Sasingg Goes to Nampu, 2 July 2012

Posting Komentar
Konten [Tampil]

PROLOQUE

Awal Juli 2012 – pertengahan Maret 2013. Kalau dipikir – pikir sudah terlambat lama sekali untuk menceritakan kembali sebuah kisah yang sudah lewat kurang – lebih delapan bulan lamanya. Okey, tapi apapun yang terjadi ceritanya harus tetap jalan. Here we go..!!



PREPARATION

Tanggal 2 Juli 2012, pagi menjelang siang di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada. Saat itu aku baru tiba di area parkir dan kemudian bergegas dengan cemas menuju plasa gedung C di mana teman – teman ES (Entry Starter) berkumpul. Tentu saja cemas, karena teman – teman sudah menunggu lama dikarenakan final Euro 2012 membuat ES bangun kesiangan. Dan sesuai dugaan, ES segera menjadi bahan cercaan teman – teman begitu menemui mereka, yah tak apalah yang penting mereka lega. Pada hari itu ES beserta beberapa teman – teman dari jurusan Sastra Inggris angkatan 2009 yaitu Afi, Juwari, Rully, Desta, Fajar, dan Taufiq berencana akan mengadakan touring ke pantai Nampu, perbatasan antara Wonogiri – Pacitan.

Inilah ke tujuh orang tersebut :

Anggara WP (Ane):
Ju Wari:
Desta:
Fajar:
Taufiq:
Afi + Rully:

Rencana untuk berangkat pukul 07.00 WIB memang benar – benar molor, saat itu jam sudah menunjukkan pukul 10.00 WIB. Tapi syukurlah semangat teman – teman untuk tetap berangkat masih tetap berkobar, namun kami masih belum bisa berangkat karena salah satu teman kami yaitu Fajar masih melakukan rapat dengan tim KKN nya. Sembari menunggu Fajar kembali, kami melakukan persiapan kembali sebelum berangkat. Bahkan Taufiq sampai sudah membawa peta   

Katakan Peta:

Saat kami sedang asyik becanda sambil menentukan rute, Fajar pun tiba. Yup akhirnya perjalanan pun akan segera dimulai. Sayang karena jumlah personel yang ikut ganjil, Fajar harus mengendarai motor seorang diri, sementara aku berboncengan dengan Afi, Rully dengan Juwari, dan Taufiq dengan Desta.


ROAD TO NAMPU

Perjalanan menuju pantai Nampu dimulai, teman – teman mempercayakanku untuk menjadi pemimpin perjalanan mereka karena aku dianggap tahu tentang seluk beluk perjalanan, padahal yang sebenarnya aku belum pernah ke pantai Nampu dan hanya sebatas membaca tulisan – tulisan di dunia maya. Tapi apa boleh buat karena hanya aku yang sanggup.

Rute yang kami ambil adalah rute melalui Wonosari, kabupaten Gunung Kidul. Dari Yogyakarta melewati Piyungan, naik melewati Patuk (Bukit Bintang), dan terus mengikuti jalan tersebut sampai kota Wonosari, ibu kota dari kabupaten Gunung Kidul. Hmm, ternyata cuman sampai di Wonosari saja jalan terasa ramai, usai melewati Wonosari jalanan serasa begitu lengang dengan pemandangan berupa pepohonan dan juga kebun penduduk di kanan – kiri jalan. Tentunya sebuah pemandangan yang bagus bagi kami karena selama ini kami terus dijejali oleh bising dan padatnya perkotaan, yah saatnya melepaskan diri dari itu semua.

View:

Semaikin jauh dari Wonosari, suasana semakin sepi dan jalan pun semakin sempit. Sebenrnya aku sendiri belum pernah menjelajah sampai sejauh itu, paling jauh aku hanya sampai ke kota Wonosari saja, selebihnya aku hanya mengandalkan feeling saja, percaya bahwa jika terus bergerak ke timur pasti akan tiba di daerah Wonogiri. Benar saja, terus bergerak ke arah timur akhirnya aku melihat plakat petunjuk arah menuju Pracimantoro, fyuhh.., lega rasanya karena aku tahu bahwa nanti kami memang akan melewati daerah Pracimantoro.

Pukul 13.00 WIB kami singgah dahulu di masjid untuk melakukan shalat Dzuhur yang dijamak dengan Ashar (perjalanan jauh gan). Di sebuah musholla milik warga setempat. Di sana aku tidak lupa untuk bertanya terlebih dahulu kepada beberapa orang tua yang ada di sana mengenai jalan menuju pantai Nampu. Mendengar penjelasan dari mereka semakin mantaplah bagi kami untuk meneruskan perjalanan dari rute yang telah kami ambil.

Musholla:
The Army:
Sholat gan:

Tak lama kemudian kami tiba di Pracimantoro, ternyata kami juga melewati museum karst sebelum kami memasuki kawasan Pracimantoro. Saat itu sekitar pukul 13.30 WIB, berarti saatnya makan siang. Kamipun berhenti di sebuah warung makan di sekitar pasar Pracimantoro dan mulai mengisi perut dengan lauk yang kalau kata pak Bondan MAKNYUSS... 

Pasar Pracimantoro:
Warung nya:
Mangan rekk:

Setelah makan kami segera bersiap untuk melanjutkan perjalanan, tapi tiba – tiba Desta dan Juwari mendadak berwajah tegang, bukan karena ingin buang hajat tetapi HP mereka tertinggal di tempat sholat tadi sehingga mereka harus kembali untuk mengambilnya. Kami sempat becanda dengan mengatakan bahwa HP mereka nanti akan dipenuhi oleh foto – foto narsis orang – orang tua (simbah – simbah) di tempat tadi.. haha. Sembari menunggu mereka kembali, kami memilih untuk mengistirahatkan diri.

