Konten [Tampil]
Pariwisata di Yogyakarta kian menggeliat di
tengah era informasi yang membuat masyarakat luas dapat mengakses info mengenai
spot-spot baru yang diposting di media sosial. CANDI IJO yang ada di postingan
sebelumnya juga sekarang tengah naik daun dengan panorama sunset luar biasanya
yang juga banyak diblow up melalui
media sosial. Spot-spot wisata di sekitar Candi Ijo kini juga banyak
bermunculan yang menyajikan panorama alam spektakulernya. Hal tersebut kontras
dengan beberapa tahun sebelumnya yang mana selain Candi Ijo tidak ada spot
wisata lainnya.
Jalan-jalan Bareng Pak Bupati Sleman Photo by: bajalanan.com |
Aku. Travel Blogger yang Hilang
Hari Kamis tanggal 19
Oktober 2017. Siang itu saya sudah bersiap untuk berangkat dari kosan untuk
memenuhi undangan yang saya terima, tentu sebelumnya semua perangkat ngeblog
berupa kamera dan HP sudah saya siapkan. Undangan tersebut adalah untuk
mengikuti acara Fam Trip (Familiarization
Trip) dari Dinas Pariwisata Sleman yang bekerja sama dengan Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sleman untuk menjelajah spot-spot baru
di wilayah Sleman. Kali ini perjalanan tersebut diadakan di Kecamatan
Prambanan. Acara tersebut melibatkan para blogger yang mana diharapkan melalui
tulisan mereka, spot-spot wisata baru di tempat diadakannya acara ini akan
semakin dikenal masyarakat.
Tentu saya sebagai seorang blogger segera
mendaftar untuk mengikuti acara tersebut karena memang salah satu tujuan
ngeblog saya adalah untuk semakin mengenalkan destinasi-destinasi wisata
Indonesia kepada masyarakat luas. Sebelum memulai perjalanan, peserta berkumpul
terlebih dahulu di The Rich Hotel Jogja untuk melakukan registrasi. Acara ini
juga merupakan kali pertama saya berkumpul dengan blogger-blogger lain dan tim
dari komunitas fotografi, dan juga rekan-rekan Genpi (Generasi Pesona
Indonesia), sehingga rasanya cukup canggung karena belum ada yang kenal.
The Rich Hotel Jogja |
Memang selama ini perjalanan-perjalanan saya ke
berbagai destinasi wisata yang akhirnya menjadi postingan di blog kebanyakan
saya lakukan seorang diri. Jikalau mengajak teman pun selalu saya pergi dengan
mereka yang sudah cukup akrab. Oleh karena itu meskipun canggung pada awalnya,
ada harapan saya pribadi untuk semakin mendapat banyak kenalan-kenalan baru di
banyak kalangan traveller; entah itu
blogger, media, atau Genpi. Tentu saja akan sangat menyenangkan apabila
mempunyai banyak kenalan sesama traveller.
Registrasi Peserta |
Setelah semua peserta yang berkumpul di The Rich
Hotel Jogja sudah selesai melakukan registrasi, perjalanan akan segera dimulai.
Saat itu waktu hampir menunjukkan puku 12.30 WIB yang menurut panitia adalah
jadwal keberangkatan kami. Tujuan pertama kami adalah Tebing Breksi yang
merupakan titik dimulainya Fam Trip.
Rombongan sebenarnya berangkat dengan menggunakan bus, akan tetapi saya harus
menggunakan motor karena pada malam hari sudah ada acara di Kecamatan
Manisrenggo; Klaten sehingga jarak tempuh akan lebih dekat apabila ditempuh
dari Tebing Breksi.
Bus Peserta |
Tamu yang Tak Terduga
Sekitar pukul 13.30
WIB saya sudah tiba di Tebing Breksi, sementara rombongan yang menggunakan bus
masih belum tiba. Rasanya seperti tidak ada momen spesial di obyek wisata yang
kini sedang naik daun ini. Saya segera memarkir motor di tempat parkir yang ada
kemudian berkeliling untuk mencari titik lokasi diadakannya acara nanti. Tebing Breksi ini cukup ramai, meskipun bukan weekend. Media sosial memang benar-benar
memiliki efek besar dalam perkembangan sebuah destinasi wisata.
