MENYAPA KAWAH GUNUNG KELUD VIA KEDIRI

Posting Komentar
Konten [Tampil]
Pekan kedua di bulan kedua tahun 2014 adalah saat yang tak terlupakan bagi Yogyakarta ketika itu. Jogja pada Hari Jumat itu begitu kelam; bukan karena awan gelap atau awan badai, tetapi abu putih dari sebuah gunung berjarak lebih dari 200 kilometer-lah penyebabnya. Yah, erupsi Kelud pada malam hari tanggal 13 Februari  2014.

Gunung Kelud via Kediri
Gunung Kelud via Kediri
Jika biasanya abu dari Merapi-lah yang menyelimuti Yogyakarta, seperti tahun 2010 silam saat letusan terbesarnya selama 100 tahun, kali ini berbeda dari biasanya. Sang Merapi masih tetap tenang waktu itu. Memang sebelumnya tak ada yang menyangkan bahwa abu tebal ini berasal dari Kelud.
Yogyakarta Berselimut Abu kelud, Februari 2014
Yogyakarta Berselimut Abu kelud, Februari 2014

Menuju Area Parkir Kelud
Kali ini sudah empat tahun lebih sejak letusan Kelud yang membuat Yogyakarta begitu kelam di tahun 2014 silam. Perjalanan kali ini adalah lanjutan dari penjelajahan saya dan teman-teman saat berada di Kediri. Usai dari GUA SELOMANGLENG, malamnya kami bersantai di Simpang Lima Gumum (SLG) sebelum tidur di penginapan.
Malam di Simpang Lima Gumul (SLG)
Malam di Simpang Lima Gumul (SLG)
Malam itu saya dan Ayuk bermalam di sebuah penginapan yakni Hotel Studio Yobel (tentu beda kamar), sementara lainnya menginap di tempat kenalan yakni Kota Kediri sebelah utara. Kami sepakat untuk berkumpul kembali di daerah Wates (Wates Kediri, bukan Kulonprogo hlo ya) keesokan harinya sebelum berangkat ke Kelud.

Keesokan harinya sekitar pukul 08.30 WIB saya dan Ayuk mulai check out dari hotel dan langsung melaju ke daerah Wates. Butuh waktu sekitar setengah jam bagi kami untuk sampai di daerah Wates. Akhirnya tak lama kemudian rombongan kami lengkap dan segera memulai perjalanan ke Gunung Kelud.

Pom Bensin Wates-Parkiran Motor Gunung Kelud

Kami menyusuri jalan ke arah timur, tempat Gunung Kelud berada. Kondisi jalan cukup lengang saat kami melaluinya. Pemandangan berupa perkebunan warga senantiasa menghiasai pandangan di kanan-kiri jalan. Namun yang paling menarik perhatian adalah nanas-nanas yang dijual dengan harga cukup murah. 
Pos Retribusi Gunung Kelud
Pos Retribusi Gunung Kelud
Tak lama kemudian kami tiba di pos retribusi masuk Kawasan Wisata Gunung Kelud. Kami harus membayar Rp10.000,00 per orang dan tiket masuk kendaraan yakni Rp3.000,00 per motor. Ternyata untuk bus, mereka harus berhenti di sini dan perjalanan dilanjutkan dengan semacam angkot.
Menuju Kelud
Menuju Kelud
Usai melewati pos retribusi, jalan mulai menyempit dan cukup berkelok sehingga konsentrasi harus ditingkatkan. Di tengah jalan kami melewati Jalan Misterius yang mana menurut rumor apabila menggelindingkan kaleng, maka kalengnya akan berputar ke atas. Namun saat itu jalan sedang ramai sehingga kami malas menjajalnya.
Hampir Sampai Kelud
Hampir Sampai Kelud
Tidak lama kemudian kami sampai juga di batas kawasan mobil. Mobil harus berhenti dan parkir di sini, sementara motor masih bisa melaju. Hal itu dikarenakan kondisi jalan setelahnya cukup menanjak dan sempit sehingga membahayakan untuk mobil. Ternyata memang benar, setelahnya kondisi jalan benar-benar menanjak cukup terjal.
Area Parkir Motor Gunung Kelud
Area Parkir Motor Gunung Kelud
Bahkan di tengah perjalanan, tampak beberapa motor yang tidak kuat menanjak sehingga orang yang diboncengkan harus turun dan berjalan kaki. Beruntung motor kami semua kuat melaju hingga area parkir sepeda motor. Sebenarnya jalan aspal masih ada, tetapi semua kendaraan pengunjung wajib berhenti di sini.

