BLUSUKAN KE MARKAS TERAKHIR PANGLIMA BESAR JENDERAL SUDIRMAN

2 komentar
Konten [Tampil]
Syukur Alhamdulillah setelah bulan Desember libur, akhirnya blog ini kembali menyongsong hadirnya tahun 2018 dengan sebuah postingan baru. Lantas bagaimana dengan postingan sebelum ini? Yah, anggap saja itu sebuah selingan. Postingan kali ini merupakan hasil dari perjalanan panjang saya sejauh kurang-lebih 290 kilometer pada Hari Senin, 25 Desember 2017 silam.

Patung Raksasa Jenderal Sudirman
Patung Raksasa Jenderal Sudirman
Sebenarya, perjalanan saya saat itu tidaklah mempunyai tujuan yang jelas. Perjalanan tersebut dimulai karena hari itu selain bertepatan dengan libur natal, langit juga begitu cerah sehingga sangat disayangkan apabila hanya stay di rumah saja. Langsung saja sekitar pukul 08.00 WIB saya mulai memacu Supra X 125 saya menempuh perjalanan panjang hari ini.

Berawal dari keisengan belaka

Skip sampai ke tengah hari. Saat itu saya tengah makan mie ayam di Kecamatan Purwantoro, Kabupaten Wonogiri usai melewati jalan tembus dari Kab. Magetan. Tiba-tiba saja entah mengapa saya ingin ke Pacitan. Saya pun mengambil jalan alternatif/jalan tembus melalui Jalan Raya Purwantoro-Kismantoro atas saran penjual mie ayam. Nantinya jalan tersebut akan sampai di Pacitan tanpa harus memutar lewat Wonogiri.
Jalan Tembus Purwantoro-Pacitan
Saya pun mulai melewati jalan tersebut. Ternyata jalan tersebut juga searah dengan jalur menuju Monumen Jenderal Sudirman. Tentunya sangat disayangkan apabila saya melewatkannya begitu saja karena belum tentu dalam waktu dekat saya bisa kembali lagi. Oleh karena itu saya memutuskan untuk berkunjung sekalian pada perjalanan kali ini.
Menuju Monumen Jenderal Sudirman

Menuju monumen sang jenderal

Jalan menuju Monumen Jenderal Sudirman tidaklah sulit. Cukup ikuti jalan utama tersebut ke arah Pacitan, maka nanti di sebelah kanan jalan akan ada tulisan besar yang menunjukkan arah ke Monumen Jenderal Sudirman. Selanjutnya tinggal ikuti jalan tunggal yang tidak bercabang itu. Nantinya akan dijumpai gerbang-gerbang di tengah jalan yang bertuliskan kalimat semangat militer Indonesia.
Menuju Kawasan Monumen Jenderal Sudirman
Menuju Kawasan Monumen Jenderal Sudirman
Tidak perlu ragu lagi karena jalan tersebut sudah benar. Museum dan Monumen Jenderal Sudirman ini tepatnya terletak di Desa Pakisbaru, Kecamatan Nawangan, Kabupaten Pacitan, Provinsi Jawa Timur. Sebagai informasi, kawasan monumen ini mulai dibuka tahun 1998 silam, sementara kawasan museumnya selesai dibangun dan diresmikan pada tahun 2008.
Kawasan Monumen Jenderal Sudirman
Kawasan Monumen Jenderal Sudirman

