Petualangan Menemukan Jejak Permukiman yang Tenggelam di Waduk Gajah Mungkur Bersama OREO Wafer

Posting Komentar
Konten [Tampil]

Betapa bahagianya… bersama berdua… betapa senangnya…

Speechless banget. Akhirnya lagu yang saya tunggu-tunggu, dinyanyikan juga di akhir film. Apalagi liriknya diganti dan berkembang sesuai usia. Dari yang awalnya “Betapa bahagianya punya banyak teman” lalu diubah menjadi “Betapa bahagianya bersama berdua”.

Aaaaaah…. sekencang mungkin saya mau teriak, “Iya, Sher, aku banget! Aku mengalami proses yang membahagiakan itu, Sher! Sama kayak kamu!”

Ketika menonton film Petualangan Sherina 2 di bioskop, saya merasa relate banget dengan kisahnya. Saya bagai Sherina, sedangkan suami bagaikan Sadam. Yaa sejujurnya sifatnya hampir sama sih, hahaha. Saya yang suka berdebat, dan suami yang selalu mendengarkan dan support.

Eits, tenang aja. Saya tetap patuh kok kepada suami. Berdebat itu hanyalah sarana untuk mengungkapkan pikiran dan memandang sesuatu dari berbagai sisi. Untungnya suami mau mengerti dan saya juga mau mencoba untuk terus belajar memperbaiki diri.

Vibes Petualangan Sherina yang Masih Terasa

Uniknya, Petualangan Sherina 2 ini masih terasa vibesnya hingga beberapa hari kemudian. Minggu malam nonton filmnya, eh paginya pas masuk kerja di kantor, pengen banget nyanyi, “Selamat pagi… selamat bekerja…

Sedangkan kalau lihat pepohonan, bawaannya pengen nyanyi, “Sayu… pulanglah Sayu…” Hahaha. Ada nggak sih, yang ngerasain hal yang sama kayak saya. Pengennya nyanyiii terus.

Nggak cuma itu. Saat suami ngajak travelling, wuah hati saya berbunga-bunga bagaikan menjadi Sherina yang diajak Sadam ngedate di Benteng Martello Pulau Kelor Kepulauan Seribu.

Kabar baiknya, weekend ini saya dan suami akan travelling lagi. Tapi petualangan kita kali ini akan pergi ke mana ya? 

Apakah eksplor hutan sambil mengarungi sungai seperti Sherina dan Sadam? Atau mungkin berpetualang ke perkebunan seperti milik Pak Ardiwilaga?

Ternyata oh ternyata, suami mengajak saya ke Waduk Gajah Mungkur yang ada di Wonogiri. Saya keheranan. “Loh, memangnya di sana ada apa? Bukannya hanya waduk biasa? Toh, kita sudah pernah ke sana”.

Lalu suami menjawab, “Beda dong! Kali ini kita akan ke spot area istimewa di Waduk Gajah Mungkur yang hanya ada saat musim kemarau”.

“Hah? Maksudnya?”

“Iya, wilayah yang akan kita datangi itu biasanya terendam air waduk. Lalu saat kemarau, airnya surut sehingga tanahnya terlihat dan bisa dilalui”.

“Lalu, apa istimewanya?”

“Nah, ketika air waduk surut, maka bermunculan sisa-sisa peninggalan masa lalu yang menjadi saksi bahwa di sana pernah ada kehidupan perkampungan yang kemudian harus ditenggelamkan demi kemaslahatan bersama”

Saya mulai tertarik dengan ajakan suami. “Wuah, sisa-sisa peninggalan yang ada di dasar waduk itu apa aja, Sayang?”

“Nah, itu dia yang harus kamu cari dan temukan di sana”, jawab suami sambil tersenyum.

Saya bersungut karena rasa penasaran saya digantung.

“Besok sore kita ke sana ya! Mumpung masih kemarau,” sambung suami.