Tebing Breksi, Yogyakarta |
Terdapat tenda-tenda acara yang dipasang di
sebelah timur kawasan Tebing Breksi. Saya pun segera berjalan ke sana sembari
menduga bahwa tempat itu adalah lokasi diadakannya acara nanti. Sesampainya di
sana, ada beberapa bapak-bapak yang sedang becengkerama dan beberapa petugas
dari pihak kepolisian yang duduk di kursi yang telah disediakan. Kembali karena
tidak ada seorang pun yang saya kenal, saya hanya duduk dan mempersiapkan
perangkat dokumentasi seperti kamera dan HP.
Bapak Bupati Sleman yang sudah rawuh |
Sebelumnya saya tidak menyadari bahwa sudah ada
tamu penting yang tiba di sana. Saya baru sadar saat mengobrol dengan petugas
kepolisian dan beliau mengatakan bahwa salah satu dari bapak-bapak yang sedang
becengkerama tersebut adalah Bapak Bupati Sleman; Drs. H. Sri Purnomo, M.S.I
dengan pakaian adat Jawa berupa jarik, baju lurik, dan blangkon. Rasanya
benar-benar tidak terduga sama sekali karena saat itu adalah pertama kali saya
bertemu dengan Bapak Bupati Sleman secara langsung. Memang sebelumnya sudah
diinfokan bahwa Pak Bupati akan turut serta dengan kami, tetapi tetap tidak menyangka
bahwa beliau sudah tiba.
Briefing oleh Pak Camat Prambanan |
Tak lama kemudian rombongan yang menggunakan bus
sudah tiba sehingga rangkaian acara segera dimulai. Pertama-tama setelah acar
dibuka, Bapak Bupati melakukan sambutan kepada kami kemudian dilanjutkan dengan
briefing yang dilakukan oleh Pak Camat Kecamatan Prambanan. Kami pun diarahkan
untuk naik jeep yang sudah disiapkan untuk menuju destinasi-destinasi wisata
pada acara ini. Bapak Bupati Sleman dan Pak Camat Prambanan juga ikut serta
dalam perjalanan ini dengan menggunakan jeep, tapi yang tertutup.
Naik Jeep Tebing Breksi |
Selo Langit (Watu Payung) Menggapai Angkasa di Tepi Yogyakarta
Segera saja kami
menuju jeep yang sudah berjejer rapi dan siap untuk berangkat. Masing-masing
jeep memiliki kapasitas 5 orang termasuk sopir. Saya berkenalan dengan peserta
lain yaitu Bung Agung yang merupakan sesama blogger dan Bung Andi; perwakilan
dari Genpi Jogja. Hanya ada 3 peserta termasuk saya di jeep yang kami gunakan
sehingga sebenarnya masih menyisakan 1 slot kosong. Iring-iringan jeep kami
segera berangkat menuju spot pertama yaitu di Selo Langit (Watu Payung).
Konvoi Jeep |
Menuju Selo Langit (Watu Payung)
Secara administratif,
Selo Langit (Watu Payung) ini terletak di Dusun Gedhang Atas, Desa Sambirejo,
Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Jarak dari pusat Kota
Yogyakarta (Tugu Jogja) sekitar 21 kilometer dengan waktu tempuh kurang-lebih 1
jam. Belum tersedia transportasi umum menuju ke lokasi ini sehingga kendaraan
pribadi menjadi salah satu alternatif yang bisa digunakan. Namun apabila tidak
ingin terlalu lelah dan ingin menikmati perjalanan sepenuhnya, maka bisa
menggunakan jasa jeep.