Menembus Batas
Perjalanan kami menuju Kelud dengan sepeda motor kini berakhir dan digantikan dengan perjalanan berjalan kaki. Kami pun setapak demi setapak mulai melangkah melewati jalan aspal. Pemandangan ke arah barat tampak begitu indah, tetapi jalan yang menanjak memang membuat lelah. Banyak pengunjung yang duduk di jalan karena lelah.
Jalan Kaki dari Area Parkir Motor Gunung Kelud
Jalan Kaki dari Area Parkir Motor Gunung Kelud
Istirahat di Pinggir Jalan
Istirahat di Pinggir Jalan
Pemandangan yang indah pun membuat banyak pengunjung berfoto dengan latar pemandangan itu, sekalian istirahat. Kami mulai berjalan dari parkiran sekitar pukul 09.55 WIB, dan sampai di pagar batas kunjungan sekitar pukul 10.11 WIB. Hanya butuh sekitar 15 menit untuk melewati jalan setapak sampai ke pagar batas kunjungan.
Perjalanan Menuju Kelud
Perjalanan Menuju Kelud
Area Parkiran dari Ketinggian
Area Parkiran dari Ketinggian
Meski sebenarnya pengunjung tidak boleh melampaui pagar batas itu, tetapi banyak sekali pengunjung yang tetap menerobos masuk melalui celah pagar di sebelah kiri. Kami pun mengikuri arus mayoritas pengunjung saat itu, yakni tetap meneruskan perjalanan dari pagar batas pengunjung.
Batas Kunjungan Gunung Kelud
Batas Kunjungan Gunung Kelud
Sebenarnya pengunjung dibatasi sampai pagar ini karena masih dilakukan proyek pembangunan terowongan baru untuk sampai ke Kawah Kelud karena terowongan sebelumnya hancur akibat erupsi 2014 silam. Namun saat itu tidak ada pekerjaan proyek yang dilakukan, mungkin karena libur sehingga pengunjung tetap leluasa melewati pagar pembatas.
Jalan Usai Pembatas
Jalan Usai Pembatas
Jika perjalanan dengan berjalan kaki terus mengikuti jalan utama, maka nantinya akan sampai di proyek pengerjaan. Kebanyakan pengunjung saat itu memilih untuk meneruskan ke luar jalan utama, yakni melakukan pendakian sampai ke bibir kawah bagian atas melalui jalan setapak yang terlihat jelas.
Belok Kiri ke Jalan Setapak

Pendakian Singkat
Selanjutnya perjalanan bisa dibilang merupakan pendakian gunung karena melalui jalan setapak khas gunung api berupa pasir, kerikil, dan batu. Sesaat menapakinya, rasanya mengingatkan saya akan PENDAKIAN RINJANI pada tahun 2014 silam menjelang puncak. Namun tentunya pendakian di Kelud kali ini tidak sesulit di Rinjani dahulu.
Mendaki Gunung Kelud
Mendaki Gunung Kelud
Mendaki Gunung Rinjani
Mendaki Gunung Rinjani
Memang jalur pendakian yang harus ditempuh adalah melalui rute khas gunung api, tetapi di Kelud jalan yang ditapaki tidaklah sesulit Merapi atau Mahameru karena telapak kaki masih bisa memijak dengan baik, tidak mudah terperosok atau terpeleset. Akan tetapi ada beberapa bagian yang pijakan cukup licin karena kerikil bergerak saat dipijak.
Pengunjung Lain Turun Gunung
Pengunjung Lain Turun Gunung
Bisa dibilang saat kami melalui jalur pendakian ini, pakaian yang kami kenakan tidaklah pantas untuk melakukan pendakian. Saya saja memakai celana jeans dan sandal dolan yang tidak layak dipakai mendaki. Hal itu dikarenakan sebelumnya kami tidak menyangka akan melewati jalur pendakian seperti ini.
Setelan Dolan
Setelan Dolan
Sebelum berangkat kami mengira bahwa rute jalan kaki di Gunung Kelud sudah nyaman karena yang kami tuju adalah rute wisata, bukan pendakian yang bisa ditempuh melalui Blitar. Namun karena jaraknya tidak terlalu jauh, kami tetap melaluinya. Pengunjung lain pun kebanyakan berpakaian biasa, tidak ada yang mengenakan perlengkapan pendakian lengkap.
Mosog Karo Cah Cilik Kalah...
Satu hal yang perlu diperhatikan adalah hendaknya membawa minum dari bawah karena tidak ada penjual air sehingga jika haus, maka tentunya akan sangat menyusahkan. Kami melalui jalur pendakian pendek ini selama sekitar 20 menit. Sekitar pukul 10.40 WIB akhirnya kami sampai di bibir kawah Kelud bagian atas.