Yey! Saya berteriak kegirangan. Yang awalnya bete, jadi happy karena besok akan melakukan petualangan kecil layaknya Sherina dan Sadam.

Menyiapkan Bekal Petualangan: OREO Wafer

Saya tuh punya kebiasaan yang sama seperti Sherina, yakni sama-sama suka bawa bekal. Ke kantor saja bawa bekal, apalagi saat travelling.

Tapi berhubung kali ini waktunya agak terbatas dan kami disibukkan oleh pekerjaan masing-masing, jadi kami tidak sempat menyiapkan bekal sendiri.

Akhirnya kami memutuskan untuk membeli bekal yang praktis di minimarket. Seperti biasa, bekal praktis andalan kami saat travelling adalah OREO Wafer

Saya udah dari dulu suka OREO Wafer. Soalnya kan saya suka wafer. Lalu pas nyobain OREO Wafer, rasanya bikin jatuh hati.

Saya dan suami sepakat, bahwa OREO Wafer ini rasanya enak, krimnya manis, wafernya gurih, bikin kenyang, dan bisa menambah energi. Cocok banget untuk menopang energi saat kami berpetualang. #PetualanganOreoWafer

Betapa tebal dan renyahnya OREO Wafer ini

Pembangunan Waduk Gajah Mungkur yang Penuh Pengorbanan

Keesokan harinya, kami tiba di Waduk Gajah Mungkur pukul 16.00 wib. Memang terlalu sore sih, tapi inilah waktu terbaik yang bisa kami luangkan demi membangun quality time bersama.

Ini kali kedua saya singgah ke waduk buatan seluas 1.202 kilometer persegi. Namun kali pertama itu saya berhenti di dekat PLTA. Jadi kami naik bukit untuk melihat pemandangan seindah ini.

Potret Waduk Gajah Mungkur dari atas bukit

Waduk buatan terbesar di Jawa Tengah ini merupakan wujud dari pengorbanan yang tak kalah besarnya oleh warga Kabupaten Wonogiri. Butuh keikhlasan teramat dalam untuk meninggalkan kampung halaman demi hajat hidup orang banyak.

Dulunya, pada tahun 1966, hampir sebagian besar wilayah Solo Raya tenggelam. Sungai Bengawan Solo selalu meluap di musim hujan sehingga menyebabkan banjir seluar 93.600 hektar.

Untuk mengatasi hal tersebut, maka pada tahun 1974 dirumuskanlah Master Plan Pengembangan Wilayah Sungai Bengawan Solo, yakni dengan membangun Waduk Gajah Mungkur.

Pembangunan waduk buatan ini, tentu membutuhkan lahan yang sangat luas. Maka dengan berat hati, sejumlah desa di titik yang telah ditentukan harus dikosongkan untuk dijadikan tempat penampungan air. Terhitung ada 51 desa yang ditenggelamkan, yang tersebar di 7 kecamatan.

Dulu permukimannya ada di sini, sekarang sudah tenggelam dan menjadi dasar waduk

Lalu, warganya bagaimana? Maka para warga di 51 desa diminta kesediaannya untuk pindah ke tempat lain, yang kita kenal dengan istilah bedol desa. 

Sejumlah 67.515 warga bersedia dan rela melakukan transmigrasi ke provinsi Sumatera Barat dan Jambi. Tentu saja dengan jaminan pekerjaan dan penghidupan yang lebih baik.

Tugu Bedol Desa

Waduk ini mulai beroperasi pada tahun 1982 yang dipantau oleh 35 konsultan berpengalaman dari luar negeri. Waduk berkapasitas 660 juta meter kubik air ini telah dirasakan manfaatnya oleh warga setempat. Apa sajakah itu?

