SASTRA INGGRIS AWAYDAY BLITAR 2016

1 komentar
Konten [Tampil]
Aktivitas kami pada pagi itu dimulai lebih cepat dari biasanya. Usai menunaikan ibadah sholat subuh, kami harus langsung bergegas untuk mempersiapkan diri. Hari Sabtu tanggal 6 Februari 2016 itu bukanlah hari biasa karena kami akan menempuh perjalanan yang cukup panjang dari domisili kami di Yogyakarta menuju Blitar; Jawa Timur.

Perjalanan Berangkat; Yogyakarta-Blitar
Perjalanan Berangkat; Yogyakarta-Blitar
Perjalanan kami pada hari itu bukanlah travelling biasa, melainkan dengan tujuan menghadiri hari bahagia salah satu teman kami bernama Afrizal Luthfi L (Afi) yang resmi melangsungkan pernikahannya. Takdir Allah SWT yang menghendakinya mempersunting seorang wanita asal Blitar yaitu Mbak Luluk menjadikan pesta resepsinya diadakan di kota tempat Ir. Soekarno dimakamkan tersebut.

Perjalanan dimulai

Perjalanan menuju Blitar tidak kami lakukan dengan mengendarai motor, mengingat jarak yang cukup jauh ditambah saat itu masih musim penghujan. Kami menuju Blitar dengan mengendarai mobil Elf. Beruntung salah satu teman kami yang juga ikut dalam perjalanan ini bernama Aghas memiliki koneksi dengan pihak yang bisa menyediakan armada Elf untuk transport kami ke Blitar.
Siap Berangkat
Pagi itu terlebih dahulu kami berkumpul di Gelanggang Mahasiswa Universitas Gadjah Mada yang disepakati sebagai titik kumpul. Sebenarnya rencana keberangkatan kami adalah pukul 05.00 WIB, tetapi sayangnya saat jam menunjukkan waktu tersebut, rombongan masih belum lengkap sehingga kami belum bisa berangkat.
Titik Keberangkatan
Barulah satu jam kemudian sekitar pukul 06.00 WIB, usai berdoa terlebih dahulu akhirnya kami memulai perjalanan menuju Blitar. Rute yang kami gunakan adalah lewat Solo-Ngawi-Madiun-Nganjuk-Kediri atau lewat jalur utara karena kami harus menjemput salah satu rombongan yang menunggu kami di Kabupaten Madiun.

Puluhan lampion hingga ditilang

Perjalanan yang dimulai pada pagi hari membuat sebagian besar dari kami belum sempat sarapan. Oleh karena itu sesampainya di Solo, tepatnya di Pasar Gedhe, kami berhenti sejenak untuk sarapan. Pemberhentian kami di Pasar Gedhe selain untuk sarapan, juga dikarenakan menjelang Imlek kawasan ini selalu dihiasi oleh puluhan lampion sehingga dapat digunakan untuk berfoto.
Lampion di Pasar Gedhe Surakarta Menjelang Imlek
Lampion di Pasar Gedhe Surakarta Menjelang Imlek
Awalnya kami sempat bingung memilih tempat makan karena kami mengira akan ada banyak penjual nasi liwet khas Solo yang menjajakan dagangannya di pinggir jalan, tetapi sayangnya kami tidak menemukannya. Syukurlah kami akhirnya menemukan warung soto di dalam pasar yang sebenarnya kondisinya cukup kurang kondusif.

Perjalanan kami kembali berlanjut sekitar pukul 08.00 WIB melewati jalan utama lintas Jawa Tengah-Jawa Timur yang melewati Sragen Kota dan seterusnya. Elf yang kami gunakan tidak bisa melaju kencang karena selain kondisi jalan yang cukup ramai, driver yang bernama Mas Popo lebih memprioritaskan keselamatan kami. Meski demikian, kendaraan kami masih dapat melaju dengan lancar.
Tempat Kejadian Perkara
Menjelang pukul 11.00 WIB, kami hampir berhasil masuk wilayah Ngawi Kota, tetapi sayangnya saat kami sampai di Terminal Kertonegoro kelancaran kami terhambat. Entah mengapa kami tiba-tiba dihentikan oleh petugas saat hendak memasuki Ngawi Kota, padahal Elf kami sama sekali tidak melanggar aturan saat di jalan. Kejadian itu semakin diperparah dengan pintu belakang yang tiba-tiba terbuka sehingga beberapa tas kami jatuh ke jalan.