Jalur yang kami gunakan searah dengan jalur
menuju Candi Ijo yaitu naik ke arah timur menyusuri jalan utama. Rasanya begitu
menyenangkan mengadakan perjalanan dengan jeep wisata karena kami bisa dengan
bebas menikmati pemandangan di sekeliling dan mengabadikannya melalui kamera. Jeep
terus berjalan saat melewati Candi Ijo, terus melaju ke arah timur, melewati
jalan menanjak di kawasan perbukitan. Hijaunya pepohonan di kanan-kiri jalan
beserta semilir angin benar-benar meghadirkan sensasi relaksasi bagi kami.
Melewati Candi Ijo |
Selo Langit (Watu Payung)
Kami akhirnya di
belokan menuju Selo Langit (Watu Payung). Sudah ada spanduk dan tulisan yang
menunjukkan arah menuju destinasi tersebut. Menjelang area parkir Watu Payung,
jalan belum begitu bagus sehingga guncangan di jeep cukup keras. Akan tetapi
justru hal ini menjadi sensasi yang menyenangkan saat naik jeep. Tak lama
kemudian jeep sampai di area parkir dan kami segera turun untuk selanjutnya
berjalan kaki menyusuri jalan setapak menuju destinasi yang sudah tidak lagi
jauh.
Menjelang Sampai Selo Langit |
Akhirnya kami tiba juga di lokasi Selo Langit
(Watu Payung) setelah sejenak berjalan kaki. Terdapat sebuah batu di dekat
tebing jurang yang posisinya agak menggantung sehingga dinamai Watu Payung.
Pengelola menambahkan patung berbentuk naga untuk semakin mempercantik Watu
Payung. Meskipun letaknya agak menggantung, Watu Payung dapat dinaiki oleh
pengunjung. Terdapat juga tulisan-tulisan unik yang bisa dipakai pengunjung
untuk berfoto.
Watu Payung dengan Ornamen Naga |
Panorama yang tersaji di Selo Langit ini pun
sangat luar biasa. Pemandangan terbuka tersaji di sebelah timur berupa hamparan
luas hingga ke ujung cakrawala. Bahkan Rawa Jombor yang berada di Kabupaten
Klaten turut terlihat. Jika cuaca sedang sangat cerah, Gunung Lawu di ujung timur
juga dapat terlihat dari Selo Langit ini. Sementara itu agak ke selatan atau di
sebelah tenggara jajaran pegunungan selatan yang menghijau, termasuk juga
Puncak Nglanggeran tampak begitu gagah dan memesona.
Pemandangan Terbuka ke Arah Timur |
Rawa Jombor di Kabupaten Klaten dilihat dari Selo Langit (Watu Payung) |
Pegunungan Selatan Dilihat dari Selo Langit (Watu Payung) |
Bapak Bupati dan Pak Camat juga tidak ketinggalan
ikut berjalan kaki sampai di lokasi Watu Payung. Pak Camat yang memang sangat
mengerti kawasan tersebut turut menjelaskan kepada kami seputar lokasi Selo
Langit ini. Salah satu dari penjelasan beliau yang menarik adalah mengenai
pembagian wilayah antara Surakarta Hadiningrat dan Ngayogyakarta Hadiningrat
pada peristiwa Perjanjian Giyanti 1755 atau Palihan Nagari di masa silam.
Melalui penjelasan dari Pak Camat, diketahui bahwa wilayah hutan di lokasi Selo
Langit ini merupakan perbatasan dengan wilayah Surakarta Hadiningrat. Tentu hal
ini menarik bagi saya karena baru beberapa saat yang lalu melakukan JELAJAH PERADABAN MATARAM ISLAM bersama Komunitas Malam Museum.
Pak Bupati Jalan-Jalan |
Pak Bupati Jalan-Jalan |
Selo Langit (Watu Payung) yang kami kunjungi ini
terletak di wilayah perbatasan antara Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)
dengan Provinsi Jawa Tengah. Hanya beberapa kilometer ke arah timur, wilayah
tersebut sudah merupakan bagian dari Provinsi Jawa Tengah yang ada di Kabupaten
Klaten. Pemandangan terbuka ke arah timur yang terbuka menjadikan Selo Langit
sebagai salah satu spot untuk berburu sunrise di sebelah timur Kabupaten
Sleman.
