MADAKARIPURA, AIR TERJUN TERTINGGI DI JAWA DAN PERTAPAAN KERAMAT GADJAH MADA

1 komentar
Konten [Tampil]
Postingan kali ini merupakan kelanjutan dari perjalanan panjang saya travelling ke Kabupaten Probolinggo pada liburan long weekend Imlek 2018. Setelah melakukan PENJELAJAHAN DI LAUTAN PASIR BROMO, perjalanan saya masih belum berakhir. Waktu yang masih menunjukkan sekitar pukul 13.00 WIB membuat masih ada banyak waktu untuk menjelajah sudut-sudut Kabupaten Probolinggo ini.

Patung Gadjah Mada di Air Terjun Madakaripura
Patung Gadjah Mada di Air Terjun Madakaripura
Tujuan kedua saya pada perjalanan kali ini sebenarnya merupakan tujuan awal pada perjalanan ke probolinggo sehingga rasanya akan sangat mengecewakan apabila tidak jadi mengunjunginya. Lokasi tujuan kedua saya pada perjalanan kali ini tidaklah jauh dari Bromo, atau hanya sekitar 30 menit perjalanan, berupa air terjun bernama Madakaripura.

Perjalanan dengan penuh pertaruhan
Kunjungan saya ke Air Terjun Madakaripura kali ini tidaklah sendirian. Saya masih ditemani oleh rekan kerja bernama Ariska Anggraini A.K.A @Anggrek yang saat itu menjadi pemandu saya. Statusnya sebagai Warlok (Warga Lokal) Probolinggo membuatnya memiliki banyak informasi mengenai seputar Aur Terjun Madakaripura. Akan tetapi salah satu informasi penting mengenai air terjun tersebut yang diberikannya sempat membuat saya ragu untuk mengunjunginya.
Kenalan sama Ariska Anggraini A.K.A @Anggrek yang Sedang Mencari Suami
Menurut penjelasan Anggrek, kunjungan ke Air Terjun Madakaripura hanya dibatasi hingga pukul 16.00 WIB saat tidak hujan. Namun jika hujan turun maka batas waktu kunjungan akan ditutup lebih awal. Bahkan jika hujan turun dengan begitu lebat, bisa saja akses menuju air terjun tersebut ditutup total karena rawan terjadi bencana seperti banjir atau tanah longsor.

Penjelasan tersebutlah yang membuat saya ragu untuk jadi atau tidak ke Air Terjun Madakaripura. Terlebih saat kami makan siang, hujan turun dengan cukup deras sehingga semakin membuat saya khawatir. Namun entah mengapa saya masih sangat ingin mengunjunginya meski risiko bencana hidrometrologi masih cukup tinggi di musim hujan ini.

Menuju Madakaripura
Saat hujan mulai reda, kami memulai perjalanan ke Air Terjun Madakaripura dari tempat makan siang. Saya cukup mengikuti plang penunjuk arah yang ada menuju air terjun tersebut. Mengenai rute jalan saya tidak begitu khawatir karena Anggrek sudah tahu jalan untuk sampai ke sana. Kondisi jalan yang kami tempuh pun begitu lengang meski saat itu sedang liburan long weekend.

Bromo-Air Terjun Madakaripura

Kondisi jalan yang lengang tersebut sempat memunculkan kekhawatiran bagi saya bahwa akses menuju Air Terjun Madakaripura ditutup karena hujan yang turun barusan. Namun kami tetap terus melaju di rute ke Madakaripura. Jalan yang kami lalui pun bisa dibilang merupakan jalan kampung yang lebih sempit daripada sebelumnya dan tidak terdapat marka. Jalan yang sebelumnya menanjak pun semakin lama menjadi semakin menurun. 
Menuju Air terjun Madakaripura
Akhirnya kami tiba di semacam tempat penitipan kendaraan dengan terdapat portal, tetapi yang terlihat hanyalah kendaraan besar seperti mobil dan bus saja. Awalnya kami mengira bahwa perjalanan kami dengan kendaraan bermotor sudah sampai di tujuan. Namun ternyata kendaraan roda dua masih diperbolehkan melaju lebih jauh melewati portal yang ada.
Kondisi Jalan Menjelang Air Terjun Madakaripura
Jawaban mengapa kendaraan besar seperti mobil dan bus harus berhenti sebelum portal tersebut akhirnya terjawab. Ternyata kondisi jalan yang kami lalui setelah melewati portal ternyata cukup sempit. Lebar jalurnya mungkin hanya bisa dilalui untuk bersimpangan dua motor saja. Bukan hanya itu saja, jalur tersebut juga rawan longsor dengan tebing curam di sisi jalan yang terdapat bekas longsor pada beberapa titik.

Meski hujan masih sering turun, tetapi saat itu kawasan Air Terjun Madakaripura masih dibuka. Misalkan kondisi cuaca buruk seperti hujan lebat atau badai, maka nantinya portal akan ditutup yang mana otomatis pengunjung tidak bisa mendekat ke kawasan air terjun. Hal tersebut mengingat bahaya longsor dan banjir yang berpotensi terjadi apabila hujan lebat terjadi.

