, kami lebih mengeluarkan kemampuan kami pada saat pementasan. Syukurlah semuanya berjalan lancar hingga giliran kami usai, soal bagus atau tidak biarlah itu menjadi penilaian dari yang menyaksikan kami, yang penting kami telah berusaha untuk tampil semaksimal mungkin.

Usai rangkaian acara pementasan, semua penampil diminta oleh pihak panitia untuk naik ke atas panggung, tentu saja panggung tersebut menjadi penuh sesak oleh para penampil yang semuanya berada di atas panggung. Kami mendapatkan penghormatan dari pejabat – pejabat UTP dan juga dari pejabat – pejabat Negeri Jiran saat itu, namun itu bukanlah tujuan utama kami. Yang jelas pengalaman seperti ini sangatlah berharga, kemungkinan sangat besar kami semua hanya akan mengalaminya sekali saja seumur hidup kami.

Tapestry of Colour:

Usai pentas kami langsung kembali ke hotel tempat kami menginap tanpa ganti baju terlebih dahulu karena akan terlalu lama. Jadilah kami naik bus masih dengan kostum yang sama seperti saat pentas tadi, bahkan pemeran Shinta, Rama, dan Rahwana masih mengenakan kostum tari mereka. Sesampainya di hotel kami langsung membersihkan diri dari make up yang melekat di wajah kami, kemudian yang kami lakukan selanjutnya tentu saja adalah tidur.

Hotel:

------------------------------------------------------------------------------------------------------------
------------------------------------------------------------------------------------------------------------



The Last Day


Hari ini merupakan hari terakhir kami berada di Negeri Jiran, Malaysia. Tibalah hari di mana kami akan kembali lagi ke Tanah Air kami tercinta, Indonesia. Kami berangkat dari hotel pada siang hari usai melakukan check out dan juga sarapan pagi, serta yang tak kalah penting adalah berkemas. Perjalanan ke bandara berlangsung cepat karena letaknya yang tidak terlalu jauh dari tempat kami. Sekitar tengah hari kami sudah tiba di bandara internasional Malaysia, tentunya kami tidak langsung terbang karena masih harus menunggu.
Malaysia International Airport Again:

Prepare to Depart:

Cukup lama kami menunggu sehingga kami harus mengisinya dengan cara membuang – buang waktu dengan berjalan – jalan, berfoto, serta membeli makanan. Sekitar pukul 15.00 waktu setempat kami mulai memasuki bandara menuju pesawat kami yang sedang bersiap untuk lepas landas. Pada pukul 16.30 pesawat kami mulai lepas landas meninggalkan negeri Jiran Malysia menuju Indonesia. Kami tiba di bandara Ahmad Yani, Semarang sekitar pukul 17.00 WIB dan kemudian dijemput oleh bus yang telah dipersiapkan oleh fakultas kami untuk kemudian segera berangkat kembali ke kota Yogyakarta.

Kembali ke Tanah Air:

------------------------------------------------------------------------------------------------------------
------------------------------------------------------------------------------------------------------------



Epilogue


Petualangan serta perjalanan kami, para mahasiswa serta mahasiswi Sastra Inggris Universitas Gadjah Mada pun akhirnya berakhir dengan tibanya kembali kami di Yogyakarta. Tentu saja sebuah kebanggaan tersendiri untuk bisa tampil di negeri tetangga membawa nama Indonesia tercinta, terlebih lagi mendapatkan kesempatan untuk tampil di gedung pertunjukan terbaik kedua di dunia merupakan salah satu pengalaman yang tidak akan pernah terlupakan sepanjang hayat.

Namun, satu hal yang pastinya lebih penting dari itu semua yaitu adalah kebersamaan kami. Setahun jauh sebelum hari keberangkatan kami semua sudah mulai berproses, jelas adalah proses yang sangat panjang dan juga melelahkan. Tidak ada yang namanya mudah dalam proses kami, seakan jenuh dengan latihan yang seolah menjadi bagian dari kami pada saat itu, di tengah jadwal kuliah kami yang kian padat. Tapi itulah cerita kami, cerita panjang yang menjadi bagian dari hidup kami. Sebuah kebersamaan yang tak akan pernah hilang terhapuskan oleh sang waktu.

Dua tahun saat cerita ini ditulis kembali. Sudah banyak di antara kami yang sudah selesai dengan pendidikan S1, beberapa di antara kami sudah berpisah dan akan ada lebih banyak lagi perpisahan – perpisahan untuk ke depannya karena kami tidak mungkin selamanya berada di sini. Tapi sekali lagi, yang terpenting adalah kisah ini tidak akan pernah mati. Mungkin ada banyak yang terlewatkan dalam cerita ini, yah mungkin saatnya bagi yang lain untuk melengkapi..... 


Photo by: Yashinta Difa, Keisa M, Anggara WP
 
Anggarawepe
Setitik debu di tengah besarnya alam semesta dibawah kuasa kebesaran Allah SWT

Related Posts

Posting Komentar