Perkampungan di Bawah |
Usai puas menjelajah Selo Langit, kami segera
kembali ke jeep untuk melanjutkan perjalanan menuju destinasi selanjutnya.
Sebelum kembali, kami sempat berfoto bersama-sama; tentunya juga bersama Bapak
Bupati dan Pak Camat. Setelah peserta kembali naik di jeepnya masing-masing,
iring-iringan jeep kembali melanjutkan perjalanannya. Kali ini tujuan kedua
kami adalah menuju Bukit Teletubbies.
Perjalanan Menembus Perbukitan
Melewati Jalan Kampung |
Perjalanan kami
dengan jeep kembali berlanjut. Konvoi jeep rombongan kami berjalan menembus
medan perbukitan dengan kondisi jalannya yang berkelok dan naik-turun. Jeep
yang kami gunakan tidak berjalan melalui jalan utama, melainkan berbelok
melewati sempitnya jalan perkampungan. Awalnya saya sempat mempertanyakan
alasan sopir jeep yang tidak melewatkan kami di jalan utama. Namun pada
akhirnya saya mengerti mengapa jeep tidak lewat jalan utama.
Melewati Hutan Jati Bonsor (Jabon) |
Rute yang dilewati jeep ternyata memiliki
panorama alam yang indah. Usai melewati Dusun Klumprit kami mulai melewati
kawasan hutan di yang ada di area perbukitan. Terkadang pemandangan terbuka ke
arah barat terlihat dari balik pepohonan. Pemandangan paling bagus adalah
ketika kami melewati kawasan hutan jati bonsor (Jabon). Pohon-pohon jabon yang
berdiri tegak membuat tempat yang kami lewati terasa begitu spesial. Tentu kami
tidak melewatkan momen ini untuk mengabadikannya dengan perangkat kami.
Kawasan Hutan Jabon |
Bukit Teletubbies, Perkembangan yang Begitu Pesat
Setelah menyusuri
jalan perbukitan, akhirnya kami sampai juga di destinasi selanjutnya yaitu
Bukit Teletubbies. Sebenarnya saya sudah pernah berkunjung ke sini hampir satu
tahun yang lalu. Kunjungan saya pada waktu itu merupakan rangkaian kunjungan ke
DESA WISATA DOME. Akan tetapi meski pernah berkunjung sebelumnya, saya tetap
terkejut dan kagum karena ternyata Bukit Teletubbies sekarang telah berubah
menjadi semakin cantik dengan fasilitasnya yang kian lengkap.
Bukit Teletubbies, Prambanan, Yogyakarta |
Keadaan tersebut kontras dengan saat terakhir
saya berkunjung ke sini sebelumnya. Dahulu tempat ini hanyalah sebuah puncak bukit
dengan tulisan “Bukit Teletubbies” dan tulisan itu pun masih begitu sederhana. Akses jalan pada saat kunjungan saya sebelumnya juga masih tidak
bagus. Bukit ini dinamakan Bukit Teletubbies karena pengunjung dapat memandang
rumah-rumah dome di Desa Wisata Dome yang menyerupai rumah Teletubbies dari
ketinggian.
Bukit Teletubbies, Prambanan, Yogyakarta |
Kini keadaan Bukit Teletubbies sudah sangat
bagus. Puncak bukit sudah dipaving sehingga memudahkan kaki untuk melangkah.
Terdapat pula gazebo-gazebo yang bisa digunakan untuk berlindung dari panasnya
matahari. Papan tulisan “Bukit Teletubbies” pun tak lagi sederhana, melainkan
sudah berwarna-warni sehingga bisa menjadi latar berfoto yang bagus. Tidak
ketinggalan pula adanya gardu pandang agar semakin memudahkan pengunjung
menikmati pemandangan. Infrastruktur berupa jalan kini sudah baik dan mulus.