  • Sebagai pengendali banjir dari daerah aliran sungai Bengawan Solo
  • Sebagai sumber irigasi untuk areal persawahan di wilayah Sukoharjo, Karanganyar, Klaten, dan Sragen 
  • Sebagai sumber air bersih untuk masyarakat Wonogiri
  • Sebagai penghasil listrik yakni PLTA Gajah Mungkur (menghasilkan tegangan hingga 12,4 MegaWatt)
  • Sebagai sarana perikanan warga setempat
  • Sebagai spot wisata warga setempat dan penduduk luar kota

PLTA Waduk Gajah Mungkur

Keberadaan waduk buatan yang menampung jutaan kubik air ini menjadi hiburan tersendiri bagi warga setempat maupun para pendatang dari luar kota. Banyak sudut waduk yang bisa didatangi untuk dinikmati keindahannya.

Salah satunya adalah sisi waduk yang berada di Kecamatan Wuryantoro. Saat musim kemarau, air di sini menjadi surut bahkan kering sehingga jejak-jejak peninggalan masa lalu mulai muncul sendiri ke permukaan.

Tak hanya itu, air yang surut dan tanah yang padat, menyebabkan wilayah tersebut bisa dilalui oleh kendaraan. Bahkan warga bisa menanam padi di sana dan melakukan panen raya. Unik sekali, bukan?

Saat musim kemarau, warga bisa menanam pagi

Petualangan Menemukan Jejak Permukiman Warga yang Terendam di Ikon Kabupaten Wonogiri

Nah, pada kali kedua kedatangan saya di Waduk Gajah Mungkur inilah, suami memberikan ide yang antimainstream.

Jadi saya tidak hanya jalan-jalan menikmati pemandangan saja, melainkan harus mencari tahu ada peninggalan apa saja yang bisa saya temukan di sini, sambil menebak-nebak itu dulunya “apa”.

Waw, menarik sekali, bukan? 

Oke, tantangan diterima. Petualangan dimulai!

Setibanya di lokasi, saya langsung turun dari sepeda motor kemudian eksplorasi sekitar wilayah. Saya berjalan melintasi persawahan, tanah yang gersang, dan lainnya. 

Hingga akhirnya saya berhasil menemukan puing demi puing peninggalan para penduduk sebelum wilayahnya berubah menjadi dasar waduk. Apa sajakah itu?

1. Jalan Raya

Ternyata jalan masuk yang kami lalui hingga berada di titik kami parkir sepeda motor ini bukan sekadar jalan biasa.

Panorama jalan raya di Waduk Gajah Mungkur

Dulunya, jalan selebar 5 meter ini merupakan bekas jalan utama Wonogiri-Pracimantoro. Banyak bus dan kendaraan yang lalu lalang melewati jalur ini. Bisa terbayang nggak sih, seriuh dan sepadat apa jalan beraspal ini di tahun 60-an?

Jalan raya yang masih utuh padahal sudah puluhan tahun terendam air waduk

2. Jembatan

Saya cukup kaget sekaligus kagum tatkala melihat ada jembatan yang masih berdiri kokoh di tempatnya. Jembatan ini dulunya menjadi penghubung jalur kendaraan darat Wonogiri-Pracimantoro.

Namun semenjak wilayah ini digenangi oleh air, maka body jembatan mulai terkikis. Ada berbagai kerusakan di sudut-sudut jembatan. Maklum, tiap tahun harus terendam air waduk.

Tapi yang patut diacungi jempol adalah struktur pondasinya yang masih kokoh. Hal ini dikarenakan konstruksinya terbuat dari beton.

Jadi jembatan ini tetap berdiri tegak meski harus terendam air setiap tahun. Kabar baiknya, jembatan ini masih bisa dilalui warga dengan kendaraan roda 4, tentu harus hati-hati.

Sebagian sisi jembatan yang sudah tergerus air waduk

3. Sumur

Salah satu sisa peninggalan yang cukup banyak terlihat jejaknya adalah sumur. Terdapat sejumlah sumur yang bisa kita lihat dan dekati dengan mudah.

