SETENGAH JALAN NAPAK TILAS JALUR KERETA API WONOGIRI-BATURETNO BAGIAN 2

1 komentar
Konten [Tampil]
Setelah hampir satu tahun, perjalanan saya NAPAK TILAS JALUR KERETA API WONOGIRI-BATURETNO kembali berlanjut. Memang ada banyak kendala bagi saya untuk melanjutkan napak tilas tersebut karena jalur kereta api dari Wonogiri-Baturetno, terutama di bagian setelah Waduk Gajah Mungkur sudah sulit untuk ditemukan jejaknya.

Sisa Jembatan Kereta Api di Nguntoroadi, Wonogiri
Sisa Jembatan Kereta Api di Nguntoronadi, Wonogiri
Namun di akhir Bulan September 2018, ada secercah harapan bagi saya untuk bisa kembali menemukan jejak peninggalan kereta api Wonogiri-Baturetno dengan adanya seseorang yang membagikan foto sisa jembatan kereta api yang ada di jalur Wonogiri-Baturetno, tepatnya di Kecamatan Nguntoronadi, Kabupaten Wonogiri.

Menuju Waduk yang Kering
Penelusuran saya kali ini dilakukan di hari berbeda. Sebenarnya penelusuran yang pertama saya lakukan di Kecamatan Baturetno dan yang kedua adalah di Kecamatan Nguntoronadi. Namun karena jalur Wonogiri-Baturetno terlebih dahulu melalui Nguntoronadi, maka saya mengurutkannya dari sana terlebih dahulu.

Menuju Peninggalan Jalur Kereta Api di Nguntoronadi

Menurut pemilik foto, bekas jembatan kereta api itu ada di tepi Waduk Gajah Mungkur yang mengering di musim kemarau, tepatnya di Desa Gebang, Kecamatan Nguntoronadi, Kabupaten Wonogiri. Ia memberi “ancer-ancer” atau petunjuk arah, yakni Pasar Planjen, masuk ke arah barat. 

Saya bisa dengan mudah menemukan Pasar Planjen karena bisa dicari di Google Map. Lokasinya searah dengan jalan utama Wonogiri-Baturetno. Namun usai sampai di Pasar Planjen, penelusuran saya lakukan memakai feeling dengan terus melaju ke arah barat sampai ke wilayah tepian Waduk Gajah Mungkur.
Sisa Jembatan Kereta Api di Nguntoroadi yang Hanya Tampak di Musim Kemarau
Sisa Jembatan Kereta Api di Nguntoronadi yang Hanya Tampak di Musim Kemarau
Setelah beberapa saat melaju, kawasan waduk sudah mulai terlihat dari kejauhan dan di area yang surut, tampak bekas jembatan kereta api Wonogiri-Baturetno (sebelah kiri/selatan jalan). Awalnya saya bingung karena tidak ada jalan motor yang arahnya langsung menuju jembatan tersebut sehingga terus melaju ke arah barat.
Terus Menyusuri Jalan Desa
Semakin dekat dengan waduk, kondisi jalan sudah tidak lagi beraspal. Jalan yang ada berupa tanah, tetapi masih bisa dilewati kendaraan, mulai dari truk kecil hingga sepeda motor. Saya pun terus melaju mengikuti jalan itu dan berbelok kiri (selatan) setelah sampai di sebuah pertigaan dengan hanya dua pilihan arah; kiri dan kanan.
Kondisi Jalan
Jalan yang saya lalui saat itu memang bisa dibilang merupakan jalan setapak. Namun jika diperhatikan, terdapat sisa-sisa aspal di jalan tersebut. Ternyata jalan ini memang memiliki sejarah di masa lalu sebelum pembangunan waduk. Apa itu sejarahnya? Jawabannya akan ada DI SINI.
Kondisi Jalan ke Selatan
Saya terus melaju ke selatan melewati areal persawahan di kanan-kiri jalan yang memang saat musim kemarau seperti ini dimanfaatkan warga untuk sektor pertanian. Meski jelas keraguan menghinggapi hati dan pikiran, tujuan saya hanya satu yakni sampai di ujung jalan yang berada di tepi Waduk Gajah Mungkur.