Patung raksasa sang jenderal

Pos registrasi akan dijumpai setibanya di Monumen Jenderal Sudirman. Saat berkunjung ke sana, saya hanya membayar Rp5.000,00 saja termasuk parkir. Monumen ini tampak begitu megah dengan lapangan luas di tengahnya. Hal paling mencolok di sini adalah patung raksasa Jenderal Sudirman setinggi delapan meter yang tampak begitu gagah di sisi barat.
Monumen Jenderal Sudirman
Monumen Jenderal Sudirman
Saya segera berjalan untuk mendekat ke patung beliau. Anak tangga yang cukup tinggi harus dilalui untuk sampai ke dekatnya. Ada tiga bagian tangga; bagian pertama berjumah 45, bagian kedua adalah 8, kemudian bagian tiga berjumlah 17. Jumlah tersebut mencerminkan tanggal kemerdekaan Republik Indonesia.
Lapangan di Monumen Jenderal Sudirman
Lapangan di Monumen Jenderal Sudirman
Sesampainya di sana, ada banyak masyarakat yang berkunjung. Kebanyakan dari mereka berfoto dengan latar patung raksasa jenderal Sudirman yang gagah sembari menikmati semilir angin pegunungan. Cukup susah bagi saya untuk mengambil foto patung beliau dengan kondisi bersih dari manusia karena saat itu ada beberapa pengunjung yang duduk-duduk di bawahnya.
Patung Raksasa Jenderal Sudirman
Warga duduk-duduk di Bawah Patung Raksasa Jenderal Sudirman
Selain patung, sebenarnya terdapat kompleks museum di sekeliling lapangan. Sayang, bangunan museum belum berfungsi. Ruang-ruang museum masih kosong, entah kapan akan optimal difungsikan mengingat peresmiannya yang sudah sejak tahun 2008 silam. Sebagai hiburan, di dinding luar ruangan terdapat relief yang menceritakan kisah hidup Jenderal Sudirman termasuk perjuangan gerilya beliau.
Relief Kisah Perjalanan Jenderal Sudirman
Relief Kisah Perjalanan Jenderal Sudirman

Markas terakhir sang panglima besar

Bagian dari Monumen Jenderal Sudirman yang paling bersejarah berada cukup terpisah dari kawasan museum dan patung raksasa. Ikuti saja jalan utama yang masih berlanjut hingga ujung. Sebuah rumah joglo sederhana tepat berada di ujung penghabisan jalan tersebut. Bukan rumah sederhana biasa, rumah itu dulunya pernah menjadi markas Panglima Besar Jenderal Sudirman saat berjuang merebut kembali kedaulatan Indonesia.
Markas Jenderal Sudirman di Pakisbaru, Pacitan
Markas Jenderal Sudirman di Pakisbaru, Pacitan
Sesampainya di sana, saya bertemu dengan seorang bapak yang usianya sudah tak lagi muda. Beliau adalah Bapak Supadi yang sekarang adalah pemilik rumah sederhanan nan penuh sejarah ini. Bukan hanya itu saja, beliau juga merupakan saksi hidup yang pernah bertemu langsung dengan Jenderal Sudirman dahulu.
Markas Jenderal Sudirman di Pakisbaru, Pacitan
Markas Jenderal Sudirman di Pakisbaru, Pacitan
Meskipun sudah tua, ingatan beliau mengenai masa-masa perjuangan Jenderal Sudirman di rumahnya ini masih tajam. Sang Jenderal mulai bermarkas di sini mulai satu April hingga Tujuh juli 1949 dan saat itu usia Pak Supadi baru tujuh tahun. Tentu akan lebih baik jika terlebih dahulu mengetahui sejarah gerilya Jenderal Sudirman ini.
Bapak Supadi, Saksi Hidup Perjuangan Jenderal Sudirman
Bapak Supadi, Saksi Hidup Perjuangan Jenderal Sudirman

Perjuangan gerilya dengan satu paru-paru

Perjuangan gerilya Jenderal Sudirman berawal dari peristiwa Agresi Militer Belanda II yang terjadi tanggal 19 Desember 1948. Saat itu Belanda melanggar perjanjian Renvile dan menyerang Yogyakarta; ibu kota Indonesia saat itu. Hasilnya Belanda berhasil menawan Presiden Soekarno, Wakil Presiden Moh. Hatta dan beberapa menteri.
Foto Perjuangan Jenderal Sudirman
Foto Perjuangan Jenderal Sudirman
Saat itu Jenderal Sudirman baru keluar dari rumah sakit karena penyakit tuberkulosisnya. Bahkan karena infeksi tersebut, paru-paru kanannya harus dikempiskan. Kondisi tersebut tidak mengendurkan semangat sang jenderal untuk bergerilya. Bersama APRI (Angkatan Perang Republik Indonesia) beliau terus melakukan perlawanan terhadap Belanda.
Rute Gerilya Jenderal Sudirman
Rute Gerilya Jenderal Sudirman
Perjuangan gerilya Jenderal Sudirman dan para gerilyawan kebanyakan dilakukan di Jawa Timur. Selama perjuangannya beliau selalu ditandu oleh pasukannya karena kondisi fisiknya yang lemah. Meski demikian, jarak tempuh pada perjuangan gerilya beliau mencapai sekitar 693 kilometer jauhnya.