Kita boleh melongok ke dalam sumur, tapi hati-hati ya. Dulunya, sumur ini digunakan secara aktif oleh warga pada puluhan tahun silam untuk sumber air sehari-hari. 

Saat ini, keadaan badan sumurnya mulai terkikis karena tergerus air waduk yang merendamnya bertahun-tahun. Ketika melihat sumur ini, saya langsung terbayang suasana dapur dan kamar mandi zaman dahulu.

4. Pondasi Bangunan

Salah satu target saya saat mencari sisa-sisa peninggalan di dasar Waduk Gajah Mungkur ini adalah bekas pondasi rumah. Susah untuk saya temukan, mungkin karena saya kurang jeli ya.

Akhirnya, atas bantuan clue dari suami, saya menemukan sejumlah bebatuan yang tersusun rapi memanjang. Rupanya ini adalah pondasi bangunan rumah orang-orang zaman dulu.

Memang tembok/dindingnya sudah tidak ada, tentu telah tergerus oleh air waduk. Namun batu besar yang menjadi pondasi rumah, masih tersusun rapi dan kokoh di tempatnya.

Saya coba amati pondasi bangunannya, lalu membayangkan betapa besar rumahnya. Termasuk membayangkan seriuh apa para anggota keluarga dalam menghidupkan rumah.

5. Kompleks Pemakaman

Kemudian kami berjalan kurang lebih 10 menit melewati area persawahan. Ternyata ada yang sangat menarik di balik persawahan itu. Terdapat kompleks pemakaman kuno yang masih terjaga hingga saat ini. Sungguh di luar bayangan.

Daripada rumah warga, ternyata batu-batu nisan jauh lebih awet dan terjaga wujudnya meski telah terendam air waduk 50-an tahun. 

Saya coba dekati kompleks pemakaman. Tampak batu-batu nisan yang masih berdiri kokoh meski sebagian terkikis karena terendam air selama musim hujan.

Wujud batu nisannya masih utuh. Bahkan masih dapat dikenali dengan mata telanjang. Uniknya, di sejumlah batu nisan masih terlihat jelas nama almarhum dan tanggal lahir beserta tanggal kematian.

Namun tenang saja, tidak ada unsur mistis di kawasan ini. Hanya saja pastikan bahwa kamu datangnya pagi atau sore hari saja, tatkala masih banyak orang yang berlalu lalang di kawasan ini.

Menikmati OREO Wafer di Akhir Petualangan

Usai berhasil menyelesaikan misi yang diberikan oleh suami, yakni menemukan 5 sisa-sisa permukiman warga Wonogiri di dasar Waduk Gajah Mungkur, akhirnya saya bisa bernafas lega.

Saya dan suami beristirahat sambil menikmati senja. Ternyata petualangan yang menghabiskan waktu 60 menit ini cukup melelahkan dan menguras tenaga ya.

Untungnya saya bawa bekal OREO Wafer. Tanpa ba-bi-bu lagi langsung saya makan. Dikarenakan suami sedang sibuk menerbangkan drone, akhirnya saya yang menyuapi wafer enak ini ke mulut suami. Supaya kita kenyang bersama-sama.


Ternyata berpetualang itu nggak harus diculik seperti Sadam, atau mengejar pemburu orang utan di Kalimantan. Melainkan bisa dilakukan melalui hal-hal kecil seperti yang kami lakukan. Bahkan petualangan sederhana ini berhasil merekatkan hubungan kami sebagai suami istri loh.

Menurut kami, membangun chemistry antar suami istri itu mudah banget dan ada banyak cara yang bisa dipilih loh! Apa aja ya? Tipsnya udah saya rangkum di infografis berikut ini ya!

Membangun chemistry keluarga kecil meski hanya berisi sepasang suami istri, tetap perlu dilakukan. Hal ini selaras dengan yang disampaikan oleh Dian Ramadianti selaku Senior Marketing Manager Mondelez Indonesia dalam press conference Petualangan OREO Wafer pada tanggal 3 Oktober 2023.