Tak lama kemudian Desta dan Juwari kembali dengan wajah lega karena mereka bisa menemukan HP mereka kembali. Well, perjalanan pun berlanjut, dari pasar Pracimantoro kami terus ke arah Timur sampai menemukan plakat petunjuk arah, jika lurus ke Pacitan, jika belok kanan (selatan) ke arah Paranggupito. Kondisi jalan yang sepi membuat kadang – kadang aku berjalan di sisi kanan, seperti di Amerika.. haha

Untuk detail rute perjalanan silakan kunjungi TRIT berikut..


NAMPU BEACH..!!

Akhirnya pukul 15.00 WIB kami tiba di pantai Nampu, yang terletak di perbatasan Jawa Tengah – Jawa Timur, antara kabupaten Wonogiri dan juga Pacitan. Suasana saat itu sungguh sangat bersahabat, pemandangan pantai yang sangat indah serta hembusan angin nan semilir seakan membawa terbang semua kelelahan kami di perjalanan.

Suasana pantai yang memang sudah sangat indah semakin dipercantik oleh cahaya matahari yang mulai condong ke arah barat sore itu. Pantai Nampu memiliki pantai yang panjang dengan pasir yang berwarna putih. Pantai ini juga memiliki air yang jernih, warnanya sangat biru jika dilihat. Keadaan pantai yang sepi membuat kami seakan memiliki pantai ini sendiri. Langsung saja kami mencari tempat yang bagus kemudian segera menceburkan diri menikmati suasana...

We Arrive:
Pantai Nampu:
Pict:
What Are They Doing??:

Jam sudah menunjukkan pukul 17.00 WIB. Saatnya meninggalkan pantai dan mencari tempat untuk membersihkan diri. Kamipun berjalan menuju tempat parkir, tapi entah mengapa kami berjalan melalui tempat yang berbeda, saat itu pula kami menemukan tugu perbatasan antara Jawa Tengah dengan Jawa Timur.

Pict:
Tugu Perbatasan:
Pict:

Saat kami tiba di area parkir, ternyata masalah kembali menghampiri kami. Rupanya di area pantai tidak tersedia kamar mandi umum, begitu juga di perkampungan warga. Masyarakat di sekitar pantai Nampu ternyata masih sulit untuk mendapatkan akses air bersih. Untuk membersihkan diri kami harus menuju semacam bekas danau yang juga dimanfaatkan oleh banyak warga masyarakat untuk mengambil air dan juga membersihkan diri. Yah, kamipun harus menunggu cukup lama untuk dapat giliran mandi.

Ternyata memang sangat unik dan berbeda sekali, jangan bayangkan tempat mandi kami sudah maju seperti kamar mandi biasanya. Tempat mandi kami hanya terdiri dari bilik – bilik tanpa atap, gayungnya pun terbatas plus lantainya licin, bahkan Rully sempat hampir jatuh terpeleset, fyuhh benar – benar petualangan..

Usai mandi kami sholat, itu pun kami lakukan di atas tempat penampungan air ditengah semakin gelapnya hari. Setelah sholat kami berencana untuk mencari tempat makan malam, kami sempat dibuat terkejut karena saat aku bertanya kepada salah satu warga yang sedang mengambil air, ternyata untuk membeli makanan harus kembali lagi ke pasar Pracimantoro yang sangat jauh. Tapi untunglah malam itu ada hajatan warga di perkampungan sehingga kami bisa singgah membaur dengan warga yang lain sambil tentunya mendapatkan makanan (persiapan KKN sekalian.. hehe).

Di atas tempat penampungan:
Di tengah hajatan:

Usai makan kami bergerak menuju pantai untuk menikmati suasana pantai di malam hari. Musim kemarau memang membuat keadaan langit saat itu cerah bertabur bintang dan bulan purnama sehingga suasananya tidak begitu terlalu gelap. Cahaya bulan membuat kami tetap dapat melihat laut beserta batu – batu karangnya di malam hari. Benar – benar sebuah suasana yang mendamaikan hati. Malam itu kami saling berbicara dan juga tukar pikiran, berbicara filosofis mengenai banyak hal.

Setelah itu tentu saja kami segera mencari tempat untuk menginap. Saat berangkat kami memang berencana untuk menginap, tapi kami belum tahu akan menginap di mana. Syukurlah karena kami diizinkan untuk menginap di masjid setempat atas izin dari lurah setempat, yup saatnya beristirahat.

In the Mosque:
In the Mosque:
Saatnya Pulang:


EPILOQUE

Pagi harinya kami menyempatkan diri dahulu untuk kembali mengunjungi pantai dan menikmati sejenak suasana di pagi hari sebelum meninggalkan pantai. Suasana pagi yang mendung membuat kami tak berlama – lama. Kami langsung saja kembali karena sore harinya banyak di antara kami yang sudah ada acara termasuk ES sendiri.

Bye Nampu:

Well, kamipun kembali. Kali ini kami melewati Wonogiri kota kemudian belok ke arah barat menuju kota perantauan kami kembali, Yogyakarta.


Terima kasih untuk sebuah petualangan yang sangat berkesan kawan.. Semoga kita bisa melakukannya lagi... 
Anggarawepe
Setitik debu di tengah besarnya alam semesta dibawah kuasa kebesaran Allah SWT

Related Posts

Posting Komentar