Pakisbaru dan Jenderal Sudirman

Bapak Supadi bercerita pada saya bahwa saat itu; tanggal satu April 1949, rombongan pasukan Jenderal Sudirman tiba di desanya. Sang jenderal kemudian memutuskan untuk bermarkas di tempat tersebut. Pemilihan tempat tersebut adalah karena lokasinya yang memang strategis.
Tempat Tinggal Jenderal Sudirman Saat Bermarkas di Pakisbaru, Pacitan
Tempat Tinggal Jenderal Sudirman Saat Bermarkas di Pakisbaru, Pacitan
Letaknya yang berada di ketinggian sekitar 1000 meter di atas permukaan laut membuat pengintaian terhadap musuh menjadi lebih mudah. Selain itu topografinya berupa pegunungan dan penuh jurang, menyebabkan aktifitas keluar-masuk masyarakat menjadi mudah dipantau sehingga jika ada orang asing yang datang, maka akan cepat diketahui.
Medan Pegunungan
Medan Pegunungan
Markas di Desa Pakisbaru ini selain menjadi markas terakhir pasukan gerilya Jenderal Sudirman, juga merupakan markas terlama yang ditempati. Sebelumnya pasukan gerilya sang jenderal hanya sejenak menempati suatu wilayah. Beliau dan pasukannya pun diterima oleh masyarakat desa dan tinggal di rumah-rumah warga.
Foto Jenderal Sudirman dengan Masyarakat di Depan Markas Gerilya
Jenderal Sudirman: Lingkaran Merah; Bapak Supadi: Lingkaran Kuning
Jenderal Sudirman sebagai pemimpin rombongan tinggal di rumah Bapak Karso Semito yang merupakan ayah dari Bapak Supadi. Beliau tinggal di sini bersama dua orang ajudannya. Sementara itu masyarakat desa bahu membahu melalui hasil pertanian mereka untuk mencukupi logistik pasukan selama bermarkas di sini.
Bagian dalam Markas Jenderal Sudirman di Pakisbaru, Pacitan
Bagian dalam Markas Jenderal Sudirman di Pakisbaru, Pacitan
Pasukan Jenderal Sudirman mulai meninggalkan markas di Desa Pakisbaru ini pada tanggal tujuh Juli 1949, kembali ke ibu kota RI saat itu; Yogyakarta. Ketika itu pihak Indonesia dan Belanda sepakat melakukan gencatan senjata melalui perjanjian Roem-Royen yang ditandatangani pada 14 April 1949. 

Setelah itu Indonesia berhasil mendapatkan kedauatannya kembali melalui Konferensi Meja Bundar Pada 2 November 1949. Sayang, selang beberapa bulan setelahnya; tepatnya tanggal 29 Januari 1950, sang jenderal dipanggil menghadap Allah SWT untuk selamanya. Meski beliau sudah lama wafat, tetapi api semangatnya masih bisa dirasakan di markas terakhirnya ini hingga sekarang.


INFO

Jam Buka Tiket:
08.00 WIB – 17.00 WIB

Tiket Masuk + Parkir:
Rp5.000,00

Fasilitas:
Area parkir & toilet

Waktu kunjungan terbaik:
Pagi hari
Anggara Wikan Prasetya
Perkenalkan, Anggara Wikan Prasetya, pemilik Menggapai Angkasa.

Related Posts

2 komentar

Rhoshandhayani KT mengatakan…
2 January 2018 at 19:44

Boleh banget solusinya, dikomen dulu, terus dihapus 😂😂

Aku ninggalin jejak dulu
Bacanya nanti yeeee... Jadi ntar kukomen lagi 😆
Rhoshandhayani KT mengatakan…
3 January 2018 at 13:08

Oooh di pacitan toh, kukira di jawa tengah

Kalo aku ke sana, aku pengen baca reliefnya satu persatu, berbekal film jendral sudirman yang pernah aku tonton 😂😂

Semoga lekas dihidupkan lagi museumnya