Kawah Gunung Kelud
Ternyata pemandangan yang tersaji saat kami sampai di atas adalah di luar ekspektasi kami sebelumnya. Bukannya mengecewakan, tetapi sebaliknya; panorama di atas sungguh luar biasa. Lubang kaldera yang besar langsung menganga di depan kami dengan kawah di bagian dasarnya berwarna hijau.
Kawah Kelud yang Berwarna Hijau
Kawah Kelud yang Berwarna Hijau
Tempat yang kami tapaki saat itu bersama pengunjung yang lain bukanlah puncak tertinggi Gunung Kelud. Puncak tertingginya terlihat di sebelah timur laut dari tempat kami berpijak. Untuk mencapai puncak tertinggi, tidak ada jalan yang tersedia sampai ke sana via Kediri. Jika ingin sampai puncak tertinggi maka perjalanan harus dilakukan dari Blitar.
Puncak Tertinggi Gunung Kelud
Puncak Tertinggi Gunung Kelud
Meski bukanlah puncak tertinggi, tetapi panorama yang tersaji di tempat kami berdiri saat itu sangat indah. Lingkar kaldera yang besar dan bergerigi, plus kawah berwarna hijau menjadi latar belakang terbaik untuk berfoto. Meski keren, hendaknya tetap berhati-hati agar jangan sampai terjatuh karena bisa fatal akibatnya.
Spot Foto Favorit Gunung Kelud
Spot Foto Favorit Gunung Kelud
Konco Kerjo: Luthfia Ayu Azanella
Selain pemandangan ke arah kaldera kawah yang begitu indah, pemandangan terbuka ke arah barat juga tidak kalah menarik. Sementara itu dari atas tampak para pengunjung yang sedang berjuang untuk berusaha mencapai atas. Cukup lama kami berada di sini untuk menikmati suasana, mengingat kami tidak bisa leluasa untuk kembali lagi karena faktor jarak.
Bentang Barat Gunung Kelud
Bentang Barat Gunung Kelud
Sekitar tengah hari kami mulai turun dan memulai rangkaian perjalan kembali ke Kota Surakarta. Waktu turun kamu tidak selama saat kami naik karena tidak butuh banyak istirahat untuk sampai area parkir. Terlebih cuaca saat itu sudah cukup berawan sehingga komposisi warna tidak lagi sebaik sebelumnya untuk berfoto.
Jalur Pendakian Gunung Kelud via Kediri
Jalur Pendakian Gunung Kelud via Kediri
Sekitar pukul 12.00 WIB kami sudah sampai kembali di gerbang batas kunjungan. Sebelum pergi, kami menyempatkan untuk berfoto bersama sebagai kenang-kenangan. Perjalanan kami di Kelud pun segera berakhir saat sampai kembali di parkiran. Ternyata parkir motor cukup penuh dengan kendaraan sehingga kami sempat kesulitan untuk keluar.
Foto Bareng
Foto Bareng
Namun pada akhirnya kami berhasil mengeluarkan motor dan segera memulai perjalanan pulang yang masih berjarak lebih dari 100 kilometer. Sebelum meninggalkan kawasan Kelud, kami berhenti sejenak untuk membeli nanas murah di pinggir jalan yang saat berangkat menarik perhatian kami untuk dijadikan oleh-oleh.
Jajan Nanas Khas Kelud
Jajan Nanas Khas Kelud

Info
Jam buka:
07.00 – 17.00 WIB (mendaki)

Hari buka:
Setiap hari

Harga tiket:
Rp10.000,00 (dewasa & hari libur)

Tarif motor:
Rp3.000,00 (masuk) Rp2.000,00 (parkir)

Fasilitas:
Toilet, area parkir bus & mobil, mushalla, warung makan, museum, toko suvenir (bawah), foto langsung jadi.

Waktu kunjungan terbaik:
Pagi dan sore hari saat cuaca cerah
Anggara Wikan Prasetya
Perkenalkan, Anggara Wikan Prasetya, pemilik Menggapai Angkasa.

Related Posts

Posting Komentar