Beliau mengatakan bahwa kolaborasi antara OREO Wafer dengan film Petualangan Sherina 2 ini dapat menginspirasi keluarga Indonesia untuk senantiasa menghadirkan keceriaan dan membangun kedekatan antar keluarga.

Press Conference Petualangan OREO Wafer

Sherina Munaf selaku pemeran utama film Petualangan Sherina 2 juga menambahkan bahwa perpisahan yang membuat dua orang merasa asing namun apabila melakukan petualangan bersama maka dapat membangun kembali kedekatan sehingga berhasil menciptakan petualangan yang seru.

Challenge OREO Wafer dan Menangkan iPhone 14

Kabar baiknya, dalam rangka menyemarakkan nostalgia masa lalu bersama film Petualangan Sherina 2, maka OREO Wafer berbagi kebahagiaan kepada kita semua.

Hal ini terlihat dari kemasan OREO Wafer yang sangat fresh karena ada Sherina dan Sadam, Tak hanya itu, di kemasannya juga terdapat kode rahasia yang berwujud QR code. Wuah kode QR ini untuk apa ya?

Kemasan OREO Wafer edisi spesial

Ternyata ini adalah kode QR yang bisa kita scan untuk mendapatkan nomor undian yang kemudian bisa kita menangkan hadiahnya. 

Gimana cara mendapatkan hadiahnya?

  1. Beli OREO Wafer di toko terdekat (pastikan yang ada gambar Sherina dan Sadam ya)
  2. Scan QR Code, nanti akan chatting dengan adminnya
  3. Ikuti alur registrasi. Hanya diminta nama lengkap dan foto kemasan produk/struk pembelian
  4. Tunggu, akan dikabari nomor undiannya
  5. Kumpulkan nomor undian sebanyak-banyaknya dan menangkan hadiahnya

Hadiahnya ada apa aja? Ada iPhone 14, Nintendo Switch, Exlusive Merchandise dan grand prize Meet n Greet sama Sherina dan Sadam. Wuaaaaah banyak banget, nggak tuh?

Saya juga nggak mau ketinggalan hadiahnya. Saya sudah ikutan. Yuk kamu ikutan challeng ini juga! Info lengkapnya ada di sini ya: https://www.instagram.com/p/CxISQpsr8Dh/ 

Seperti ini kalo nanti chatting sama admin OREO Wafer

Kesimpulan

Nah, itulah petualangan saya dan suami yang ala-ala Sherina dan Sadam kala saya harus menyelesaikan misi untuk menemukan sisa-sisa peninggalan yang terendam di dasar Waduk Gajah Mungkur.

Ada banyak keprihatinan ketika saya menyusuri langkah demi langkah di tempat ini. Sebuah pengorbanan yang amat besar dari para penduduk untuk merelakan kampung halamannya, demi hajat yang besar untuk negara.

Saya dan suami di depan kompleks pemakaman yang terendam air waduk

Rasanya puas banget berkeliling dasar Waduk Gajah Mungkur yang hanya bisa ditemukan saat musim kemarau. Tak hanya otak saja yang fresh, melainkan tubuh menjadi segar bugar dan tak lelah berpetualang karena energi telah terisi kembali oleh OREO Wafer yang enak mengenyangkan. 

Kira-kira, selanjutnya kami akan melakukan petualangan ke mana lagi ya? Ada usulan?

Btw, kisah petualangan di dasar Waduk Gajah Mungkur ini juga saya buatkan videonya loh! Silakan disimak ya supaya makin tertarik untuk bertualang ke sini! (FYI: Video ini FYP loh di Tiktok saya, udah tembus 200ribu views!) Yey!



Rhoshandhayani KT
Rhoshandhayani, seorang lifestyle blogger yang semangat bercerita tentang keluarga, relationship, travel and kuliner~

Related Posts

Posting Komentar