Melangkah menuju Madakaripura
Cukup menyeramkan berkendara di jalur dengan tebing yang rawan longsor. Banyangan akan tebing yang longsor tiba-tiba senantiasa menghantui perjalanan kami usai melewati portal. Namun syukur Alhamdulillah akhirnya kami sampai juga di area parkir kendaraan menuju Air Terjun Madakaripura. Kendaraan roda dua hanya bisa melaju sampai di sini saja.
Awal Jalan Setapak
Setelah menitipkan kendaraan, kami segera berjalan masuk kawasan Air Terjun Madakaripura. Akan tetapi begitu sampai tujuan kami langsung ditawari warga setempat untuk membeli pelindung ponsel agar tidak basah dan juga jas hujan plastik. Kami tidak membelinya, tetapi sebagai langkah antisipasi saya membawa jas hujan.

Tarif masuk ke kawasan Air terjun Madakaripura adalah Rp13.000,00 per orang. Kami disambut oleh patung Mahapatih Gadjah Mada yang berukuran cukup besar sehingga bisa dikatakan bahwa patung tersebut merupakan ikon dari kawasan air terjun ini. Selain itu, terdapat pula sebuah tulisan besar bertuliskan “MADAKARIPURA” sehingga cocok dijadikan latar berfoto.
MADAKARIPURA
MADAKARIPURA
Selanjutnya kami harus berjalan melewati jalan setapak di samping sebelah sungai. Awalnya saya mengira bahwa rute jalan setapak tersebut tidaklah panjang. Akan tetapi ternyata jalan setapak yang harus dilalui pengunjung untuk sampai ke air terjun cukup jauh dan tidak sampai-sampai. Jalan setapak yang kami tempuh berada di samping sungai pada sebuah lembah.
Jalan Setapak Menuju Air terjun
Kondisi jalan setapak pun sudah cukup baik, tetapi perlu diingat bahwa saat musim penghujan keadaannya cukup licin sehingga perlu kehati-hatian dalam melangkah. Membutuhkan waktu sekitar 30 menit untuk berjalan sampai ke area air terjun sehingga akan lebih baik mempersiapkan kondisi fisik sebelum berangkat menuju Air Terjun Madakaripura.

Madakaripura
Akhirnya setelah setengah jam berjalan kami sampai di kawasan utama Air Terjun Madakaripura. Sebelum kami lanjut melangkah, ada beberapa pengunjung yang berjalan kembali dari kawasan utama air terjun dengan baju basah kuyup. Ternyata menurut penjelasan mereka kami harus melewati  beberapa air terjun dan menyeberangi sungai untuk sampai ke air terjun utama.
Jalan Setapak di Bawah Air Terjun
Penjelasan dari pengunjung itulah yang menjadi jawaban mengapa sejak dari area parkir banyak orang yang menjual jas hujan dan pelindung kamera terhadap air. Sebagai langkah antisipasi, kami mulai mengenakan jas hujan yang ada di tas saya. Setelah jas hujan kami pakai, dengan perlahan kami mulai berjalan melanjutkan perjalanan ke air terjun utama yang sudah tidak jauh lagi.
Ternyata benar apa yang dikatakan oleh pengunjung tadi. Kami langsung dihadapkan dengan air terjun yang harus dilewati. Memang aliran air dari air terjun tersebut tidaklah sederas yang utama, tetapi tetap saja airnya bisa merusak perangkat elektronik sehingga kami tidak bisa berfoto dengan bebas. Berjalan di bawah air terjun tersebut rasanya seperti berjalan di bawah hujan yang cukup lebat.
Akhirnya kami berhasil melewati air terjun tersebut. Posisi kami setelahnya cukup terlindung dari tetes air, meski beberapa tetes air terkadang tepercik mengenai ponsel atau kamera kami. Beruntung karena kami masih sempat berfoto sehingga bisa digunakan sebagai kenang-kenangan. Kami melanjutkan perjalanan ke air terjun utama dengan kembali melewati beberapa sungai dan air terjun.
Usai Menerjang Hujan Air Terjun
Lokasi Air Terjun Madakaripura sendiri berada di semacam lembah dengan dikelilingi oleh tebing yang menjulang tinggi. Air kemudian menetes dari tebing dan menjadi air terjun yang mengalir ke dasar lembah. Sebenarnya tempat dengan kondisi demikian memiliki risiko bencana yang cukup tinggi karena dapat terjadi longsor sewaktu-waktu dan juga banjir saat tiba-tiba hujan turun deras karena semua air mengalir ke dasar lembah tersebut.
Nyeberang Sungai

Menjelang air terjun utama, tiba-tiba percikan air tidak hanya bersumber dari air terjun saja, melainkan juga dari langit. Ya, hujan tiba-tiba turun dari langit. Hal tersebut membuat saya merasa ragu untuk berjalan ke air terjun utama yang tinggal sedikit lagi. Bayangan akan risiko banjir bandang membuat kami memutuskan untuk segera kembali saja.