Bukit Teletubbies berkembang begitu pesat hanya dalam waktu singkat.
Fasilitas Bukit Teletubbies yang Sudah Lengkap |
Menuju Bukit Teletubbies
Letak dari Bukit
Teletubbies sebenarnya tidak begitu jauh dari Tebing Breksi, Candi Ijo, dan
Selo Langit. Memang rute jalannya juga bisa ditempuh dari jalan yang sama
dengan jalan menuju ketiga destinasi tersebut, akan tetapi rute menuju Bukit
Teletubbies akan lebih mudah ditempuh dari Desa Wisata Dome. Secara
administratif letak Bukit Teletubbies ini masih ada di Kecamatan Prambanan.
Jarak tempuh dari pusat Kota Yogyakarta (Tugu
Jogja) adalah sekitar 22 kilometer dengan waktu tempuh sekitar 1 jam perjalanan.
Transportasi umum menuju Bukit Teletubbies masih belum ada sehingga sama
seperti di Selo Langit yaitu kendaraan pribadi adalah salah satu sarana
transportasi terbaik. Jeep wisata juga tersedia di Desa Wisata Dome beserta
paket-paket wisatanya yang akan mengantar wisatawan ke berbagai destinasi,
bahkan hingga menjangkau Tebing Breksi, Candi Ijo, dan lainnya.
Bukit Teletubbies
Setibanya kami di
area parkir Bukit Teletubbies, sebenarnya Bapak Bupati menghendaki untuk
melaksanakan Sholat Ashar terlebih dahulu. Akan tetapi sayangnya saat kami tiba
di sana, akses air sedang tidak mengalir. Pengelola dari Bukit Teletubbies
menjelaskan bahwa ada kerusakan pada sistem penyuplai air dari bawah. Pak Camat
Prambanan yang mendengar penjelasan tersebut langsung bergerak cepat dengan
menelepon pihak-pihak yang bertanggung jawab atas kelancaran suplai air supaya
masalah air cepat teratasi. Ibadah Sholat Ashar pun dilakukan usai kunjungan di
Bukit Teletubbies ini.
Bapak Bupati dan Pak Camat Sedang Berdiskusi dengan Pengelola |
Kami segera berjalan menapaki anak tangga menuju
puncak Bukit Teletubbies. Suasana sangat nyaman begitu kami sampai di puncak
karena lokasinya yang sudah dibenahi dan dipercantik. Bapak Bupati dan beberapa
dari kami sempat naik ke atas gardu pandang. Benar saja, pemandangan terbuka ke
arah barat tampak begitu luar biasa termasuk rumah-rumah dome. Jika cuaca
cerah, maka sunset akan terlihat begitu menawan dari sini.
Pemandangan dari Gardu Pandang Bukit Teletubbies |
Desa Wisata Dome dari Gardu Pandang Bukit Teletubbies |
Foto Bareng Bapak Bupati Sleman; Drs. H. Sri Purnomo, M.S.I |
Selain pembenahan pada fasilitas wisatanya,
perkembangan pesat pun juga dialami oleh fasilitas-fasilitas penunjang
wisatanya. Sekarang telah tersedia kamar mandi atau toilet yang bagus dan
bersih. Mushalla yang ada pun sudah sangat bagus dan bersih. Jika haus atau
lapar, sudah tersedia warung yang menyediakan berbagai makanan dan minuman. Semuanya
sudah lengkap, andai saja suplai air tidak mengalami gangguan saat kunjungan
kami ini. Setelah cukup menikmati Bukit Teletubbies, kami kemudian melanjutkan
perjalanan kembali.
Mampir Sholat
Kali
ini arah dari perjalanan kami adalah kembali menyusuri jalan yang sebelumnya
telah kami lewati ke utara. Destinasi perjalanan kami selanjutnya adalah di
sebuah bukit bernama Bukit Klumprit. Akan tetapi karena ibadah Sholat Ashar
sempat tertunda, maka kami terlebih dahulu mampir ke sebuah masjid untuk
menjalankan kewajiban tersebut sebelum melanjutkan perjalanan ke destinasi
selanjutnya.