Menuju Peninggalan Kereta Api di Nguntoronadi
Saya pun akhirnya sampai di tepi jalan. Usai memarkir motor, saya segera berjalan menuju bekas jembatan kereta api melalui bagian tepi danau yang mengering dan pecah-pecah karena musim kemarau. Sebenarnya motor masih bisa melaju di atasnya, tetapi saya memutuskan untuk berjalan kaki saja sekalian berolah raga.
Sampai Tepi Waduk Gajah Mungkur yang Mengering
Sampai Tepi Waduk Gajah Mungkur yang Mengering
Setelah beberapa saat berjalan kaki, saya pun sampai di lokasi bekas jembatan kereta api tersebut. Ternyata selain jembatan, ada pula bekas peninggalan jalur kereta api Wonogiri-Baturetno lainnya, yakni patok yang lazim berada di samping rel kereta api dan juga balast dengan batu kricaknya sebagai landasan jalur kereta api.
Patok Jalur Kereta Api Wonogiri-Baturetno yang Hanya Muncul di Musim Kemarau
Patok Jalur Kereta Api Wonogiri-Baturetno yang Hanya Muncul di Musim Kemarau
Sayang tidak ada lagi besi dan bantalan rel yang tersisa di sini, mungkin sudah dipereteli masyarakat karena memang tidak ada lagi kereta api yang melintas di sini semenjak pembangunan Waduk Gajah Mungkur pada tahun 1976 silam sehingga jalurnya ikut terendam oleh air waduk.
Sisa Jembatan Kereta Api Wonogiri-Baturetno yang Hanya Terlihat di Musim Kemarau
Sisa Jembatan Kereta Api Wonogiri-Baturetno yang Hanya Terlihat di Musim Kemarau
Peninggalan perkeretaapian di Nguntoronadi hanyalah ini saja. Tampak bekas gundukan jalur kereta api yang mengarah ke selatan dari jembatan. Sementara di bagian utaranya, tampak semak tinggi yang kemudian menjadi areal persawahan warga sehingga tidak ada lagi peninggalan jalur kereta api lainnya yang tersisa.

Tampak Kembali di Baturetno
Menyusuri peninggalan jalur kereta api dari Nguntoronadi ke selatan memang tidak mudah. Selain kondisinya jaluh dari jalan utama (jalan aspal), banyak bagian rel yang kini berubah menjadi areal persawahan. Peninggalan jalur kereta api baru kembali cukup jelas bisa ditemukan di Kecamatan Baturetno yang saya lakukan di lain hari.
Peninggalan Rel Mulai Muncul di Sini