Keeksotisan Kawasan Air Terjun Mdakaripura
Keeksotisan Kawasan Air Terjun Mdakaripura
Selain risiko banjir bandang, kondisi hujan tentu akan menyusahkan kami jika ingin mengambil foto. Jikalau berhasil sampai di air terjun utama pun kami tidak akan bisa mengambil foto karena hujan ditambah percikan air dari air terjun utama dapat menyebabkan kerusakan pada ponsel atau kamera. Jika ingin berkunjung ke Air Terjun Madakaripura, lebih baik jika membawa serta kamera yang antiair.


Pertapaan Keramat Gadjah Mada
Nama Madakaripura yang disematkan pada air terjun ini tidak lepas dari legenda dan sejarah Air Terjun Madakaripura yang berkaitan dengan Gadjah Mada; Mahapatih Kerajaan Majapahit pada masa kejayaannya di bawah pimpinan Prabu Hayam Wuruk. Diceritakan bahwa legenda Air Terjun Madakaripura ini berawal sebelum Gadjah Mada menjadi Mahapatih di Majapahit.

Sebagai seorang Mahapatih atau panglima besar kerjaan yang besar, tentunya Gadjah Mada begitu sakti. Air Terjun Madakaripura pun menjadi salah satu tempat di mana Gadjah Mada mendapatkan kesaktiannya. Diceritakan bahwa sebelum menjadi Mahapatih Majapahit, Gadjah Mada melakukan semedi atau bertapa di kawasan Air Terjun Madakaripura ini untuk memperoleh ilmu kebal.
Arca Mahapatih Gadjah Mada
Arca Mahapatih Gadjah Mada
Menurut petugas yang berjaga saat itu, nama Madakaripura terdiri dari tiga bagian yaitu Mada, Kari, dan Pura. Mada berasal dari nama Gadjah Mada, kemudian Kari berarti “tinggal” atau “meninggalkan”, dan yang terakhir Pura bisa diartikan sebagai “Istana”. Bagian nama terakhir tersebut mungkin ada hubungannya dengan kejadian saat awal-awal dibukanya kawasan wisata di air terjun ini.

Mitos Air Terjun Madakaripura terjadi saat awal-awal air terjun ini dibuka untuk wisata. Diceritakan bahwa wisatawan yang mengambil foto mendapat hasil gambar tidak biasa. Tampak di foto pengunjung tersebut sosok tinggi besar di balik air terjun yang diyakini sebagai sosok Gadjah Mada. Kejanggalan lain juga pernah dialami pengunjung lain saat mengambil foto karena nampak di belakang air terjun sebuah istana yang begitu megah.
Air Terjun Utama Madakaripura
Air Terjun Utama Madakaripura
Terlepas dari segala mitos yang ada, suasana di Air Terjun Madakaripura sendiri memang cukup suram karena lokasinya berada di lembah sempit dengan dikelilingi perbukitan. Membayangkan untuk seorang diri berada di air terjun tersebut mungkin rasanya cukup menyeramkan. Terlebih membayangkan bagaimana Gadjah Mada seorang diri bertapa di sana berhari-hari seorang diri, termasuk di malam hari yang begitu gelap gulita.

Air Terjun Madakaripura sendiri selain terkenal karena pernah menjadi tempat pertapaan Gadjah Mada, juga karena mendapat predikat sebagai air terjun tertinggi se-Pulau Jawa dengan ketinggian 200 meter pada air terjun utamanya. Bahkan tidak hanya itu saja, air terjun ini adalah yang tertinggi kedua se-Negara Kesatuan Republik Indonesia.


Epilogue
Hujan yang turun membuat kami tidak bisa berlama-lama di Air Terjun Madakaripura. Kami pun segera berjalan kembali ke area parkir dengan melewati jalan setapak yang sama seperti saat keberangkatan kami tadi. Perjalanan selanjutnya adalah kembali ke Probolinggo, melakukan check out hotel, dan mengantar Anggrek pulang. Selanjutnya penjelajahan saya di Probolinggo memang berakhir, tetapi perjalanan saya berlanjut ke Lumajang....

Info
Jam buka
07.00-16.00 WIB

Tarif masuk
Rp11.000,00 (weekdays)
Rp13.000,00 (weekend)
Rp21.000,00 (wisatawan asing)

Tarif parkir:
Rp2.000,00 (sepeda motor)

Fasilitas
Area parkir, warung makan, toilet umum, warung suvenir, mushalla, Pura Madakaripura,

Waktu kunjungan terbaik
Pagi hari sewaktu tidak hujan atau di musim kemarau
Anggara Wikan Prasetya
Perkenalkan, Anggara Wikan Prasetya, pemilik Menggapai Angkasa.

Related Posts

1 komentar

Rhoshandhayani KT mengatakan…
26 April 2018 at 05:24

Resikonya tinggi juga ya
Tapi tracknya aman kan?
Aku wedi kepleset2 😂😂