Beruntung karena saat itu tidak ada kendaraan yang melintas di belakang elf sehingga tas tersebut tidak terlindas meski berada di tengah jalan. Secepat kilat beberapa dari kami langsung turun dan berlari menyelamatkan tas-tas tersebut. Syukurlah masalah tas tersebut dapat segera teratasi, walaupun sempat menimbulkan kepanikan. Usai suasana kondusif, Mas Popo selaku driver kami segera ke pos untuk mengurus segala sesuatunya dengan petugas.
Wajah-wajah Cemas
Tak lama kemudian Mas Popo kembali dan beruntung karena perjalanan dapat dilanjutkan kembali. Menurut driver kami, hal tersebut memang wajar terjadi saat perjalanan dengan menggunakan Elf. Seringkali Elf menjadi sasaran beberapa oknum petugas untuk mendapatkan uang tambahan. Selengkap apa pun perlengkapan yang dibawa oleh suatu armada Elf, tetap akan selalu kena denda oleh oknum-oknum petugas tersebut.

Setengah perjalanan

Perjalanan Ini
Perjalanan kami selanjutnya berjalan lancar tanpa hambatan, meski beberapa kali kami berhenti di pom bensin untuk ke kamar kecil. Akhirnya kami sampai di Madiun sekitar pukul 14.00 WIB. Tidak lupa kami menjemput salah satu rombongan kami di sini yaitu Mbokdhe Arrienda yang merupakan warga Madiun.

Bisa dibilang kami sudah menempuh setengah perjalanan saat sampai di Madiun ini. Elf kami terus melaju melewati jalan utama Jawa Timur. Sempat kami terhalang oleh kemacetan karena sebuah proyek yang entah mengapa dikerjakan siang hari saat masa liburan saat itu. Perlu diketahui bahwa perjalanan kami saat itu dilakukan saat long weekdays Tahun Baru Imlek.
Ngaso
Elf kami mulai meninggalkan jalan utama Jawa Timur saat sampai di Kabupaten Nganjuk. Driver kami memang sudah berpengalaman sehingga tahu rute tercepat untuk sampai ke Blitar tanpa harus melulu mengikuti jalur utama. Hanya dalam tempo waktu sekitar satu jam, kami sudah tiba di Kabupaten Kediri.

Arc de Triomphe

Menjelang sampai Kediri Kota, salah satu rombongan kami yaitu Aghas berpamitan untuk turun di sini saja karena akan sekalian travelling bersama temannya. Namun bukan berarti dia tidak akan datang ke acara resepsi nanti malam karena dia akan berangkat dari Kediri. Usai Aghas turun, perjalanan kembali berlanjut, tetapi tidak terlalu jauh karena kami kemudian berhenti kembali.
Arc de Triomphe Kediri
Arc de Triomphe Kediri
Pemberhentian kami selanjutnya ada di Simpang Gumul Kediri. Sebuah bangunan di tengah-tengah persimpangan jalan berbentuk unik seperti Arc de Triomphe yang merupakan salah satu ikon Kota Paris menjadi tujuan kami pada pemberhentian kali ini. Tentu usai menempuh perjalanan cukup lama, tubuh kami perlu perenggangan.
Sekali-kali Enek Fotone Lah
Selain itu, tentunya mungkin ini adalah satu-satunya kesempatan kami untuk bisa beramai-ramai mengunjungi salah satu landmark Kediri ini. Tentunya kami tidak melewatkan momen ini untuk berfoto dengan latar belakang yang mirip dengan di Kota Paris ini. Sekitar pukul 16.00 WIB, perjalanan kami kembali berlanjut ke Blitar yang sudah tak lagi jauh.

Blitar

Kembali driver melewatkan kami melalui jalan pintas dari Kediri menuju Blitar. Jarak yang sudah tidak lagi jauh membuat waktu tempuh untuk sampai ke Blitar tidaklah lama. Setelah melewati jalan pintas yang sayang kondisinya cukup banyak lubang, akhirnya kami memasuki kawasan kota Blitar sebelum matahari terbenam sekitar pukul 17.30 WIB.
Sumber: http://master-logo.blogspot.co.id/2015/03/kota-blitar-logo-vector.html
Awalnya kami berencana untuk menginap di penginapan yang disediakan mempelai pria (Afi) untuk menampung tamu undangan dari daerah lain. Namun salah satu teman satu jurusan kami di Sastra Inggris yang juga orang Blitar bernama Rully mempersilakan kami untuk singgah di rumahnya. Bahkan dia sempat menjemput kami untuk kemudian diantar sampai rumahnya.