Lokasi ditemukannya peninggalan jalur kereta api yang dimulai dari Dusun Gembol, Desa Kedungombo, Kecamatan Baturetno, Wonogiri. Dari sini peninggalan tersebut bisa diturut menuju ke selatan. Memang rel dan bantalannya tidak lagi ada, tetapi plang penanda lahan PT KAI membuktikan bahwa dulunya di sana ada rel kereta api. 
Plang PT KAI di Tengah Sawah
Plang PT KAI di Tengah Sawah
Sama seperti sebelumnya, diperlukan kecermatan untuk menemukan sisa peninggalan rel kereta api karena sudah banyak yang beralih menjadi sawah. Penanda yang ada di sini hanyalah plang PT KAI saja dan di beberapa tempat memang masih tampak gundukan bekas rel kereta api.
Penanda Dahulu Ada Jalur Kereta Api
Saya berkendara ke arah selatan melintasi jalan utama Wonogiri-Baturetno. Jalur kereta api dulunya melintang di sebelah barat jalan utama sehingga untuk menemukan peninggalannya, saya harus masuk ke beberapa gang di barat (kanan) jalan. Jika beruntung saya bisa mengikuti jalan kampung yang searah dengan bekas jalur rel.
Satu-satunya Petunjuk Sisa Rel Kereta Api
Namun seringkali saya harus kembali berkendara ke jalan utama karena tidak ada jalan ke selatan lagi. Peninggalan jalur rel di perkampungan pun sebenarnya tidak begitu jelas, tetapi plang PT KAI dan lahan memanjang bekas rel yang masih tampak cukup menjelaskan bahwa kawasan itu dulunya merupakan rel kereta api.
Kemungkinan Bekas Jalur KA Wonogiri-Baturetno
Peninggalan terakhir yang saya dapatkan sebelum sampai di pusat Kecamatan Baturetno adalah sebuah jembatan bekas jalur kereta api yang masih cukup kokoh berdiri tegak. Jika dari jalan utama, jembatan ini bisa dilihat dengan cukup jelas di sebelah kanan jalan. Melaju ke arah selatan lagi, saya pun sampai di Pasar Bung Karno, Baturetno.
Bekas Jembatan Kereta Api Sebelum Masuk Baturetno
Bekas Jembatan Kereta Api Sebelum Masuk Baturetno
Saya pun sempat bertanya kepada masyarakat di sekitar pasar tersebut dan memang dulunya Stasiun Baturetno ada di sini. Bukti lain yang bisa saya dapatkan adalah beberapa besi yang lazim berada di samping rel kereta api. Dan menurut masyarakat pula, Stasiun Baturetno sekarang telah berubah menjadi pasar.
Pasar Bung Karno, Baturetno; Konon Dulunya Stasiun Baturetno
Pasar Bung Karno, Baturetno; Konon Dulunya Stasiun Baturetno
Bukti lain yang bisa ditemukan ada pada aplikasi Google Maps. Jalan yang berada di belakang (barat) Pasar Bung Karno tertulis sebagai Jalan Eks Stasiun. Tentunya tanda tersebut merupakan bukti yang cukup nyata bahwa dulunya Stasiun Baturetno memang berdiri di sekitar pasar.
Lingkaran Biru: Bekas Stasiun Baturetno; Lingkaran Merah: Jalan Eks Stasiun
Lingkaran Biru: Bekas Stasiun Baturetno; Lingkaran Merah: Jalan Eks Stasiun
Sayangnya saya tidak mengecek keberadaan bangunan bekas Stasiun Baturetno. Saya memang tidak mencarinya karena merasa bahwa bangunan stasiun sudah tidak ada lagi. Terlebih Pasar Bung Karno beberapa waktu yang lalu mengalami perbaikan sehingga mungkin bekas stasiun turut hilang.

Epilogue
Syukur Alhamdulillah penjelajahan saya di eks jalur kereta api Wonogiri-Baturetno telah usai yang mana melengkapi napak tilas saya sebelumnya yakni YOGYAKARTA-BANTUL, PURWOREJO-KUTOARJO, dan WONOGIRI-BATURETNO BAGIAN 1 (Setengah jalan).

Meski tidak begitu banyak menemukan peninggalan bekas jalur kereta api karena memang jalur ini sudah lama mati sejak sekitar tahun 1976, beberapa peninggalan yang ada sudah cukup untuk menjadi pengingat akan eksistensi sang ular besi yang pernah melaju dari Wonogiri menuju Baturetno.

SETENGAH JALAN NAPAK TILAS JALUR KERETA API WONOGIRI-BATURETNO PART 2: TAMAT
Anggara Wikan Prasetya
Perkenalkan, Anggara Wikan Prasetya, pemilik Menggapai Angkasa.

Related Posts

1 komentar

Anonim mengatakan…
Tahun1972 saya abunemen kereta api nguntoronadi wonogiri pp sebagai pelajar stn 1 wonogiri rumahku nuwun informasine