Sholat Ashar Dulu |
Kami mampir di sebuah
masjid yang letaknya agak di bawah, dekat dengan Balai Desa Wukirharjo. Beruntung air di sini mengalir dengan
lancar sehingga bisa digunakan untuk berwudhu atau bagi peserta yang ingin ke
kamar kecil. Kami Sholat Ashar di sini dengan Bapak Bupati sebagai imam
sholatnya. Setelah selesai kami melanjutkan perjalanan kembali. Rute yang kami
lewati searah dengan rute kembali ke Tebing Breksi.
Suatu Senja di Bukit Klumprit
Awalnya kami tidak
mengerti mengapa jeep berhenti di tengah jalan. Sopir jeep kemudian menjelaskan
kepada kami bahwa perjalanan menuju Bukit Klumprit harus dilakukan dengan
berjalan kaki. Kami kemudian turun dan mulai berjalan setelah rombongan
berkumpul. Akses menuju Bukit Klumprit memang belum baik dan hanya ada jalan
setapak untuk menuju lokasi tersebut. Sementara itu jeep yang kami gunakan
berhenti dan parkir di jalan utama dan sebagian lagi di perbatasan dengan jalan
setapak.
Jalan Setapak yang Harus Dilalui |
Rombongan segera berjalan kaki menyusuri jalan setapak
yang ada. Kondisi jalan setapak pun tidak terlalu lebar, bahkan sebagian besar
hanya cukup untuk dilalui seorang saja. Jalur yang kami lalui pun tidak selalu
datar karena di beberapa titik kami harus berjalan sedikit mendaki sehingga
perlu kehati-hatian untuk melaluinya. Meskipun demikian, waktu tempuh berjalan
kaki menuju lokasi Bukit Klumprit tidaklah terlalu lama. Sekitar 10 menit
berjalan kaki, akhirnya kami tiba di Bukit Klumprit.
Menyusuri Jalan Setapak Menuju Bukit Klumprit |
Menyusuri Jalan Setapak Menuju Bukit Klumprit |
Menuju Bukit Klumprit
Bukit Klumprit secara administratif terletak di Dusun Klumprit, Desa Wukirharjo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Jarak tempuh dari Kota Yogyakarta hampir sama dengan 2 destinasi sebelumnya, akan tetapi waktu tempuh sedikit lebih lama karena harus berjalan kaki melewati jalan setapak. Transportasi umum juga belum ada sehingga kendaraan pribadi menjadi alternatif terbaik selain menggunakan jeep wisata dari Tebing Breksi atau Desa Wisata Dome.
Bukit Klumprit
Sesampainya di Bukit
Klumprit, kami langsung disuguhkan dengan panorama terbuka ke arah barat.
Kondisi topografi di Bukit Klumprit ini tidak sepenuhnya datar karena terdiri
dari batuan breksi yang terkikis air hujan. Desa Wisata Dome juga dapat
terlihat dari sini, serta Bukit Teletubbies yang berada di bukit sebelah
selatan dari Bukit Klumprit. Sementara itu di ujung selatan Puncak Nglanggeran
turut terlihat.
Pemandangan Terbuka ke Arah Barat di Bukit Klumprit |
Desa Wisata Dome dari Bukit Klumprit |
Berlatar Gunung Api Purba Nglanggeran di Ujung Selatan |
Bapak Bupati Sleman dan Pak Camat Prambanan |
Bukit Klumprit sendiri merupakan tempat yang pas
untuk menikmati keindahan sunset karena pemandangan terbuka ke arah barat. Akan
tetapi saat kunjungan kami ini, ufuk barat cukup berawan sehingga sunset tidak
begitu sempurna. Namun bukan berarti pemandangan tidak cantik. Keindahan senja
masih dapat kami saksikan di sini beserta lembutnya embusan angin yang
menenteramkan hati.