Kami pun diterima dengan ramah oleh kelurga Rully sesampainya di sana. Kami juga bertemu dua teman kami yaitu Iqbal dan Eric yang datang dari Jakarta di sana. Semua kebutuhan untuk persiapan menuju resepsi juga telah dipersiapkan oleh Rully sekeluarga. Bahkan meski hanya ada dua kamar mandi di rumah Rully, hal itu bukanlah masalah karena Rully sekeluarga telah melobi tetangga sekitar agar kamar mandinya dapat kami gunakan.
Rombongan Om-om:
Dari kiri: Aji, Aul Man, Iqbal, Danu, Eric Man, Argo, Maliq

Jadilah persiapan kami untuk berangkat ke acara resepsi dapat berlangsung cepat dan singkat berkat Rully dan keluarganya. Sekitar pukul 19.00 WIB kami sudah siap untuk menuju acara resepsi. Rully yang sudah tahu lokasinya pun memandu kami dengan mengendarai sepeda motor.

Mission Accomplished

Sekitar setengah jam kemudian syukur Alhamdulillah kami berhasil sampai di acara resepsi teman kami Afi dengan selamat. Rasanya benar-benar lega saat kami berhasil sampai setelah melalui perjalanan yang panjang sebelumnya. Puji syukur atas berkah dan rahmat Allah SWT karena kami masih berkesempatan untuk hadir di acara resepsi tersebut.
Atas dari Kanan: Maliq, Aul Man, Aji, Marindul, Dilly, Afi (manten), Mb. Luluk (Manten), Bosu, Sulis, Putri, Mbokdhe Arrienda, Tata, Nanda Joko, Iqbal
Bawah dari Kanan: Argo, Danu, Ane, Eric, Rully, Desta, Fajar
(Minus Aghas; balik dhisikan)
Seperti lazimnya tamu pernikahan pada umumnya, kami satu per satu segera menyalami teman kami Afi dan istrinya yaitu Mbak Luluk sembari mengucapkan selamat atas pernikahan mereka berdua. Tentunya tidak lupa kami juga berfoto bersama di atas pelaminan mereka berdua di hari bahagia tersebut.

Selanjutnya kami tidak langsung kembali. Kami terlebih dahulu duduk-duduk di kursi yang sudah disediakan sambil berbincang satu sama lain dan menyantap hidangan prasmanan. Saat sedang asyik bercengkerama, tiba-tiba kejadian yang cukup langka terjadi saat mempelai pria secara tidak terduga menghampiri kami.
Mantenne midhun
Mungkin hanya pada acara itulah kejadian mempelai pria turun dari pelaminan dan bergabung mengobrol dengan tamunya. Sementara biasanya kedua mempelai baik itu pria maupun wanita hanya ada di atas pelaminan selama acara berlangsung. Yah, setidaknya kami bisa berbincang dengan teman kami lebih dekat dan sekali lagi mengucapkan selamat kepadanya.

Sebelum kami semua berpamitan, terlebih dahulu dua teman kami berpamitan untuk kembali ke Yogyakarta. Adalah Mbokdhe Arienda dan Tata yang berpamitan untuk kembali menggunakan kereta api malam itu juga untuk kembali ke Yogyakarta karena keesokan harinya ada agenda lain yang harus dikerjakan. Tak lama kemudian kami menyusul berpamitan kepada Afi karena acara juga sudah selesai.
Balik ke Omah Rully
Malam itu kami kembali ke rumah Rully untuk beristirahat. Perjalanan panjang selama lebih dari 12 jam pada hari itu memang benar-benar melelahkan. Kami yang laki-laki tidur di ruang terbuka, sementara yang perempuan disediakan kamar tempat mereka tidur. Lelahnya fisik kami membuat istirahat malam itu berlangsung maksimal.

Perjalanan untuk kembali pulang

Pagi di Hari Minggu Tanggal 7 Februari 2016 pun tiba. Kami sudah harus bersiap usai subuh agar bisa sampai kembali di yogyakarta petang hari. Salah satu rombongan kami yaitu Danu harus mengejar pesawatnya yang bertolak dari Yogyakarta sekitar pukul 20.00 WIB. Selain itu tentunya semakin cepat kami sampai, maka semakin cepat pula kami beristirahat.

Kami pun siap bertolak dari rumah Rully sekitar pukul 07.00 WIB. Tentu saja kami berterima kasih kepada Rully sekeluarga sebelum berpamitan karena telah menyediakan tempat bagi kami semua untuk bermalam dan beristirahat. Dua orang teman kami yaitu Eric dan Iqbal juga turut bergabung bersama rombongan dengan Elf pada perjalanan kembali kali ini.

Elf kami pun mulai bergerak meninggalkan kediaman Rully, tetapi sebelum meninggalkan Blitar kami menyempatkan diri sejanak untuk mengunjungi makan presiden pertama Republik Indonesia; Ir. Sukarno. Lokasi makam Bung Karno memang banyak dikunjungi masyarakat dari seluruh Indonesia sehingga keberadaannya mudah ditemukan.

Ziarah ke makam Ir. Sukarno

Patung Ir. Sukarno
Tak lama kemudian sekitar pukul 08.15 WIB Elf kami sampai di area parkir kompleks makam Bung Karno. Ternyata jarak antara area parkir dengan makam cukup jauh sehingga kami harus berjalan kaki sejenak untuk sampai ke sana. Saat hari libur seperti saat kunjungan kami tersebut, banyak orang yang mengunjungi makam Bung Karno ini meski masih cukup pagi.
Area Parkir Makam Ir. Sukarno
Kami hanya sebentar mengunjungi makam Bung Karno ini. Setelah beberapa dari kami berziarah dan berdoa di depan makam Bung karno untuk mendoakan beliau, kami segera keluar dari kompleks makam dan kembali ke elf. Meski kami sempat menunggu agak lama, akhirnya kami siap untuk melanjutkan perjalanan kembali ke Yogyakarta sekitar pukul 09.15 WIB.
Makam Sang Proklamator RI; Ir. Sukarno
Makam Sang Proklamator RI; Ir. Sukarno

Perjalanan via Jalur Selatan

Berbeda dengan perjalanan berangkat kami menuju Blitar yang melalui jalur utara. Perjalanan kembali kami kali ini akan melalui jalur selatan yang melewati Tulungagung, Trenggalek, Ponorogo, Wonogiri, dan seterusnya sampai Yogyakarta. Prediksi waktu tempuh kami melewati jalur selatan ini sampai ke Yogyakarta adalah enam hingga tujuh jam perjalanan.
Rute Perjalanan Pulang

Kabupaten Blitar mulai kami tinggalkan sekitar pukul 09.45 WIB. Jalur selatan relatif lebih sepi dibanding jalur utara yang penuh dengan bus besar dan truk. Sayangnya perjalanan pulang kami kembali sedikit terhambat saat ada razia petugas. Elf kami kembali terjaring razia karena kelengkapan surat-surat mengemudi driver kami ditahan oleh petugas saat di Ngawi sehari sebelumnya.
Bye Blitar
Meski Mas Popo sudah berusaha menjelaskan, tetapi petugas tetap bergeming. Elf tetap terkena denda karena hal tersebut tetap dianggap sebagai pelanggaran. Saat kami berhenti di sebuah pom bensin, ternyata beberapa driver elf lain pun turut mengeluh akan razia yang terjadi sebelumnya. Terkesan selalu ada saja kesalahan yang dicari-cari, meski kelengkapannya sudah standar.
Masuk Tulungagung
Perjalanan kami pun kembali berlanjut sembari berharap tidak ada razia-razia lain yang membuat elf kami kembali terkena denda. Untunglah kami tidak menjumpai razia-razia lagi di sepanjang jalur selatan. Perlahan tapi pasti, kami mulai melewati beberapa kabupaten di jalur selatan ini seperti Tulungagung hingga Trenggalek. Perjalanan kembali kami saat itu bisa dibilang relatif cepat.
Masuk Ponorogo
Sesampainya di Ponorogo, kami memutuskan untuk berhenti. Selain melaksanakan ibadah sholat dzuhur, kami juga butuh makan siang. Kami berhenti di kawasan Aloon-aloon Ponorogo untuk beribadah dan makan siang karena di sana terdapat Masjid Agung Ponorogo dan berbagai warung makan.
Masjid Agung Ponorogo
Selain beribadah dan makan, tentu pemberhentian ini juga kami manfaatkan untuk beristirahat. Perjalanan kami memang tinggal beberapa jam lagi untuk sampai di Yogyakarta, tetapi jelas istirahat memang dibutuhkan untuk menempuh sisa perjalanan yang ada. Sekitar pukul 14.30 WIB, kami mulai berangkat kembali melanjutkan perjalanan.
Aloon-aloon Ponorogo
Aloon-aloon Ponorogo