Suatu Senja di Bukit Klumprit |
Matahari Sore dan Awan di Ufuk Barat |
Kami kembali sebelum hari semakin gelap karena masih
belum ada penerangan yang memadai di Bukit Klumprit ini. Terlebih kami masih
harus melalui jalan setapak sehingga akan berbahaya apabila berjalan dalam
kondisi gelap. Sekitar pukul 18.00 WIB kami tiba kembali di Tebing Breksi
kemudian menjalankan ibadah Sholat Maghrib dengan Bapak Bupati Sleman sebagai
imam.
Penutup
Setelah selesai
menjalankan ibadah Sholat Maghrib, kami beristirahat terlebih dahulu setelah
melakukan perjalanan panjang selama setengah hari. Kami dipersilakan untuk
makan malam oleh pihak penyelenggara sehingga tenaga kami kembali terisi
setelah sebelumnya terkuras untuk perjalanan hari ini. Makan malam pun kami
santap dengan rasa syukur yang sebesar-besarnya kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
nikmat makanan ini.
Alhaldulillah, Makan Malam |
Penjelajahan kami di spot-spot baru yang
terletak di Kecamatan Prambanan ini pun usai. Tentu ucapan terima kasih yang
tulus saya sampaikan kepada pihak penyelenggara karena telah membuka wawasan
dan pengetahuan kami mengenai spot-spot baru yaitu Selo Langit, Bukit
Teletubbies, dan Bukit Klumprit. Besar harapan bagi saya pribadi agar sektor
pariwisata semakin berjaya di Yogyakarta, bahkan di seluruh Indonesia.
Info Jeep
Koridor Tebing Breksi
Short
Trip
IDR
200k / Max 4 penumpang per jeep / durasi 1 jam
Rute:
Tebing Breksi – Candi Ijo – Batu Papal – Tening Breksi
Medium
Trip
IDR
350k / Max 4 penumpang per jeep / durasi 2 jam
Rute:
Tebing Breksi – Candi Barong – Spot Riyadi – Gunung Pegat – Watu Tepak – Candi Ijo
– Tebing Breksi
Long
Trip
IDR
500k / Max 4 penumpang per jeep / durasi 2,5 jam
Rute:
Tebung Breksi – Candi Ijo – Bukit Klumprit – Jati Bon – Bukit Teletubbies –
Mbelik Pereng, Batu Kura-Kura, Air Terjun Watu Payung – Desa Wisata Dome – Watu
Balik – Kebun Tebu Sembir – Tebing Tinjon – Tebing Breksi.
FASILITAS:
Sewa
jeep plus sopir, asuransi, masker, free parkir di tiap destinasi, air mineral.
Koridor Desa Wisata Dome
Short
Trip
IDR
250k / Max 4 penumpang per jeep / durasi 1 jam
Rute:
Rumah Dome - Bukit Teletubbies - Curug Kembar - Mbelik Pereng – Batu Kura-Kura –
Curug Watu Payung – Rumah Dome
Long
Trip
IDR
500k / Max 4 penumpang per jeep / durasi 2,5 jam
Rute:
Rumah Dome – Watu Balik – Kebun Tebu Sembir – Tebing Tinjon – Tebing Breksi –
Candi Ijo – Bukit Klumprit – Jati Bon – Bukit Teletubbies – Mbelik Pereng, Batu
Kura-Kura, Air Terjun Watu Payung – Rumah Dome
FASILITAS:
Sewa
jeep plus sopir, asuransi penumpang, masker, free parkir di masing-masing
destinasi, air mineral.
Info Lengkap dan Pemesanan
CAHAYA SEJATI TOUR YOGYAKARTA
Nologaten RT 01/RW 04 No 40, Catur Tunggal, Depok,
Sleman, Yogyakarta 55281
Phone:+62 274 485672
Mobile: +628112640967 or +6281904130290
Whatsapp: +628112640967
PIN BB: D54EFE50
Email: borobudursunrise.net@gmail.com OR
eko.wijoyanto@gmail.com
Posting Komentar
Posting Komentar