Jogja Kembali

Usai meninggalkan Ponorogo, perjalanan kami berlangsung cepat dan lancar. Total hanya tinggal tiga kabupaten lagi yang harus kami lalui yaitu Wonogiri, Sukoharjo, dan Klaten sebelum masuk ke Daerah Istimewa Yogyakarta. Beruntung pula karena meski saat itu adalah long weekend, kondisi jalan tidaklah terlalu ramai.
Bye East Java
Total kami hanya sekali berhenti usai pemberhentian terakhir di Ponorogo. Pemberhentian kami berikutnya adalah di Kecamatan Bulu, Sukoharjo untuk menunaikan ibadah sholat ashar di masjid pinggir jalan. Selanjutnya perjalanan berlanjut kembali melewati jalan tembus Wonogiri-Klaten yang nantinya akan sampai di Stasiun Srowot, Klaten.
Wonogiri
Menjelang petang sekitar pukul 18.00 WIB kami akhirnya sampai juga di Daerah Istimewa Yogyakarta. Setengah jam kemudian kami sampai di Bandara Adi Sutjipto sehingga masih sempat bagi Danu untuk mengejar penerbangannya. Usai mengantar Danu, perjalanan kami pun tinggal hitungan menit untuk sampai di ujungnya.

Akhir Perjalanan

Senja Menyambut Kami Kembali ke Yogyakarta
Syukur Alhamdulillah kami sampai kembali di Gelanggang Mahasiswa Universitas Gadjah Mada dengan selamat sekitar pukul 19.00 WIB. Memang rasanya begitu melelahkan usai menempuh perjalanan yang begitu panjang selama dua hari tersebut, tetapi tetap saja perjalanan ini akan selalu meninggalkan kesan tersendiri.

Tak bisa dipungkiri bahwa waktu akan terus berjalan maju ke depan yang mana arusnya cepat atau lambat akan memisahkan kami satu per satu melalui kesibukan kami masing-masing. Namun, semoga saja setidaknya catatan ini akan senantiasa mampu untuk mempersatukan kenangan kami semua akan sebuah perjalanan panjang yang takkan pernah terlupakan saat itu untuk selamanya…

Credit

Aghastya H: 
Tanpamu, entah kita akan pergi naik apa, plus jasamu mengoordinir urusan administrasi transport dan kado takkan terlupakan.. haha

Mas Popo: 
Driver super handal.. Matur nuwun sudah berkenan mengantar kami.

Rully + keluarga: 
Hatur nuhun sudah bersedia menampung dan menjamu rombongan di rumah dengan ramah.

Kedua mempelai Afi + Mb. Luluk
Semoga senantiasa menjadi keluarga SaMaWa.. Aamiin

Semua pihak yang terlibat, baik langsung atau tidak langsung sehingga perjalanan ini bisa berlangsung dengan sukses..
Anggara Wikan Prasetya
Perkenalkan, Anggara Wikan Prasetya, pemilik Menggapai Angkasa.

Related Posts

1 komentar

Rhoshandhayani KT mengatakan…
wuaaaa kukira ceritanya tentang kegiatan2 kampus sastra inggris, ternyata datang ke nikahannya teman bareng teman2 jurusan sastra inggris. Aku habis baca sampe akhir, terus lupa judul, baca judulnya... ealaaah... salah sangka ternyata, haha

btw, solid juga ya teman2 sejurusan. sampe pesen elf segala untuk berangkat bareng. semoga rumah tangganya sakinah mawaddah wa rohmah yaaa...

aku gak akan tanya "Mas Angga kapan nyusul?"